Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Semakin Meningkat, Risiko Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

535
Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Semakin Meningkat, Risiko Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibiznews – Economy & Business) – Dengan terpilihnya Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS), tentu saja berpengaruh kepada rencana kebijakan perdagangan di AS.
Rencana Trump untuk menaikkan tarif impor yang lebih tinggi kepada negara-negara yang memiliki surplus yang tinggi terhadap AS sebesar 25%.

Dengan cakupan negara yang semula 5 negara yaitu Tiongkok, Canada, Mexico, Uni Eropa + Inggris dan Vietnam. Ditambah dengan Jepang, Korsel dan sejumlah negara lain yang intinya punya surplus neraca perdagangan yang tinggi terhadap AS.

Demikian juga cakupan komoditas jadi lebih banyak yang tadinya hanya besi baja, aluminium, dan nikel telah ditambah dengan kendaraan dan solar panel dari Vietnam. Reaksi Tiongkok terhadap rencana AS ini menyebabkan risiko peningkatan fragmentasi perdagangan dunia.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan: ”Perkembangan ini disertai dengan eskalasi ketegangan geopolitik di banyak negara. Yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diprakirakan melambat menjadi 3,1% dari sebesar 3,2% pada 2024.”

Inflasi dunia meningkat dibandingkan prakiraan sebelumnya dipengaruhi oleh gangguan rantai suplai.

Di AS, penurunan Fed Funds Rate (FFR) diprakirakan lebih lambat akibat inflasi yang lebih tinggi tersebut. Federal Reserve Kamis 19/12/2024 dinihari mengumumkan keputusannya untuk menurunkan suku bunga seperempat poin lagi pada pertemuan terakhir mereka tahun 2024.

Sementara itu, kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang. Yield UST tenor 2 tahun di triwulan IV 2024 sebesar 4,2% bisa menjadi 4,5% di akhir tahun 2025.

Sementara yield UST tenor 10 tahun yang sekarang 4,3% akan naik menjadi 4,7% pada akhir tahun 2025.

Penguatan mata uang dolar AS secara luas terus berlanjut terlihat dari Dollar Index yang saat ini berkisar 106/107 akan naik lebih tinggi di tahun 2025. Hal ini disertai berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS.

Hal ini tentunya meningkatkan tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia dan menahan aliran masuk modal asing ke negara berkembang.

Perkembangan ekonomi global yang diikuti dengan tetap tingginya ketidakpastian pasar keuangan global tersebut memerlukan respons kebijakan yang kuat. Terutama untuk memitigasi dampak negatifnya terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting