Dedolarisasi Betulkah Terjadi? Akan Ke Mana Dollar Nantinya? – Bagian 1

4421
dolar
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy) – Selama beberapa dekade, US dollar telah mendominasi mata uang global. Namun secara bertahap pengaruhnya dalam perdagangan internasional tampaknya semakin menurun. Baru-baru ini, di akhir Maret 2023, kelompok negara-negara yang tergabung dalam aliansi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) merencanakan untuk membuat mata uang tunggal yang akan digunakan untuk mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional.

Secara data, memang telah terlihat adanya penurunan peranan dollar di pasar global. Menurut IMF, Currency Composition of Official Foreign Exchange Reserves (COFER), cadangan devisa dunia dalam denominasi mata uang dollar tercatat sebesar USD 7,087 miliar pada kuartal keempat 2021, dari market share 59.15% di kuartal ketiga, turun ke 58.81% pada kuartal keempat. Padahal, porsi dollar sebagai bagian cadangan devisa global pernah mencapai 72% di awal tahun 2000’an (Diplomat Magazine, July 2022). Gambarannya dapat dilihat pada chart berikut ini.

IMF, Currency Composition

Source: IMF; policycenter.ma, March 2022

 

Tanda-tanda Dedolarisasi

Dilansir dari Epic Economist (4/4/23) disebutkan adanya tujuh tanda global de-dollarization atau merosotnya dominasi dollar secara global, yang cenderung semakin cepat.

Pertama, perhatian kepada kelompok negara BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) yang menguasai sekitar 40% populasi dunia dan hampir 25% global GDP yang akan membuat mata uang baru. Berdasarkan laporan dari kantor berita Sputnik, BRICS memiliki strategi untuk tidak membeli dollar atau euro.

Seorang pejabat parlemen Rusia, Alexander Babakov, mengungkapkan pada 30 Maret 2023 bahwa blok BRICS sedang bekerja untuk mengembangkan “mata uang baru” yang akan dipresentasikan pada KTT BRICS mendatang di Durban di bulan Agustus. Disebutkan juga bahwa mata uang baru akan dipatok dengan nilai emas dan komoditas lain seperti unsur rare earth dan tanah.

Beberapa negara lainnya dikabarkan berminat bergabung dengan BRICS, di antaranya Arab Saudi, Aljazair, Iran dan sejumlah negara lainnya.

Kedua, Brazil dan China telah mencapai kesepakatan untuk berdagang dalam mata uang mereka sendiri. Kesepakatan pada 30 Maret 2023 tersebut memungkinkan China dan Brazil menggunakan mata uang mereka sendiri, yuan dan real dalam melakukan perdagangan besar-besaran dan transaksi keuangan secara langsung, tidak lagi menggunakan dollar AS sebagai mata uang perantara. Nampaknya China sedang terus memperluas penggunaan Renminbi secara globalnya, sebuah tren yang berusaha membangun sistem moneter internasional yang kurang bergantung pada dolar AS.

Ketiga, dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia di Bali, disepakati kerja sama transaksi pembayaran lintas batas dengan menggunakan mata uang lokal. Penggunaan pembayaran lintas batas menggunakan mata uang lokal tersebut disebut skema local currency transaction (LCT), tanpa menggunakan dolar AS.

Gubernur BI juga mengemukakan lima negara ASEAN, sebelumnya telah meneken kerja sama transaksi pembayaran lintas batas sejak November 2022, di tengah pelaksanaan KTT G20 Indonesia (Indonesia.go.id, 11/4/23).

Keempat, Arab Saudi diberitakan telah memutuskan untuk bergabung dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO), yang dibentuk oleh China, sebagai mitra dialog pada akhir Maret 2023. Hal tersebut menjadikan Arab Saudi sebagai negara Arab ketiga yang tergabung di SCO setelah Mesir dan Qatar.

Disebutkan juga bahwa keputusan Saudi tersebut adalah salah satu langkah untuk melakukan pergeseran dari ketergantungan pada Barat, khususnya Amerika Serikat, dan bergerak ke arah Timur. Aksi ini akan dapat mengurangi peranan petrodollar dalam perdagangan minyak dunia yang telah mendominasi sejak tahun 1970’an.

Kelima, China dilaporkan kini bertransaksi dengan menggunakan mata uang yuan dalam perdagangan LNG dengan Uni Emirat Arab. Perusahaan raksasa migas China, CNOOC dan TotalEnergies telah menyelesaikan transaksi perdagangan LNG dengan mata uang yuan. Ini nampaknya merupakan bagian dari upaya China dalam mendorong yuan menjadi mata uang internasional. Rusia juga beralih ke yuan China untuk ekspor, impor, dan perdagangan energi mereka.

Keenam, India dikabarkan gencar menawarkan opsi perdagangan dalam rupee kepada negara-negara yang menghadapi krisis dolar. Dalam kebijakan perdagangan luar negeri (FTP 2023) India yang berlaku sejak 1 April ini, di antaranya ditekankan kebijakan transaksi dengan rupee dalam pembayaran perdagangan internasional.

Ketujuh, Arab Saudi telah menerima pembayaran dalam Shilling Kenya untuk pengiriman minyak ke Kenya, bukan dalam dolar. Sementara itu, Sri Lanka, Bangladesh, dan Mesir yang menghadapi kekurangan dolar telah menunjukkan minat untuk berdagang dalam mata uang India. Di pihak lain, negara-negara di Afrika Kawasan Teluk Timur Tengah juga tertarik untuk berdagang dalam mata uang lokal mereka.

Epic Economist menyebutkan sepuluh tahun yang lalu tidak satu pun dari hal-hal tersebut bisa terjadi.

 

Calon Pengganti Dollar?

Isyu “dedolarisasi global” belakangan semakin hangat dibicarakan banyak kalangan. Pertanyaannya kemudian adakah mata uang yang akan bisa menggantikan dominasi dollar ini setelah sejak Bretton Woods tahun 1947 US dollar konsisten menjadi mata uang dunia?

Sejumlah pengamat, termasuk dari rilis Epic Economist di atas, menyebutkan ada beberapa mata uang yang dipandang berpotensi untuk menjadi calon pengganti dolar AS, sebagai berikut:

  1. China dikenal sebagai salah satu eksportir dan importir terbesar di dunia. Sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia (USD 19.9 triliun di tahun 2022 menurut IMF), China disebut-sebut berpotensi menempatkan mata uangnya dalam perdagangan global.
    Di antaranya, China diketahui sedang aktif dalam rencana pembelian minyak menggunakan yuan dengan Arab Saudi. Selain itu, China telah membuat kesepakatan dengan Brasil untuk melakukan perdagangan dalam mata uang mereka sendiri, yuan dan real.
  1. Mata uang ini digunakan oleh 20 negara-negara maju di kawasan Eropa, termasuk Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda. Sekitar 66% perdagangan di Eropa sudah menggunakan Euro.
  1. Mata uang BRICS. Kelompok BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) juga bersiap untuk meninggalkan dolar serta euro untuk melakukan perdagangan antar negara. Mata uang baru yang akan diumumkan dalam KTT BRICS Agustus nanti tersebut, walau tetap masih belum jelas detailnya seperti apa.
  1. Rupee India. India telah mengeluarkan kebijakan baru untuk meningkatkan peranan rupee dalam perdagangan internasional mereka sejak April 2023. Penggunaan rupee dalam perdagangan juga telah disepakati dengan sejumlah negara, di antaranya dengan Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).
  1. Mata uang lokal ASEAN – LCT. Negara-negara ASEAN, sebagaimana diketahui, telah menyepakati skema Local Currency Transaction (LCT), yang mendorong penggunaan mata uang lokal masing-masing dalam perdagangan internasional.

Bank Indonesia menyampaikan pada tahun 2022 lalu, di bawah Presidensi G20 Indonesia, 5 bank sentral ASEAN (Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina) telah menandatangani MOU mengenai interkonektivitas dan interoperabilitas lintas batas, penggunaan QR, pembayaran cepat dan LCT (BI, 1/4/23).

 

Bersambung ke bagian 2 … https://www.vibiznews.com/2023/04/25/dedolarisasi-betulkah-terjadi-akan-ke-mana-dollar-nantinya-bagian-2/

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting