Kinerja dan Prospek Ekonomi Global Ke Depan Menurut Bank Indonesia

397
Kinerja dan Prospek Ekonomi Global Ke Depan Menurut Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia

(Vibiznews – Economy & Business) – Saat menyampaikan Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Gubernur Bank Indonesia menyampaikan prospek ekonomi global ke depan.

Kinerja dan prospek ekonomi global ke depan diwarnai oleh 5 (lima) karakteristik berikut ini yang perlu diwaspadai. Diantisipasi, dan direspons secara tepat dengan penguatan sinergi kebijakan ekonomi nasional.

Pertama, pertumbuhan ekonomi global diprakirakan melemah dan disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang makin melebar (divergent slow growth). Pemulihan ekonomi dunia diprakirakan akan memakan waktu yang lebih lama dan sulit untuk sepenuhnya kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.

Kedua, meningkatnya ketegangan geopolitik mendorong harga energi tetap tinggi dan harga pangan meningkat sehingga mengakibatkan lambatnya penurunan inflasi global (gradual disinflation).

Ketiga, untuk mengendalikan inflasi yang masih tinggi, suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR). FFR diprakirakan akan tetap bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama (higher interest for longer).

Kenaikan suku bunga global diprakirakan akan diikuti pada tenor jangka panjang dengan kenaikan yield obligasi pemerintah negara maju, khususnya AS (US Treasury). Akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan utang pemerintah, dan kenaikan premi risiko jangka panjang (termpremia).

Keempat, berlanjutnya arus modal keluar dari negara EMDEs ke negara maju dan ke aset yang lebih likuid (cash is the king). Ini karena tingginya suku bunga negara maju dan ketidakpastian pasar keuangan global.

Kelima, nilai tukar dolar AS yang masih akan tetap kuat (strong dollar). Dan memberikan tekanan pelemahan terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk EMDEs. Ketidakpastian ekonomi dan keuangan global makin tinggi seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik.

Sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global terhadap ketahanan ekonomi domestik di negara-negara EMDEs, termasuk Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan melemah dan disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang makin melebar. Setelah mencatat tinggi sebesar 3,5% pada 2022, pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprakirakan turun ke 3,0%. Dan terus melambat menjadi 2,8% pada 2024 dengan kecenderungan risiko yang lebih rendah (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Kinerja dan Prospek Ekonomi Global
Sumber: Bank Indonesia
Dengan harapan meredanya ketegangan geopolitik, ekonomi dunia diprakirakan akan kembali membaik dengan pertumbuhan sebesar 3,0% pada 2025. Divergensi pertumbuhan terjadi antarnegara maju, khususnya AS, yang relatif tinggi dengan negara EMDEs yang tumbuh menurun dan stagnan.

Pertumbuhan ekonomi negara maju diprakirakan akan turun dari 1,6% pada 2023 menjadi 1,4% pada 2024 sebelum meningkat menjadi 1,7% pada 2025. Sementara pertumbuhan negara EMDEs akan turun dari 4,0% pada 2023 menjadi 3,8% pada 2024 dan stagnan 3,8% pada 2025.

Di negara maju, pertumbuhan ekonomi didorong oleh AS yang tumbuh relatif tinggi yaitu 2,3% pada 2023. Hal ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik. Kemudian menurun menjadi 1,3% pada 2024 sebelum meningkat kembali menjadi 1,8% pada 2025.

Sementara di negara EMDEs, pertumbuhan Tiongkok melambat, yaitu dari 5,2% pada 2023 menjadi 4,3% di 2024 dan 4,1% pada 2025. Hal ini dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti.

India menjadi salah satu pusat ekonomi dunia. Dengan pertumbuhan 6,7% pada 2023 menjadi 5,8% pada 2024 dan kembali meningkat ke 6,0% pada 2025.

Negara ASEAN-5 juga menunjukkan kinerja yang cukup baik, dengan prakiraan pertumbuhan 4,4% pada 2023 dan 2024. Serta meningkat menjadi 4,6% pada 2025. Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, pertumbuhan India dan ASEAN-5 juga didukung oleh kebijakan perdagangan dan investasi yang tetap terbuka. Tentunya di tengah fragmentasi geopolitik yang berlanjut.

Analis Vibiz Research Center melihat pertumbuhan ekonomi global dapat mengalami koreksi apabila tingginya fragmentasi geopolitik dan geoekonomi terus berlanjut. Termasuk di dalamnya risiko dari dampak terhadap kembali naiknya harga energi dan pangan.

Selain itu bagaimana respons pengetatan kebijakan moneter masing-masing negara khususnya di negara maju untuk mampu menurunkan inflasi kembali ke sasarannya di masing-masing negara.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting