Setelah BI Rate Pasar Variatif; Bias Selanjutnya? — Domestic Market Outlook, 20 – 24 Januari 2025

157
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu lewat ini variatif, dengan IHSG melaju namun rupiah masuk ke 6 bulan terendahnya.
  • BI menurunkan BI Rate 25 bps ke level 5,75%, cukup mengejutkan pasar.
  • Sentimen global saat ini sekitar estimasi bahwa the Fed akan terbatas dalam menurunkan suku bunganya tahun ini.
  • Surplus neraca perdagangan Desember mencapai 2,24 miliar dolar AS; merupakan surplus selama 5 tahun sejak 2020.
  • Capital outflow terjadi seminggu berlalu ini, sekitar Rp9,6 triliun.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah data uang beredar pada hari Kamis, serta rilis PMA pada Jumat nanti.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 20 – 24 Januari 2025.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir rebound dari koreksi sebelumnya ke sekitar level 1,5 minggu terkuatnya, dipimpin terakhirnya oleh sektor properti dan kenaikan emiten big cap setelah BI Rate secara mengejutkan diturunkan BI ke 5,75%. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya mixed. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,93%, atau 65,792 poin, ke level 7.154,658. Untuk minggu berikutnya (20 – 24 Januari 2025), IHSG kemungkinan akan masih fluktuatif dengan bias menguat, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.216 dan 7.320. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.931, dan bila tembus ke level 6.843.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah setelah 3 minggu menguat perlahan, masuk ke 6 bulan terendahnya pada oversold area, di antara pemangkasan BI Rate 25 bps dan ekspektasi the Fed akan lebih lambat dalam menurunkan suku bunganya, serta capital outflow pasar SBN. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 1,11% atau 180 poin ke level Rp 16.360 per USD. Sementara, dollar global fluktuatif dekat di bawah 26 bulan terkuatnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat terkoreksi, atau kemungkinan rupiah berupaya cari peluang rebound walau agak terbatas, dalam range antara resistance di level Rp16.384 dan Rp Rp16.474, sementara support di level 16.169 dan Rp16.059.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau fluktuatif dan balik mendatar secara mingguannya, terlihat dari pergerakan sideways dari yield obligasi dan berakhir ke level 7,151% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau terkoreksi.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%.

Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dilaporkan BI tumbuh baik dengan kecenderungan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7–5,5%. Pada 2025, pertumbuhan ekonomi diperkirakan juga cenderung lebih rendah dari prakiraan sebelumnya.

Kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan IV 2024 tetap terjaga dan berada pada fase ekspansi (indeks >50%), tecermin dari PMI-BI triwulan IV 2024 sebesar 51,58%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2024 mencapai 2,24 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada 2024 mencatat surplus 31,04 miliar dolar AS, serta merupakan surplus dalam lima tahun berturut-turut sejak 2020.

Berdasarkan data transaksi 13 – 16 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp9,57 triliun, terdiri dari beli neto Rp0,01 triliun di pasar saham, jual neto Rp4,17 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp5,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

 

Kalau di pasar investasi itu, situasi krisis ataupun sebaliknya recovery, bisa merugikan tetapi bisa juga menguntungkan. Yang penting pemilihan instrumen investasinya tepat dan pada timing yang pas pula. Dengan demikian, apapun situasi dunia di tahun 2025 ini, sekalipun ada unsur ketidakpastian ekonomi global, akan selalu ada peluang investasi.

Anda hanya butuh partner saja yang dapat dipercaya. Tidak salah bila telah memilih Vibiznews, partner sukses investasi Anda. Kiranya kita semua dapat menyongsong tahun baru yang membawa keberhasilan.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting