Mengapa Beberapa Bank Asing Melepas Bisnis Ritelnya di Indonesia?

328
Mengapa Beberapa Bank Asing Melepas Bisnis Ritelnya di Indonesia?

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Menjelang akhir tahun, terlihat beberapa bank asing resmi melepas bisnis ritelnya di Indonesia.

Mengapa mereka mau melepas bisnis ritelnya di Indonesia?

Pertama, karena bank-bank asing tersebut kini fokus pada bisnis korporasi.

Berita terkini, Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) telah resmi merampungkan migrasi bisnis ritel miliknya ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Proses migrasi dilakukan pada 9 Desember 2023. Portofolio bisnis ritel yang dimigrasi adalah Kartu Kredit, Personal Loan (CCPL), Mortgage, dan Auto Loan.

Adapun, nilai aset yang diambil alih dari akuisisi tersebut mencapai lebih dari Rp 1 triliun. Dengan rampungnya akuisisi itu, maka portofolio bisnis ritel Bank Danamon akan meningkat signifikan.

Setelah proses penjualan selesai, Standard Chartered akan memposisikan diri untuk meningkatkan fokus pada bisnis ritel yang tersisa serta bisnis corporate banking. Hal itu disampaikan oleh Andrew Chia, Cluster Chief Executive Officer, Indonesia and ASEAN Markets (Australia, Brunei and the Philippines), Standard Chartered.

Selain itu, Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini SCBI akan mempercepat agenda digitalisasi untuk melayani nasabah. Dan terus mengembangkan bisnis Corporate, Commercial and Institutional Banking di Indonesia.

Ia menambahkan bisnis Consumer, Private, and Business Banking (CPBB) Standard Chartered telah menunjukkan kinerja yang kuat tahun ini. Hal ini didukung oleh bisnis Wealth Management dan Digital Partnership.

“Bisnis Wealth Management telah menghasilkan pertumbuhan dua digit portofolio segmen affluent kami,” ujarnya.

Sebelumnya, Citibank N.A, Indonesia (Citi Indonesia) juga secara resmi telah mengakhiri bisnis ritel yang dimiliki. Hal itu dilaksanakan pada pertengahan November lalu kepada Bank UOB Indonesia.

Itu sesuai dengan kesepakatan akuisisi tahun lalu senilai S$ 5 miliar. Dan sepaket dengan portofolio bisnis consumer banking di 4 negara yakni Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengungkapkan pihaknya telah berencana untuk mengeluarkan beberapa produk pada tahun depan. Ini akan menandai fokus bisnis baru yang dimiliki Citi Indonesia terkait bisnis korporasi.

Batara pun merinci akan ada enam lini bisnis yang nantinya menopang bisnis Citi Indonesia ke depannya. Di antaranya adalah investment banking, corporate banking, commercial banking, transaction banking, market and treasury banking dan terakhir custody banking.

“Untuk enam bisnis ini, kami akan investasikan beberapa produk inovasi. Dan akan memenuhi kebutuhan klien kami berkisar 700 multinasional bisnis,” ujarnya.

Kedua, untuk segmen consumer banking hanya akan difokuskan di home country, yaitu Amerika.

Ini ditegaskan oleh Batara. Bahwa pengalihan bisnis consumer banking termasuk kartu kredit dan wealth management kepada UOB sendiri merupakan strategi bisnis global. Di mana, untuk segmen consumer banking hanya akan difokuskan di home country, yaitu Amerika

“Di luar home country itu fokusnya adalah institutional banking. Sehingga di luar Amerika hampir 100% berjalan di bisnis institutional banking, kecuali Singapura, Hong Kong dan Dubai. Karena mereka sebagai hub dari private banking ,” ujar Batara.

Terkait hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pun berharap bank-bank asing tersebut dapat lebih fokus. Terutama dalam meningkatkan fungsi intermediasi setelah aksi korporasi tersebut.

Mengingat saat ini eksposur kantor cabang bank luar negeri saat ini relatif terbatas. Oleh karenanya, aksi tersebut bisa meningkatkan penyaluran kredit dari bank-bank asing ini.

“Langkah tersebut diharapkan dapat menjadi katalis penguatan dan peningkatan daya saing perbankan nasional,” ujar Dian.

OJK mencatat pangsa pasar penyaluran kredit kantor cabang bank asing hanya sekitar 2,45% dari total kredit bank umum di Agustus 2023. Pada periode tersebut, total kredit perbankan mencapai Rp 6.739,4 triliun.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting