(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini berlanjut bearish, terutama untuk IHSG.
- Data BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Q3 turun sedikit menjadi 4,95% (yoy).
- Cadangan devisa Oktober 2024 tercatat naik menjadi sebesar 151,2 miliar USD.
- Sentimen global saat ini sekitar sentimen kemenangan Trump sebagai Presiden AS terpilih, dan arah the Fed setelah memangkas suku bunga di November.
- Capital outflow berlanjut dalam seminggu ini, sekitar Rp10,2 triliun.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah keyakinan konsumen pada hari Senin, penjualan retail di hari Selasa, serta neracara perdagangan pada Jumat nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 11-15 November 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir merosot di pekan ketiganya dan sempat jatuh ke level hampir 3 bulan terendahnya lalu rebound di akhir pekan, diangkat sektor bahan baku dan sentimen positif setelah the Fed memangkas suku bunganya. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya menguat mengikuti Wall Street setelah kemenangan Trump di Pilpres AS. Secara mingguan IHSG ditutup melemah signifikan 2,91%, atau 218,066 poin, ke level 7.287,191. Untuk minggu berikutnya (11-15 November 2024), IHSG kemungkinan berupaya melanjutkan rebound di oversold area-nya, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.530 dan 7.617. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.243, dan bila tembus ke level 7.181.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir balik rebound terbatas, bangkit di hari terakhir ke seminggu tertingginya dari tekanan ke 3 bulan terlemahnya, di antara masih berlanjutnya capital outflow dan cadangan devisa RI yang meningkat, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir menguat 0,32% atau 51 poin ke level Rp 15.664 per USD. Sementara, dollar global sideways dan sempat melaju ke level 4 bulan tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan lebih stabil, atau kemungkinan rupiah dalam konsolidasi dengan bias menguat, dalam range antara resistance di level Rp15.859 dan Rp Rp15.985, sementara support di level 15.679 dan Rp15.580.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau stabil secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun tipis yield obligasi dan berakhir ke 6,728% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau tertahan setelah rally lima pekan.
===
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga baik di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 tumbuh sebesar 4,95% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat 5,05% (yoy).
Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5% (yoy) didukung oleh permintaan domestik.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 tercatat sebesar 151,2 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan posisi pada akhir September 2024 sebesar 149,9 miliar dolar AS.
Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Berdasarkan data transaksi 4 – 7 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp10,23 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp2,29 triliun di pasar saham, Rp4,66 triliun di pasar SBN, dan Rp3,28 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Dalam investasi dan transaksinya, ada sejumlah investor yang bertanya-tanya kapankah waktunya untuk profit taking? Apakah ini adalah saat yang pas? Sejumlah keputusan investasi pada dasarnya harus kembali kepada investor itu sendiri. Andalah yang putuskan apakah sudah cukup puas dengan posisi keuntungan sekarang, atau belum.
“Fear and greed” harus diatasi pada situasi seperti ini. Sekali membuat keputusan, jangan disesali. Kalau ada hal yang kurang pas itu bisa menjadi bahan pelajaran berikutnya. Relax saja, stay happy investing! Sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting