Mengenal Aksi Korporasi dan Dampaknya pada Harga Saham

1111
corporate action

Mengenal Aksi Korporasi dan Dampaknya pada Harga Saham

(Vibiznews – Column) – Aksi korporasi di pasar modal Indonesia mencakup berbagai jenis transaksi dan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan terdaftar untuk memenuhi kebutuhan modal atau mengoptimalkan kinerja perusahaan. Berikut adalah beberapa contoh aksi korporasi yang sering terjadi di pasar modal Indonesia:

  1. Penawaran Umum Saham (Initial Public Offering/IPO): Perusahaan dapat melakukan penawaran umum saham untuk menjual saham pertama kali kepada masyarakat umum dan memperoleh modal baru untuk pengembangan bisnis.
  2. Right Issue: Perusahaan dapat melakukan right issue atau penawaran saham kepada pemegang saham lama dengan harga yang lebih murah dari harga pasar saat ini. Tujuan dari right issue adalah untuk memperoleh dana tambahan dari pemegang saham yang sudah ada dan menghindari dilusi saham.
  3. Aksi Korporasi yang Melibatkan Merger dan Akuisisi: Perusahaan dapat melakukan merger atau akuisisi untuk memperluas bisnis atau meningkatkan efisiensi. Dalam hal ini, perusahaan dapat membeli saham atau aset dari perusahaan lain atau bergabung dengan perusahaan lain.
  4. Stock Split: Perusahaan dapat melakukan stock split, yaitu membagi saham menjadi lebih banyak unit dengan harga yang lebih rendah. Tujuannya adalah untuk membuat saham lebih terjangkau bagi investor kecil dan meningkatkan likuiditas saham.
  5. Buyback Saham: Perusahaan dapat membeli kembali saham yang sudah beredar di pasar untuk mengurangi jumlah saham yang beredar dan meningkatkan harga saham.
  6. Bonus Saham: Perusahaan dapat memberikan bonus saham kepada pemegang saham yang sudah ada sebagai penghargaan atas kinerja baik atau laba perusahaan yang meningkat.
  7. Rights Offering: Perusahaan dapat mengeluarkan hak pre-emptive atau hak untuk membeli saham baru dengan harga yang lebih murah kepada pemegang saham yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk memperoleh dana tambahan dan menghindari dilusi saham.

Semua aksi korporasi tersebut memiliki dampak dan risiko yang berbeda bagi perusahaan dan investor. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memahami implikasi dari aksi korporasi tersebut dan melakukan analisis investasi yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi.

Analisa Dampak Aksi Korporasi pada Harga Saham

Aksi korporasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada harga saham, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut adalah beberapa contoh dampak yang mungkin terjadi pada harga saham sebagai akibat dari aksi korporasi:

  1. Penawaran Umum Saham (Initial Public Offering/IPO): Jika perusahaan melakukan penawaran umum saham (IPO) dengan sukses, maka permintaan yang kuat dari investor potensial dapat meningkatkan harga saham pada awal perdagangan. Namun, setelah periode stabilisasi usai, harga saham dapat mengalami volatilitas atau penurunan seiring dengan adanya penawaran saham yang lebih banyak di pasar.
  2. Right Issue: Jika perusahaan melakukan right issue atau penawaran saham kepada pemegang saham lama dengan harga yang lebih murah dari harga pasar saat ini, maka dapat mempengaruhi harga saham yang ada di pasar. Pada awalnya, harga saham mungkin turun karena adanya penawaran saham baru, tetapi dalam jangka panjang, jika penggunaan dana dari right issue diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan, maka harga saham dapat naik.
  3. Merger dan Akuisisi: Merger dan akuisisi dapat mempengaruhi harga saham dari perusahaan yang terlibat. Jika pasar memandang merger atau akuisisi sebagai strategi yang cerdas untuk meningkatkan nilai perusahaan, maka harga saham dapat naik. Namun, jika merger atau akuisisi dianggap sebagai strategi yang merugikan atau tidak diunggulkan oleh pasar, maka harga saham dapat turun.
  4. Stock Split: Jika perusahaan melakukan stock split, maka harga saham dapat turun tetapi jumlah saham yang beredar akan bertambah. Namun, jika peningkatan jumlah saham tersebut dianggap positif oleh pasar dan mempengaruhi likuiditas saham, maka harga saham dapat naik dalam jangka panjang.
  5. Buyback Saham: Jika perusahaan membeli kembali saham yang sudah beredar di pasar, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang. Jika pasar memandang tindakan ini sebagai strategi yang cerdas dan menunjukkan kepercayaan diri perusahaan terhadap prospek masa depannya, maka harga saham dapat naik.
  6. Bonus Saham: Jika perusahaan memberikan bonus saham kepada pemegang saham yang sudah ada, maka jumlah saham yang beredar akan bertambah tetapi nilai perusahaan tetap sama. Namun, jika tindakan ini dianggap sebagai tanda bahwa perusahaan telah berhasil mencapai target kinerja yang tinggi, maka harga saham dapat naik.
  7. Rights Offering: Jika perusahaan mengeluarkan hak pre-emptive atau hak untuk membeli saham baru dengan harga yang lebih murah kepada pemegang saham yang sudah ada, maka harga saham mungkin akan turun karena adanya penawaran saham baru. Namun, jika penggunaan dana dari rights offering diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan, maka harga saham dapat naik dalam jangka panjang.

Namun, perlu diingat bahwa dampak dari aksi korporasi pada harga saham juga tergantung pada kondisi pasar dan persepsi investor.

Oleh karena itu, sebelum melakukan keputusan investasi, investor perlu melakukan analisis yang komprehensif terhadap kondisi pasar, prospek perusahaan, dan dampak dari aksi korporasi pada harga saham. Investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi global dan nasional, kebijakan pemerintah, dan situasi politik yang dapat mempengaruhi harga saham.

Selain itu, investor perlu memahami bahwa aksi korporasi tidak selalu menjamin kenaikan harga saham dalam jangka pendek atau jangka panjang. Ada risiko terkait aksi korporasi seperti risiko operasional, risiko keuangan, dan risiko pasar yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan harga saham.

Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan investasi, investor perlu melakukan analisis risiko dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Selain itu, investor perlu mengikuti perkembangan perusahaan dan pasar secara berkala untuk memantau potensi risiko dan peluang investasi.

Sebagai salah satu contoh dampak aksi korporasi terhadap harga saham yang terjadi pada saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

Emiten dengan kode saham BRIS, tercatat melesat sejak hari Rabu (15/2/2023) seiring dengan wacana lepasnya kepemilikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) di bank syariah terbesar Tanah Air itu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada penutupan perdagangan hari Rabu (15/2/2023), harga saham BRIS pun tecatat melonjak 15,82 persen ke harga Rp1.610 per lembar.

Sedangkan pada perdagangan hari Kamis (16/02/2023), saham BRIS menanjak 0,93 persen pada penutupan ke level Rp1.625.

Meski demikian, sepanjang perdagangan hari Kamis (16/02/2023), saham BRIS sempat melonjak Rp1.725.

Dengan capaian ini, dalam sepekan sampai dengan hari Kamis (16/02/2023) harga saham BRIS sudah melompat dari level Rp1.315, sementara sejak awal tahun ini atau secara year to date (ytd) harga saham BRIS naik dari level Rp1.285.

Bahkan pada hari Rabu (15/02/02023) saham BRIS pada kemarin mencapai auto reject atas (ARA). Peningkatan harga saham itu terjadi karena secara fundamental BRIS mencatatkan kinerja apik pada 2022.

BRIS tercatat memperoleh laba Rp4,26 triliun pada 2022, tumbuh 42,3 persen secara tahunan (year–on–year/yoy) dibandingkan perolehan laba pada 2021 yang mencapai Rp3,02 triliun.

Selain itu, berdasarkan price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV), posisi BRIS masih undervalued dibandingkan sama rata-rata emiten perbankan.

Meski kinerja saham sedang moncer, investor menurutnya lebih baik mencermati waktu yang baik untuk masuk ke saham BRIS.

Melesatnya saham BRIS ini terjadi di tengah munculnya wacana perombakan kepemilikan saham di BRIS dan masuknya investor baru. Dalam acara Global Islamic Finance Summit (GIFS) hari Rabu (15/2/2023), Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyebut bahwa kepemilikan saham publik atau free float di BRIS akan terus bertambah.

Pada saat artikel ini diturunkan, Kamis (23/02) harga saham BRIS ditutup naik 2.52% ke harga Rp1625 per lembar. Dan untuk kinerja saham sampai dengan hari ini selama tahun 2023, sudah melonjak 26.46 persen.

Selasti Panjaitan/Vibiznews/Head of Wealth Planning