(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini serempak terkoreksi profit taking dan sentiment negatif regional.
- BI melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar (M2) September sebagai tumbuh stabil.
- Sentimen global saat ini berlanjut sekitar tensi geopolitik Timur Tengah dan estimasi pemangkasan suku bunga the Fed akan bertahap.
- Capital outflow terjadi dalam seminggu ini, sekitar Rp6,6 triliun.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah tingkat inflasi IHK di hari Jumat nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 28 Oktober – 1 November 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir terkoreksi ke level seminggu terendahnya, dipicu profit taking dan merosotnya sektor teknologi, di tengah pasar menantikan kebijakan dari kabinet yang baru. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya kembali dalam koreksi. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,84%, atau 65,400 poin, ke level 7.694,660. Untuk minggu berikutnya (28 Oktober – 1 November 2024), IHSG kemungkinan agak sideways dengan bias menguat, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.810 dan 7.910. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.573, dan bila tembus ke level 7.467.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah, masuk ke posisi 2 minggu terendahnya, di antara berlanjutnya capital outflow, serta dollar yang rally sebagai safe haven dan prediksi kemenangan Trump dalam pemilu AS, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 1,11% atau 172 poin ke level Rp 15.659 per USD. Sementara, dollar global rally bertahap dan sempat bertengger di 3 bulan tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan mendatar bias naik, atau kemungkinan rupiah dalam konsolidasi bias melemah, dalam range antara resistance di level Rp15.701 dan Rp Rp15.759, sementara support di level 15.425 dan Rp15.242.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 6,755% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbaliknya ke aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau naik di pekan keempatnya.
===
BI melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2024 tumbuh stabil yakni sebesar Rp9.044,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,2% (yoy). Angka ini relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,3% (yoy).
Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, perkembangan M2 tersebut terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat.
Berdasarkan data transaksi 21-24 Oktober 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp6,63 triliun. Terdiri dari jual neto sebesar Rp3,01 triliun di pasar saham, jual neto sebesar Rp4,53 triliun di pasar SBN. Dan beli neto sebesar Rp0,91 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Berita tentang pergerakan pasar di Amerika dan Eropa, termasuk faktor-faktor pemicunya, tidak pernah surut untuk memengaruhi naik turunnya pasar investasi di global dan dalam negeri. Satu saat sepertinya memberi harapan, pada kesempatan lain memutuskan ekspektasinya. Sangat tidak menentu. Ketidakpastian semakin jelas merupakan suatu kepastian di pasar satu ini. Tidak perlu berharap pasar yang akan berubah. Kita, sebagai investor, yang harus beradaptasi dengan ketidakpastian pasar.
Vibiznews.com dapat menjadi pendamping untuk memberikan pencerahan di tengah pasang surut, naik turun, dan ketidakjelasan pasar. Bagi Anda kami hadir. Untuk para partner, kami sampaikan terimakasih telah bersama terus dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting