(Vibiznews – Banking & Insurance) – Menjelang tahun 2025, perbankan di Indonesia bisa dibilang mengalami transformasi yang cukup signifikan. Hal tersebut bisa terlihat dari perhatian yang cukup tinggi ke arah digitalisasi, pertumbuhan kredit, dan kebijakan makroprudensial.
Tak dapat dipungkiri bahwa digitalisasi menjadi salah satu pilar utama dalam perkembangan perbankan. Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 14-15 Januari 2025 Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tahun 2024 tetap tumbuh. Hal ini didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pembayaran digital yang meliputi transaksi melalui aplikasi mobile dan internet, mencapai 34,5 miliar transaksi. Atau tumbuh 36,1 persen year on year (yoy) yang didukung oleh seluruh komponennya.
Selanjutnya, volume transaksi pada aplikasi mobile tumbuh sebesar 39,1 persen yoy. Demikian pula volume transaksi pada internet yang tumbuh sebesar 4,4 persen yoy pada tahun 2024.
Di samping itu, volume transaksi pembayaran digital melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) tetap tumbuh pesat sebesar 175,2 persen yoy. Ini didukung peningkatan jumlah pengguna dan merchant.
“Pembayaran digital diproyeksikan meningkat 52,3 persen yoy pada tahun 2025,” tutur Perry.
Dari sisi infrastruktur, volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-FAST mencapai 3,4 miliar transaksi atau tumbuh 62,4 persen yoy dengan nilai mencapai Rp8,9 triliun pada tahun 2024. Volume transaksi nilai besar yang diproses melalui BI-RTGS mencapai 10,3 juta transaksi atau tumbuh 3,1 persen yoy dengan nilai Rp126,3 ribu triliun, meningkat 17,6 persen yoy pada tahun 2024.
Bank Indonesia memperkirakan bahwa pada tahun 2025, volume transaksi BI-FAST diprakirakan tumbuh 34,1 persen yoy dan nilai transaksi BI-RTGS diprakirakan tumbuh 11,4 yoy.
Apa saja tantangan transformasi digital di tahun 2025?
Transformasi digital dan penggunaan teknologi yang berkembang pesat menjadi tantangan dunia saat ini.
Berdasarkan survei tahunan KPMG Keeping Us Up At Night 6 Januari 2025, transformasi digital, dan penggunaan teknologi yang berkembang seperti AI adalah isu utama. Yang akan menjadi fokus para pemimpin bisnis Australia pada tahun 2025 dan seterusnya.
Berikut ini 5 tantangan utama transformasi digital tahun 2025 berdasarkan survei tersebut
Top 5 tantangan di survei 2025
53% – Transformasi digital dan optimisasi serta pengambilan nilai organisasi dari hal tersebut.
42% – Melindungi dan mengatasi risiko siber.
39% – Pengendalian biaya dalam lingkungan inflasi.
39% – Teknologi baru, termasuk AI, serta kasus penggunaan dan etika yang muncul saat penerapannya.
38% – Menghadapi proses regulasi yang berkembang, perubahan pelaporan, dan dampaknya.
Untuk menghadapi tantangan transformasi digital di tahun 2025, Bank Indonesia telah menyiapkan Blue Print Sistem Pembayaran 2025 sebagai solusi untuk menjawab tantangan di era digital.
Ada 5 visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025:
1. SPI mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi bank sentral dalam proses pengedaran uang, kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong inklusi keuangan
2. SPI mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi keuangan digital melalui open banking maupun pemanfaatan teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan.
3. SPI mendukung interlink antara fintech dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow banking, melalui pengaturan teknologi digital ( seperti API), kerja sama bisnis maupun kepemilikan perusahaan.
4. SPI menjamin keseimbangan antara inovasi dan consumer protection, integritas, stabilitas serta persaingan usaha yang sehat melalui penerapan KYC-AML & CFT, kewajiban keterbukaan data/informasi/bisnis publik. Dan penerapan regtech dan suptech dalam kewajiban pelaporan, regulasi dan pengawasan.
5. SPI menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi- keuangan digital antar negara melaui kewajiban pemrosesan transaksi domestik dalam negeri, dan kerjasama pemrosesan asing dengan domestik, dengan memperhatikan prinsip resiprokalitas.
Tabel Konfigurasi Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia
Dalam tabel di atas terlihat peranan BI dalam melakukan koordinasi dan mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital antara sektor ekonomi dan sektor keuangan. Terutama dalam menyiapkan infrastruktur baik untuk Retail Payment maupun Wholesale Payment serta menyiapkan kebijakan terkait hal tersebut.
Tabel 5 Inisiatif Sistem Pembayaran Indonesia 2025
Dalam tahun 2025 ini Bank Indonesia menyiapkan 5 Inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran 2025 yang menyangkut:
1. Inisiatif Open Banking yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital diperbankan untuk menjamin bank sebagai lembaga utama dalam ekonomi keuangan digital. Implementasi Open Banking mencakup standarisasi API teknis, keamanan, kontrak Open API dan standarisasi data
2. Sistem Pembayaran Ritel mencakup interface Payment, Pengembangan BI-FAST, Perluasan Layanan GPN
3. Infrastruktur Pasar Keuangan
4. Data Pembayaran, Data Hub dan Integrasi Pelaporan
5. Pengaturan Perizinan Pengawasan mencakup struktur pengaturan, integrasi perizinan & pengawasan, Sandbox (Regtech, Suptech), Data Policy dan Keamanan Siber.
Pengaturan sistem pembayaran ke depan juga akan mencakup penguatan entry policy dan integrasi perizinan yang lebih sederhana tanpa mengurangi aspek kehati-hatian. Regulasi dan ketentuan sistem pembayaran akan ditata secara lebih terstruktur, proporsional, forward looking, serta agile.
Untuk mencapai hal tersebut maka Bank Indonesia melakukan kolaborasi antara Pemerintah, OJK, Perbankan, Fintech serta E-commerce.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting