Krisis Ekonomi 2023

660

(Vibiznews – Economy & Business) Banyak pihak mulai dari World Bank, IMF mengatakan tahun 2023 ekonomi akan menghadapi krisis. Profesor ekonomi New York University, Nouriel Roubini memprediksi dunia tengah memasuki era baru krisis stagflasi hebat yang belum pernah ada sebelumnya. Roubini punya reputasi berkat ramalan tepat atas krisis suprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pada 2008, yang menjadi krisis global. Prediksi bahwa ekonomi AS akan mengalami krisis perumahan pada 2006, ketika banyak bank investasi membuat prediksi ekonomi akan bullish.

Jadi prediksi krisis ekonomi 2023 ini tentu tidak main-main. Tapi apa yang kita pikirkan soal krisis ekonomi? Sebagian orang mungkin akan berpikir krisis ekonomi tahun 2023 akan seperti tahun 1997 di mana waktu itu Asia diterjang badai krisis multi dimensi. Waktu itu ekonomi Indonesia menghadapi kesulitan yang sangat besar karena suku bunga dalam negeri naik tinggi, inflasi sulit terkendali, Rupiah melemah luar biasa dan ekonomi terkontraksi hebat. Tapi saat ini krisis ekonomi 2023 di Asia tidak akan separah tahun 1997. Bahkan Indonesia diprediksi hanya punya probabilitas 3% mengalami krisis ekonomi di tahun 2023.

Saat ini dunia sedang menghadapi dampak dari pandemi Covid 19, di mana gangguan pasokan global sudah mendorong kenaikan Inflasi. Ketika pandemi Covid 19 banyak terjadi gangguan bisnis sehingga terjadi pemutusan hubungan kerja dan sebagian besar bisnis terhenti. Ketika pandemi mulai berlalu dan ekonomi mulai bergerak, ternyata banyak bisnis masih mengalami kesulitan. Mulai dari tidak adanya modal kerja, ada sektor tertentu belum pulih, menemukan pekerja yang tetap, dan perubahan model bisnis. Hal-hal ini menimbulkan gangguan pasokan sehingga terjadi kenaikan inflasi yang tinggi. Ini adalah tipe inflasi akibat cost push inflasi yang cenderung merugikan ekonomi karena kenaikan harga diikuti penurunan output pada perekonomi. Dampak inflasi pada individual yang punya pendapatan tetap atau tidak mengalami kenaikan pendapatan adalah orang tersebut cenderung mengurangi jumlah barang yang di konsumsinya. Ada sebagian orang akan mengurangi tabungan dan investasinya untuk mempertahankan sebagian pola konsumsinya. Dan sebagian lagi mencarikan tabungan dan investasinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau pola konsumsinya.  Terlihat dampak inflasi cenderung buruk bagi perekonomian karena kenikan harga cenderung menurunkan output dari perekonomian. Dan ketika perekonomian di ukur dengan harga konstan maka akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi bahkan menyebabkan ekonomi bertumbuh negatif.

Inflasi yang terjadi di banyak negara tidak hanya di kontribusi oleh cost push inflasi, tetapi juga akibat demand pull inflasi. Sehabis pandemi sebagian perusahaan kembali menjalankan bisnis dengan melakukan belanja modal. Disisi lain masyarakat kembali melakukan konsumsi yang tertunda selama pandemi. Kedua hal ini terjadi di tengah kelangkaan pasokan sehingga mendorong inflasi naik tinggi. Untuk menahan laju inflasi yang tinggi sebagian besar bank sentral dunia menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan ini memang tidak terlalu efektif menurunkan inflasi akibat cost push inflasi, tetapi efektif menurunkan inflasi akibat demand pull. Dampak kenaikan suku bunga bagi perusahaan adalah biaya modal yang mengalami kenaikan, sehingga perusahaan harus membatasi investasi yang dilakukan. Banyak proyek menjadi tidak visibel dan perusahaan cenderung membatasi aktivitas bisnisnya. Bagi masyarakat kenaikan suku bunga mendorong pengurangan konsumsi dan investasi. Pendapatan yang ada cenderung di tabung untuk mendapatkan bunga yang tinggi dan investasi pasar modal cenderung di pindahkan ke pasar uang atau deposito untuk mengurangi risiko fluktuasi harga. Kenaikan suku bunga sampai level tertentu sebenarnya cenderung negatif bagi perekonomian suatu negara karena mengurangi konsumsi dan investasi yang berakibat turunya output perekonomian secara nasional.

Kekhawatiran resesi global dan krisis ekonomi juga berdampak negatif bagi perekonomian. Ketika pimpinan bisnis di hadapkan pada potensi krisis maka manajer tersebut cenderung mengamankan bisnisnya. Beberapa hal yang sering perusahaan lakukan adalah menunda rencana expansi, melakukan efisiensi dan mengurangi hutang. Bagi masyarakat sendiri ketika menghadapi krisis tentu  akan melakukan hal yang hampir sama. Mulai dari mengurangi konsumsi, mengurangi hutang, menaikkan tabungan. Hampir semua aktivitas yang perusahaan dan masyarakat lakukan ketika menghadapi krisis cenderung menurunkan output perekonomian. Sehingga ketika sebagian besar masyarakat dan pimpinan bisnis percaya akan ada krisis ekonomi besar maka akan semakin mungkin sebuah perekonomian mengalami krisis tersebut.

Kembali ke Indonesia, di mana sebenarnya banyak lembaga internasional memprediksi potensi Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 2023 sangat rendah. Bahkan beberapa lembaga internasional memprediksi pusat perekonomian tahun 2023 ada di Asia ketika sebagian besar negara menghadapi badai krisis ekonomi. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan sebagian bisnis informal terbukti sangat tahan terhadap gempuran krisis. Hampir tidak ada gangguan pasokan di Indonesia sehingga inflasi di Indonesia relatif terkendali.

Kenaikan inflasi yang terjadi akhir-akhir ini karena pemerintah mengurangi subsisi BBM. Tetapi kenaikan inflasi ini biasanya sementara dan pemerintah sudah berupaya mengurangi dampak kenaikan BBM dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Yang menjadi perhatian tentu adalah pelemahan nilai tukar Rupiah. Biarpun sebenarnya bukan Rupiah benar-benar melemah tetapi USD yang menguat terhadap hampir semua mata uang dunia. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar memang tertekan tetapi sebenarnya masih lebih baik dari banyak negara tetangga. Tentu Indonesia perlu hati-hati karena transmisi krisis masuk ke sektor rill selalu dari nilai tukar Rupiah.

BI terlihat sudah menaikkan suku bunga acuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap harga barang dalam hal ini inflasi dan juga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing kususnya USD. BI perlu menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga spread suku bunga dalam negeri dengan suku bunga negara maju kususnya Amerika Serikat. The Fed sangat agresif menaikkan suku bunga dan bila spread suku bunga nominal Indonesia dan Amerika Serikat menyempit di khawatirkan terjadi capital outflow yang berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah.

Memang tahun 2023 dunia menghadapi risiko stagflasi, di mana ekonomi melambat dan cenderung masuk ke resesi sedangkan inflasi tetap tinggi. Tetapi harusnya Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena fundamental perekonomian nasional masih sangat baik. Ketika sebagian besar masyarakat dan pimpinan bisnis khawatir akan ada krisis besar maka ekonomi cenderung akan mengalami krisis. Yang perlu dilakukan adalah menata keuangan, menyiapkan uang kas dan menunggu siapa tahu tahun depan ada pesta diskon di pasar keuangan.

Dr Hans Kwee – Partner of Wealth Planning Services Vibizconsulting

Previous articleRupiah Rabu Pagi Melemah Tipis ke Rp15.605/USD; Dollar di Asia Berupaya Bangkit, Koreksi Yen
Next articleHarga Jagung, Kedelai, Gandum Naik Tutup Selasa
Hans Kwee
Professional analysts and trainers in the fields of Technical Analysis, Fundamental Analysis, Economic, Quantitative, Fixed Income,Trading Techniques, Money Management, Psychological Trading and Trading Systems. Has provided training for more than 3,000 traders and investors in Indonesia since 2000. He has provided mentoring on trading techniques and daily stock recommendations to hundreds of Indonesian traders as well as conducting research and developing trading indicators and systems for practical and commercial purposes. In addition, he is actively conducting research and developing Fundamental, Technical and Quantitative analysis methods. Currently he is also active as a financial and investment advisor for several public companies, asset management, securities, insurance and pension funds.