(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini masih bullish, dengan IHSG mencetak rekor barunya selama 5 pekan namun rupiah agak flat setelah rally 6 minggu.
- BI melaporkan kinerja penjualan eceran Agustus diprakirakan meningkat.
- Dana asing berbalik ke outflow secara terbatas, sekitar Rp1,3 triliun dalam seminggu.
- Sentimen global saat ini adalah akan dimulainya pemangkasan bunga the Fed minggu mendatang.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah data neraca perdagangan di hari Selasa, serta pengumuman BI Rate pada Rabu nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 17-20 September 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir bullish dan mencetak rekor tertinggi lagi di pekan kelimanya, dipicu oleh optimisme pasar bahwa minggu mendatang akan dimulai siklus penurunan suku bunga the Fed, dipimpin antara lain sektor teknologi dengan emiten bank besar. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya dalam koreksi. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 1,17%, atau 90,285 poin, ke level 7.812,131. Untuk minggu berikutnya (17-20 September 2024), dikurangi libur hari Senin, IHSG kemungkinan akan terkoreksi profit taking sejenak namun tetap uptrend, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.833 dan 7.850. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.650, dan bila tembus ke level 7.460.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu dalam konsolidasi dan nyaris flat setelah 6 minggu berturut-turut bullish, walau masih dekat dengan area 12 bulan tertingginya, di antara spekulasi pemangkasan suku bunga the Fed yang lebih agresif, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah tipis 0,06% atau 9 poin ke level Rp 15.389 per USD. Sementara, dollar global dalam koreksi menjelang pemangkasan bunga the Fed. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan lebih bias menurun, atau kemungkinan rupiah dalam konsolidasi dan bias menguat, dalam range antara resistance di level Rp15.583 dan Rp Rp15.759, sementara support di level 15.295 dan Rp15.215.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke 6,561% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbaliknya ke aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau terkoreksi di pekan keduanya.
===
Kinerja penjualan eceran pada Agustus 2024 diprakirakan meningkat. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2024 yang diprakirakan mencapai 215,9 atau tumbuh 5,8% (yoy).
Meningkatnya penjualan eceran didorong oleh mayoritas kelompok, tertinggi pada Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, diikuti Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Subkelompok Sandang.
Berdasarkan data transaksi 9 – 12 September 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp1,31 triliun (jual neto Rp0,18 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp2,46 triliun di pasar saham dan jual neto Rp3,59 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Seorang investor ketika memilih instrumen investasinya dan kemudian masuk ke pasar tentunya berharap akan memperoleh profit dari keputusan investasinya tersebut. Harapan. Itu sesuatu yang begitu memengaruhi pandangan investor. Harapan yang diwarnai oleh ekspektasi dan tidak jarang disertai analisis yang bias.
Kalau Anda ingin kenal pasar –memang tidak mudah untuk mengenalnya—harus tahu seperti apa ekspektasi pasar hari-hari ini. Vibiznews.com telah siap sejak lama ingin memperkenalkan Anda kepada pasar secara lebih dalam, karena kami ada sebagai partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting