(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini variatif, dengan rupiah lanjutkan keperkasaannya.
- IMF menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah gejolak eksternal.
- Sentimen global saat ini adalah meredanya kekhawatiran akan resesi dari AS.
- Capital inflow mengalir agak terbatas, sekitar Rp1,6 triliun dalam seminggu menurut data BI.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis neraca perdagangan RI pada Kamis nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 12-16 August 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir melemah dalam pasar yang fluktuatif, di mana hari Senin anjlok tajam dan berikutnya rebound rally 4 hari, dipimpin sektor bahan baku dan industri di tengah meredanya kekhawatiran pasar atas resesi dari AS. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya juga berupaya rebound. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,70%, atau 51,127 poin, ke level 7.256,996. Untuk minggu berikutnya (12-16 Agustus 2024), IHSG kemungkinan akan berusaha menutup gap kerugian sebelumnya lalu konsolidasi, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.338 dan 7.354. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.060, dan bila tembus ke level 6.998.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu bullish 8 hari dan bertengger di level 3 bulan tertingginya, ditopang oleh tren lonjakan penguatan yen Jepang, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir menguat tajam 1,54% atau 250 poin ke level Rp 15.932. Sementara, dollar global berupaya rebound namun tertahan. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan mencoba rebound, atau kemungkinan rupiah sempat terkoreksi profit taking namun masih bullish, dalam range antara resistance di level Rp16.356 dan Rp16.422, sementara support di level Rp16.094 dan Rp16.015.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke 6,767% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau bangkit dari tekanan 5 pekan.
===
BI melaporkan kinerja penjualan eceran pada Juli 2024 diprakirakan meningkat. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2024 yang diprakirakan mencapai 212,0 atau secara tahunan tumbuh 4,3% (yoy). Meningkatnya penjualan eceran didorong oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta subkelompok Sandang.
Dana Moneter Internasional (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah gejolak eksternal dengan inflasi yang terjaga pada kisaran target yang ditetapkan, dan sektor keuangan yang resilien.
IMF memproyeksikan kinerja ekonomi Indonesia akan tetap tinggi, yaitu 5.0% dan 5.1% di tahun 2024 dan 2025,
Berdasarkan data transaksi 5 – 8 Agustus 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp1,62 triliun (beli neto Rp2,24 triliun di pasar SBN, Rp0,65 triliun di Saham dan jual neto Rp1,28 triliun di SRBI).
===
Dinamika harga instrumen investasi sebagian kadang diwarnai pasar yang sedang konsolidasi. Di balik konsolidasi, pengertiannya itu seperti kalau kita sedang naik tangga terus, maka ada waktunya kita ingin istirahat sejenak. Itulah dia konsolidasi! Pasar agak dalam “range-bound” dengan rentang harga yang agak sempit. Konsolidasi juga berarti pasar sedang melihat-lihat situasi pasar yang mungkin sedang diwarnai oleh, pada saat ini, arah perkembangan ekonomi berikutnya.
Dalam situasi seperti ini, Anda pun tetap dapat mengalami profit. Caranya; mungkin Anda perlu belajar. Mari belajar bersama pelatihan yang ada di VBLC, pastinya itu akan bermanfaat. Kembali, salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting