Dimulainya Penurunan Suku Bunga BI Mendongkrak Kinerja Emiten Perbankan

197
Dimulainya Penurunan Suku Bunga BI Mendongkrak Kinerja Emiten Perbankan

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6% pada 18 September 2024, disambut gembira oleh perbankan. Sebab berakhirnya era suku bunga tinggi akan mendongkrak kinerja sektor perbankan.

Seperti kita ketahui, pemangkasan BI-Rate sejalan dengan manuver bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang memangkas Federal Funds Rate (FFR). The Fed sudah menurunkan FFR sehingga pemangkasan BI-Rate adalah hal yang positif bagi perekonomian dan juga perbankan di Indonesia.

Apa saja dampak penurunan BI-Rate bagi perbankan?

Penurunan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6% dan FFR sebesar 50 bps pada 18 September 2024 memberikan dampak positif bagi likuiditas perbankan ke depannya sehingga simpanan akan tumbuh positif.

Ada beberapa pendapat bankir yang disampaikan kepada media.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero),Tbk (BNI) Royke Tumilaar mengatakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) akan berdampak positif atas kinerja BNI, utamanya dari likuiditas perseroan.

Pertama, penurunan cost of fund karena penurunan BI-Rate dapat membawa SRBI rate tenor 12 bulan di bawah 7% ke depannya.

Kedua, potensi penyaluran kredit BNI yang lebih baik sejalan dengan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) BI. Karena dengan turunnya BI-Rate, maka bunga kredit nantinya juga turun dan bagi bank, margin bisa lebih sehat.

Sedangkan Direktur Keuangan dan Strategis PT Bank Mandiri, Tbk (BMRI) Sigit Prastowo mengungkapkan penurunan BI-Rate tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan kredit.

Sebab ketika suku bunga tinggi, justru permintaan kredit sempat melonjak. Menurutnya penurunan BI-Rate lebih berpengaruh ke likuiditas.

Likuiditas lebih longgar yang bisa mendorong ekspansi kredit ke depan. Selain itu cost of fund bisa lebih murah dan harga kredit bisa turun lagi. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Direktur Utama Bank BCA dan Direktur Bank CIMB Niaga.

Ke depan, jika ekspektasi inflasi mengarah ke target sasaran yang 2,5% dan kurs rupiah stabil. Maka menurut penulis, masih ada ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga BI-Rate lagi sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Hal ini sebagai stimulus perekonomian dari jalur kebijakan moneter yang tetap pro-growth.

Bagaimana dampaknya pada prospek saham perbankan dan emiten perbankan?

Penurunan BI-Rate dan FFR Rate tentunya berdampak positif bagi kinerja saham perbankan. Karena jika suku bunga acuan BI turun, maka suku bunga deposito dan suku bunga tabungan juga turun, disusul dengan 6 bulan kemudian suku bunga kredit turun. Ini tentunya akan meningkatkan kinerja perbankan, karena NPL turun.
Grafik IDX Bank Periode Maret-Oktober 2024

Grafik IDX Bank Periode Maret - Oktober 2024
Sumber: Investing.com

Berdasarkan data di atas maka terlihat pergerakan indeks saham perbankan selama kurang lebih 7 bulan dimulai 5 Maret 2024 sampai 4 Oktober 2024.

Dalam chart tersebut terlihat indeks perbankan sempat mencapai indeks tertinggi pada 23 September 2024 dalam 6 bulan terakhir. Yaitu periode 14 Maret 2024 sampai dengan 23 September 2024.

Walaupun dalam jangka pendek, saham perbankan sempat mengalami koreksi sehat dalam 2 minggu terakhir. Mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang rawan profit taking karena sudah naik terlalu tinggi.

Tetapi saham perbankan seperti BBRI, BMRI, BBCA, BBNI tetap prospektif. Masih ada potensi kenaikan sekitar 5 – 10% untuk saham-saham tersebut.
Stockbit Sekuritas dalam risetnya mengungkapkan, pemangkasan FFR sebesar 50 bps ke level 4,75-5% menjadi yang pertama sejak kenaikan suku bunga secara agresif dalam 2 tahun terakhir.(Sumber, Investor Daily 20 September 2024).

Kronologisnya seperti ini, ketika siklus pemotongan suku bunga dimulai, pasar negara berkembang termasuk Indonesia diperkirakan mendapatkan peningkatan aliran modal asing (foreign capital inflows).

Suku bunga di AS yang lebih rendah secara umum, menyebabkan pelemahan dollar AS dan penurunan imbal hasil obligasi AS. Hal ini membuat investasi di pasar saham emerging market seperti Indonesia lebih menarik karena potensi return yang lebih tinggi.

Selain itu, valuasi pasar saham di Indonesia yang relatif lebih murah, juga menarik bagi investor asing. Karena valuasi pasar saham di AS yang sudah tinggi, menimbulkan kekuatiran mengenai risk/reward berinvestasi di AS.

Sedangkan pasar saham di Indonesia masih relatif undervalued. Perbedaan ini menjadi pertimbangan investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Secara umum, tren foreign inflows ke pasar saham Indonesia memiliki korelasi negatif dengan kondisi suku bunga. Era suku bunga rendah (low rate environment) direspons investor asing dengan meningkatkan investasi pada pasar saham di Indonesia.

Sebaliknya kenaikan suku bunga ke level yang tinggi, diikuti arus keluar dari pasar saham Indonesia.

Jadi dengan dimulainya siklus pemangkasan suku bunga oleh the Fed, hal ini berpotensi foreign inflows ke pasar saham Indonesia kembali meningkat ke depannya. Hal ini tentunya berpotensi mendorong kinerja pasar saham Indonesia.

Menurut Analis Vibiz Research Center maka pemilihan sektor saham untuk dikoleksi seperti sektor perbankan menjadi lebih diuntungkan dari penurunan suku bunga dibandingkan sektor lainnya.

Karena penurunan biaya deposit (cost of fund) dapat meningkatkan profitabilitas (net interest margin) perbankan.
Jadi penurunan BI-Rate dan FFR tentunya memberikan dampak positif kepada emiten perbankan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan Margin Keuntungan
Penurunan suku bunga menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih rendah. Ini bisa meningkatkan margin keuntungan bagi bank, terutama jika mereka dapat mempertahankan spread antara suku bunga simpanan dan pinjaman.

2. Peningkatan Permintaan Kredit
Suku bunga yang lebih rendah umumnya mendorong lebih banyak orang dan bisnis untuk meminjam uang. Ini bisa mengarah pada peningkatan volume pinjaman, yang berpotensi meningkatkan pendapatan bunga bank.

3. Peningkatan Likuiditas di pasar
Penurunan suku bunga juga meningkatkan likuiditas di pasar. Bank yang memiliki lebih banyak likuiditas dapat memperluas portofolio pinjaman mereka dan berinvestasi lebih banyak dalam instrumen keuangan lainnya.

4. Peningkatan Risiko Kredit
Meskipun ada peluang pertumbuhan, penurunan suku bunga juga dapat meningkatkan risiko kredit. Jika bank memberikan lebih banyak pinjaman kepada debitor dengan risiko tinggi, ada potensi peningkatan gagal bayar.

5. Dampak pada Saham Perbankan
Penurunan suku bunga biasanya dianggap positif oleh pasar, yang bisa menyebabkan harga saham perbankan naik. Investor sering kali melihat bank sebagai pilihan investasi yang lebih menarik saat suku bunga rendah, karena pertumbuhan pendapatan diharapkan meningkat.

6. Dampak pada Portofolio Investasi
Bank sering kali memiliki portofolio investasi yang dapat terpengaruh oleh perubahan suku bunga. Penurunan suku bunga dapat mengurangi hasil dari obligasi yang mereka pegang.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penurunan suku bunga BI dan FFR dapat memberikan dorongan positif bagi emiten saham perbankan dalam hal pertumbuhan pendapatan dan nilai saham. Namun, risiko yang terkait dengan peningkatan permintaan kredit dan potensi gagal bayar harus diperhatikan. Pemantauan yang hati-hati terhadap faktor-faktor ini penting bagi bank dalam mengambil keputusan strategis.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting