(Vibiznews – Banking & Insurance) – Bank Indonesia (BI) tengah menjajaki kerja sama transaksi penggunaan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) dengan Korea Selatan dan India.
Menurut penulis, rencana kerja sama BI dengan kedua negara dikarenakan hubungan kerja sama Indonesia dan kedua negara selama ini yang merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky juga menilai, langkah BI untuk menjajaki kerja sama LCT dengan kedua negara tersebut sangat tepat.
“Mengingat, keterkaitan perdagangan yang naik ke dua pasar tersebut. Ini jadi insiatif yang baik untuk meningkatkan arus perdagangan sekaligus upaya diversifikasi,” tutur Riefky ( Senin (23/1), Kontan).
Berdasarkan data dari BPS 16 Januari 2023, di sepanjang tahun 2022, total nilai ekspor non migas Indonesia ke India tercatat sebesar US$ 23,30 miliar. Atau mencakup 8,44% dari total ekspor sepanjang tahun lalu. Sedangkan total nilai transaksi impor non migas dari India di sepanjang 2022 tercatat US$ 7,14 miliar. Atau setara 3,62% dari total nilai impor.
Sementara itu, total nilai ekspor non migas Indonesia ke Korea Selatan US$ 10,66 miliar. Atau setara 3,86% dari total ekspor non migas. Sebaliknya, total nilai impor non migas dari Korea Selatan tercatat sebesar US$ 9,92 miliar. Atau 5,03% dari total nilai impor non migas.
Rencana BI untuk menjalin kerja sama LCT dengan kedua negara tersebut sebagai upaya yang efektif dalam mengurangi ketergantungan. Dan paparan risiko terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Namun, BI dalam hal ini harus mengupayakan implementasi ini dimanfaatkan dengan baik para eksportir dan importir dengan mudah.
Dengan demikian, bila penjajakan dengan kedua negara tersebut bisa selesai pada tahun ini. Maka ada harapan pergerakan nilai tukar rupiah akan stabil.
Rupiah diperkirakan pada tahun 2023 akan bergerak di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 15.200 per dolar AS.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting