(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Rupiah melejit ke 3,5 bulan tertingginya, di antaranya oleh capital inflow deras ke pasar SBN sebesar Rp12,4 triliun, dan menjadikan rupiah salah satu mata uang terkuat se-Asia.
- Sentimen akan melambatnya kenaikan suku bunga the Fed mengangkat juga IHSG di 3 hari terakhir, walau dalam sepekan masih terkoreksi.
- Data kinerja sektor Industri Pengolahan (PMI-BI) triwulan IV-2022 menurun, namun masih dalam tahap ekspansi.
- Untuk pekan mendatang, pasar akan mencermati rilis neraca perdagangan RI pada Senin dan pengumuman BI-7DRR pada hari Kamis.
Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 16-20 January 2023.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau melemah di minggu keduanya dan sempat menyentuh hampir setahun terendahnya, lalu rebound perlahan di 3 hari terakhir pasar, tertekan net sell investor asing 2,41 triliun dalam sepekan, namun terakhirnya ditahan sentimen positif bahwa the Fed akan mengurangi tempo kenaikan suku bunganya. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,64%, atau 42,728 poin, ke level 6.641,830. Untuk minggu berikutnya (16-20 Januari 2023), IHSG kemungkinan akan lanjutkan rebound meninggalkan oversold area-nya terutama di awal pekan, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.813 dan 6.953. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.557, dan bila tembus ke level 6.523.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu menguat tajam ke level 3,5 bulan tertingginya, terpicu aksi beli kuat investor asing di pasar SBN senilai Rp12,4 triliun, kebijakan pemerintah menahan devisa hasil ekspor (DHE), serta meredanya laju inflasi di AS, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melejit 3,15% ke level Rp 15.140. Rupiah tercatat sebagai mata uang terkuat kedua se-Asia pekan lalu. Sementara, dollar global terpantau bearish. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan berupaya bangkit dari tekanan tajam, atau kemungkinan rupiah sempat terkoreksi dari overbought kuatnya, dalam range antara resistance di level Rp15.470 dan Rp15.643, sementara support di level Rp15.135 dan Rp15.060.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke 6,697% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury menurun di pekan keduanya ini.
===
Kinerja sektor Industri Pengolahan triwulan IV-2022 tetap kuat dan masih berada pada fase ekspansi. Hal tersebut tercermin dari PMI-BI triwulan IV-2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%), meskipun lebih rendah dari 53,71% pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan subsektornya, ekspansi terjadi pada Subsektor Semen & Barang Galian Nonlogam, Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki, Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya, Kertas dan Barang Cetakan, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Perkembangan PMI-BI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor Industri Pengolahan sebagaimana hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang masih tumbuh meski melambat.
Kinerja penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif pada Desember 2022. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2022 sebesar 216,4, atau tumbuh positif 0,04% (yoy). Kinerja penjualan eceran yang tumbuh positif tersebut didorong oleh pertumbuhan Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi yang tercatat meningkat dari kontraksi pada bulan sebelumnya.
Berdasarkan data transaksi 9-12 Januari 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp9,95 triliun (beli neto Rp12,36 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,42 triliun di pasar saham).
===
Selamat kembali kepada “normal business days” pada minggu ini. Mungkin juga, ini merupakan “normal investing days” bagi Anda. Pada hari-hari ini gejolak pasar telah menjadi sesuatu yang semakin “normal”. Topik pembicaraan antara uncertainty, crisis, recession, and recovery telah menjadi diskusi yang biasa oleh karena ramai dinamikanya. Masih di sekitar awal tahun 2023 ini kelihatannya tidak bisa tidak investor harus semakin cerdas. Gejolak pasar harus dimanfaatkan, peluang pasar jangan sampai dilewatkan. Bukan masanya lagi undur dari pasar ketika volatilitas meningkat. Tetapi paralelnya, skill and knowledge harus ditambahkan, dilengkapi dan diasah. Jika tidak, Anda bisa tenggelam ditelan gelombang gejolak gunjang-ganjing pasar. Untuk hal itu, jadikan vibiznews.com sebagai partner Anda bergandengan tangan di dunia investasi di tahun ini. Terima kasih dan mari menuai sukses bersama, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting