(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung menguat terbatas pada awal perdagangan sesi I Rabu (4/12/2024).Pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 56,55 poin atau 0,86% ke 7.114,74.
Lalu pada pukul 09:54 WIB, IHSG berhasil melonjak 1,2% ke posisi 7.282,23. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.200. Bahkan, IHSG juga makin dekati level psikologis 7.300.
Menurut pengamat, sebanyak 149 saham naik, 66 saham turun dan 239 saham stagnan.
Sembilan indeks sektoral menguat, menopang kenaikan IHSG. Sedangkan dua indeks sektoral lainnya masuk zona merah.
Sebagai informasi, indeks sektoral dengan kenaikan terbesar adalah sektor teknologi yang naik 1,09%, sektor keuangan naik 0,91%. Dan sektor barang konsumen non primer yang naik 0,99%.
Sedangkan dua indeks sektoral yang melemah adalah sektor kesehatan yang turun 0,22% dan sektor transportasi yang turun 0,13%.
Total volume perdagangan saham di bursa pagi ini mencapai 712,18 juta saham dengan total nilai Rp 678,40 miliar.
IHSG kembali menguat di tengah sikap investor yang menanti pidato dari ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell. Sebagai informasi, Powell akan berpidato pada Kamis dinihari waktu Indonesia pukul 01.45 WIB.
Investor menantikan sinyal mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan dengan kondisi terkini.
Dalam notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November, pejabat The Fed menyampaikan bahwa inflasi sedang melambat dan pasar tenaga kerja tetap kuat, yang memungkinkan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut meskipun dilakukan secara bertahap.
Ringkasan pertemuan tersebut memuat beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa para pejabat merasa nyaman dengan laju inflasi, meskipun menurut sebagian besar ukuran, inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh The Fed.
Dengan hal tersebut, dan dengan keyakinan bahwa situasi lapangan pekerjaan masih cukup solid, anggota FOMC menunjukkan bahwa kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan, meskipun mereka tidak menentukan kapan dan seberapa besar.
Di lain sisi, perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh di level 5%, meski pada awal tahun depan ada kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelumnya 11% menjadi 12%.
Menurut Analis Vibiz Research Center, konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian. Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis AS, perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas menjadi tantangan yang perlu dikelola.
Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari BI dan The Fed.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting