Kinerja Transaksi Ekonomi dan Keuangan Digital Tetap Kuat di 2024

386
Kinerja Transaksi Ekonomi dan Keuangan Digital Tetap Kuat di 2024
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI), Perry Warjiyo, Gubernur BI mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3%. Hal ini didorong oleh konsumsi dan investasi.

Pertumbuhan ekonomi yang baik ini ditunjang salah satunya dari kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital yang kuat. Dan tentunya didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.

Berdasarkan data BI, pada tahun 2023, nilai transaksi digital banking tercatat Rp58.478,24 triliun atau tumbuh sebesar 13,48% (yoy). Dan diproyeksikan meningkat 9,11% (yoy) hingga mencapai Rp63.803,77 triliun pada tahun 2024.

Sementara nilai transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 43,45% (yoy) sehingga mencapai Rp835,84 triliun. Dan diproyeksikan meningkat 25,77% (yoy) hingga mencapai Rp1.051,24 triliun pada tahun 2024.

Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 130,01% (yoy) dan mencapai Rp229,96 triliun. Dengan jumlah pengguna 45,78 juta dan jumlah merchant 30,41 juta yang sebagian besar merupakan UMKM.

Transaksi e-commerce mencapai 43,7 triliun pada akhir Desember 2023, meningkat karena perubahan behaviour masyarakat, yang ingin transaksi lebih cepat dan efisien.

Ke depan digitalisasi semakin meningkat karena penduduk Indonesia naik 5%, di mana mayoritas penduduk milenial yang umumnya lebih suka digital. Transaksi digital akan dikembangkan untuk memfasilitasi kaum milenial yang menyukai transaksi yang cepat.

Kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) terjaga baik didukung kondisi likuiditas yang memadai.

Transaksi BI-FAST dan BI-Real Time Gross Settlement (RTGS) terus meningkat dimana BI-FAST tercatat masih menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan transfer dana. Stabilitas sistem pembayaran yang baik tecermin dari tidak terdapatnya reject transaksi BI-RTGS dan BI-Scripless Securities Settlement System (SSSS) yang terkait dengan permasalahan likuiditas.

Perlu diketahui meningkatnya digitalisasi transaksi pembayaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya BI-Fast dan QRIS ternyata justru menurunkan inflasi. Hal ini disebabkan transaksi perdagangan besar dan kecil terjadi mengalami peningkatan platform. Karena terjadi kompetisi harga.

Selain itu digitalisasi pembayaran memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya kaum milenial dan juga mengembangkan berbagai business terkini.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting