Paska Rally, Pasar dalam Koreksi; akan Ke Mana? — Domestic Market Outlook, 22-26 July 2024

622

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu lewat ini dalam koreksi setelah rally panjang sebelumnya.
  • BI mempertahankan BI Rate pada 6,25% sesuai estimasi pasar.
  • Industri Pengolahan pada triwulan II dirilis masih dalam fase ekspansi.
  • Dari eksternal, ekspektasi global adalah the Fed akan mulai memangkas suku bunganya pada September ini.
  • Capital inflow masih mengalir, namun berkurang, sekitar Rp0,7 triliun dalam seminggu menurut data BI.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis uang beredar dan PMA pada hari Senin.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 22-26 July 2024.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir terkoreksi setelah 4 minggu rally, digerus profit taking dari level 2 bulan tertingginya dipimpin koreksi sektor bahan baku dan telekomunikasi, meskipun membesar estimasi investor global bahwa the Fed akan memangkas suku bunganya September ini. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya juga bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,45%, atau 33,085 poin, ke level 7.294,495. Untuk minggu berikutnya (22-26 Juli 2024), IHSG kemungkinan akan lebih konsolidatif antara uptrend dan profit taking, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.354 dan 7.396. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.207, dan bila tembus ke level 7.099.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu dalam koreksi setelah juga bullish 3 minggu berturut-turut, dipicu oleh dollar global yang berupaya rebound dari tekanan panjangnya karena dovish the Fed, dan BI Rate yang bertahan di 6,25% sesuai estimasi pasar, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,75% atau 120 poin ke level Rp 16.201. Sementara, dollar global rebound ke seminggu terkuatnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan lebih konsolidatif dan bias menaik, atau kemungkinan rupiah akan terkoreksi secara bertahap, dalam range antara resistance di level Rp16.315 dan Rp16.422, sementara support di level Rp16.096 dan Rp16.015.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau cukup stabil secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik tipis yield obligasi dan berakhir ke 6,947% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi jual terbatas investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau menurun di pekan ketiganya.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Juli 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%. Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung oleh permintaan domestik. PDB triwulan II 2024 didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan triwulan IV 2024 diprakirakan akan tetap baik, dengan rencana peningkatan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% dari PDB serta kinerja ekspor yang meningkat dengan kenaikan permintaan dari mitra dagang utama. Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%.

Kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan II 2024 tetap kuat dan berada pada fase ekspansi (indeks >50%), tecermin dari PMI-BI triwulan II 2024 sebesar 51,97%. Berdasarkan komponen pembentuk PMI-BI, mayoritas komponen berada pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada Volume Produksi.

Berdasarkan data transaksi 15 – 18 Juli 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp0,69 triliun terdiri dari beli neto Rp0,67 triliun di Saham dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI, serta jual neto Rp0,38 triliun di SBN.

===

 

Dinamika pasar terus bergerak secara aktif, naik turun di pasar investasi. Segera dimulainya siklus kebijakan pelonggaran moneter sedunia, ketidakpastian tinggi pada ekonomi global, inflasi yang umumnya membandel, tensi geopolitik yang berpengaruh pada pasar energi dan pangan dunia, dan lain sebagainya; itu yang di antaranya ramai terjadi dalam pasar financial global dan domestik.

Kalau Anda tidak punya banyak kesempatan untuk mengikuti dan mengertikan pergerakan pasar demikian, Vibiznews.com dapat membantu Anda sepenuhnya serta memanfaatkannya untuk keputusan investasi yang lebih akurat. Terima kasih telah bersama kami karena mengingat kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting