OJK: Kenaikan Yield Surat Utang AS Penyebab Capital Outflow dari Indonesia

293
Dampak Pemangkasan Suku Bunga AS Sudah Diantisipasi Pasar

(Vibiznews – Economy & Business) – Sejumlah tantangan masih menghantui perekonomian dan pasar keuangan Indonesia. Tantangan tersebut bersumber dari luar, terutama dari Amerika Serikat (AS) dan perang Israel dan Hamas.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Senin (30/10/2023)

Perlu diketahui, AS masih tumbuh positif hingga kuartal III-2023, sejalan dengan data tenaga kerja yang semakin menguat dan inflasi tinggi. Dengan demikian, potensi kenaikan suku bunga acuan AS masih tinggi.

“Hal ini mendorong sell off atau aksi jual di pasar obligasi AS. Sejalan dengan meningkatnya ekspektasi itu, dan juga peningkatan pasokan US Treasury, untuk biaya defisit di Amerika Serikat,” ungkapnya.

Imbal hasil obligasi AS memang disinyalir oleh banyak pihak disebut penyebab utama pelemahan pasar keuangan emerging market. Di mana dana asing ramai-ramai kembali ke AS yang karena pasar keuangan Amerika semakin atraktif.

Persoalan berikutnya adalah tensi geopolitik yang semakin tinggi. Perang Israel dan Hamas meletus, menyusul perang Rusia dan Ukraina yang juga belum berakhir.

“Risk geopolitik juga meningkat seiring konflik Gaza antara Israel dan Hamas yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia signifikan. Ditambah lagi ada eskalasi Timur Tengah,” papar Mahendra.

Sementara itu, Eropa masih berkutat dengan pemulihan ekonomi, demikian juga China. Di mana ekonominya tak sesuai harapan membuat banyak negara yang merupakan mitra dagang utama makin khawatir.

OJK mengungkapkan kenaikan imbal hasil (yield) surat utang Amerika Serikat (AS) meningkatkan keluarnya aliran dana asing (outflow) dari Indonesia.

Selain dari faktor risiko geopolitik di Timur Tengah yang mengganggu perekonomian global signifikan. Hal ini pada akhirnya ikut menekan kinerja pasar keuangan domestik.

“Volatilitas di pasar saham, obligasi dan nilai tukar rupiah dalam tren peningkatan,” ungkap Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar. Yang disampaikan dalam RDK OJK Senin (30/10).

Meski demikian, Mahendra masih tetap optimis dengan perkembangan pasar keuangan RI, khususnya jika dilihat dari indikator ekonomi yang masih stabil.

Mahendra mengungkapkan inflasi domestik masih dalam target dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Selain itu korporasi juga dinilai masih aktif dengan aktivitas manufaktur (IMI Manufaktur) masih ekspansi dan neraca perdagangan surplus.

Sejak awal tahun, pasar keuangan tercatat melemah, khususnya dari aksi jual beberapa waktu terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun 1,34% YtD.

Sementara itu imbal hasil obligasi tercatat naik 25,44 basis poin (bps) sejak awal tahun. Dengan naiknya imbal hasil menandakan harga obligasi turun.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting