(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah acuan dunia yang diperdagangkan di pasar komoditi internasional alami penurunan yang cukup signifikan pekan lalu, penurunan mingguan terburuk dalam setahun lebih.
Harga minyak acuan dunia atau Brent Crude anjlok ke harga terendah sejak Desember 2021 pada perdagangan yang berakhir Sabtu dinihari (7/9/2024) di $71,06 per barel, dan secara mingguan anjlok 9,8%.
Demikian untuk harga minyak AS atau WTI Crude terjun ke posisi terendah sejak Juni 2023 di $67,67 per barel dan secara mingguan anjlok 8%.

Dari grafik diatas terlihat harga minyak mentah dalam trend yang menurun selama 3 pekan berturut.
Penyebab Anjloknya Harga Minyak Mentah Pekan Lalu
Anjloknya harga minyak mentah sebagai aset komoditas biasanya terkait kebijakan ketat dari OPEC dan juga pengaruh keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Pekan ini pergerakan harga minyak mentah dibebani oleh beberapa sentimen seperti:
1.Dari sisi pasokan ; laporan EIA pekan lalu menunjukkan pasokan minyak mentah AS hanya turun sedikit dibawah ekspektasi dan juga pulihnya produksi minyak mentah Libya. Selain itu sentimen dari kesepakatan OPEC bulan Juni lalu yang dapat menambah pasokan pada akhir tahun, namun anjloknya harga minyak membuat OPEC menunda kebijakannya sampai bulan Desember 2024.
Lihat: Harga Minyak WTI dan Brent Semakin Turun oleh Laporan Turunnya Pasokan AS
2.Dari sisi permintaan; kondisi suramnya ekonomi Tiongkok menjadi penyebab terbesar dari turunnya harga minyak dunia karena Tiongkok merupakan negara importir minyak terbesar dunia.
Dari semua pemicu anjloknya harga minyak mentah dunia pekan ini, suramnya permintaan Tiongkok masih akan terus menjadi sentimen negatif pada perdagangan pekan-pekan berikutnya sampai data optimis membuktikannya.
Suramnya Permintaan Minyak Mentah Tiongkok
Tiongkok merupakan negara konsumen minyak mentah terbesar dan sejak rilis PDB Q2-2024 pada bulan lalu yang menurun dibawah perkiraan mengkhawatirkan pasar komoditas. Kondisi ekonomi Tiongkok yang bisa dibilang suram tersebut dikhawatirkan akan mengurangi 60% permintaan minyak mentah secara global.
Lihat: Harga Minyak Dunia Anjlok ke Terendah Sejak Januari Karena Buruknya Ekonomi Tiongkok

Kekhawatiran pasar akan berkurangnya permintaan minyak mentah Tiongkok dibukikan dari laporan Biro Statistik Nasional Tiongkok (NBS).
NBS melaporkan bahwa permintaan minyak turun 8% tahun-ke-tahun pada bulan Juli, mencapai 13,6 juta barel per hari (MMbls/hari), data terendah sejak 2009 (tidak termasuk periode covid).
Dari Januari hingga Juli 2024, permintaan minyak rata-rata Tiongkok adalah 14,3 MMbls/hari, turun 0,3 MMbls/hari atau 2% y-o-y. Ini merupakan pertama kalinya Tiongkok menghadapi penurunan permintaan minyak yang berkelanjutan sejak 1990.
Menurut data NBS Tiongkok, produksi minyak mentah olahan Tiongkok turun -6% yoy menjadi 13,6 juta barel minyak/hari pada bulan Juli. Tingkat produksi kilang independen Shangdong Tiongkok berada pada 50% pada bulan Juli (63% tahun lalu).
Indikasi buruknya permintaan minyak Tiongkok juga terlihat dari laporan keuangan dari produsen dan penyuling minyak utama Tiongkok seperti Sinopec, PetroChina, dan CNOOC yang kurang memuaskan. Ini mencerminkan permintaan bahan bakar sangat rendah dari negara tersebut.
Penurunan permintaan minyak bertepatan dengan kondisi ekonomi Tiongkok yang menghadapi tantangan struktural, seperti sektor industri yang melambat, berkurangnya investasi properti, dan belanja konsumen yang lebih rendah.
Banyak bank-bank besar dunia memperkirakan proyeksi ekonomi China menurun. Lemahnya prospek ekonomi Tiongkok dapat juga dilihat dari laporan NBS terkait kinerja bisnis sektor manufaktur negeri tersebut.
NBS laporkan data resmi PMI Manufaktur Tiongkok turun menjadi 49,1 pada Agustus 2024 dari 49,4 pada bulan sebelumnya, meleset dari estimasi 49,5. Ini adalah bulan keempat berturut-turut kontraksi aktivitas pabrik dan penurunan paling tajam sejak Februari.

Untuk pergerakan harga minyak mentah selanjutnya, fundamental paling kuat akan mengamati laporan data terkait ekonomi Tiongkok. Beberapa media melaporkan banyak pendapat analis pasar komoditas yang menyebutkan kondisi ekonomi Tiongkok susah berbaliknya.
Secara teknikal untuk pergerakan harga pekan ini, dilihat dari posisi resisten akan berada pada kisaran $73 – $77 per barel. Namun jika terjadi koreksi akan turun ke kisaran support $68 – $65 per barel.



