(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini mixed dan fluktuatif terbatas.
- Sentimen global saat ini masih sekitar tensi geopolitik Timur Tengah dan prospek pemangkasan bunga the Fed berikutnya.
- Posisi cadangan devisa Indonesia pada September dilaporkan BI tetap tinggi dan stabil.
- Kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh pada bulan September.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah neraca perdagangan di hari Selasa, serta rilis BI Rate yang diperkirakan turun 25 bps pada Rabu nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 14-18 Oktober 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir rebound terbatas dari level 7 minggu terendahnya, meninggalkan oversold area-nya, dipimpin antara lain sektor properti dan penguatan saham bank BUMN, sembari investor terus mencermati tensi geopolitik Timur Tengah. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya mixed. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,33%, atau 24,511 poin, ke level 7.520,602. Untuk minggu berikutnya (14-18 Oktober 2024), IHSG kemungkinan agak konsolidatif dengan bias menguat, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.642 dan 7.763. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.449, dan bila tembus ke level 7.386.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah di pekan keduanya dengan terbatas, sempat menyentuh area hampir 2 bulan terendahnya lalu rebound, ditekan dollar yang masih ditopang permintaan safe haven, serta pasar menantikan arah pemangkasan suku bunga the Fed berikutnya, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,13% atau 20 poin ke level Rp 15.575 per USD. Sementara, dollar global rally perlahan ke sekitar 2 bulan tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat terkoreksi, atau kemungkinan rupiah berupaya melanjutkan rebound-nya, dalam range antara resistance di level Rp15.694 dan Rp Rp15.747, sementara support di level 15.242 dan Rp15.167.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun terbatas secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 6,686% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau naik di pekan keduanya.
===
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 tetap tinggi sebesar 149,9 miliar dolar AS, relatif stabil dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar 150,2 miliar dolar AS. Perkembangan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh pada September 2024. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) September 2024 yang diprakirakan mencapai 210,5 atau tumbuh sebesar 4,7% (yoy).
Kinerja penjualan eceran tersebut ditopang antara lain oleh Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.
Berdasarkan data transaksi 7 – 10 Oktober 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp2,84 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp4,47 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp4,37 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp2,73 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Anda mungkin telah menyimak cukup derasnya dana asing yang masuk atau keluar pasar modal, termasuk pasar Indonesia, yang mendongkrak bursa atau menghempaskannya. Memang demikianlah pergerakan dana investasi global. Begitu cepatnya mengalir ke berbagai instrument investasi menembus batas-batas antar negara. Begitu cepat masuk, mampir, dan begitu cepat pula keluar atau mengalami “switching” dari satu asset ke asset lainnya, serta dari satu negara ke negara lainnya.
Itu sebabnya kita perlu mempelajari dinamika portfolio investasi, baik dari sisi jenis, jangka waktu, tingkat risiko, typical, dll. Simak terus vibiznews.com dan jadilah investor yang sukses. Salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting