Koreksi Pasar setelah Liburan; Berikutnya? — Domestic Market Outlook, 3-7 Februari 2025

780

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu pendek ini bias melemah setelah berakhirnya libur panjang.
  • Capital outflow terjadi seminggu berlalu ini, terbatas saja sekitar Rp0,8 triliun.
  • Sentimen global saat ini masih sekitar kebijakan tariff dari Pemerintah AS.
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah data inflasi IHK pada hari Senin, rilis pertumbuhan PDB di hari Rabu, serta data cadangan devisa pada Jumat nanti.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 3-7 Februari 2025.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir terkoreksi kembali di minggu pendek dan sempat ke 2 pekan terendahnya lalu rebound di hari terakhir, dalam pasar yang fluktuatif setelah long weekend. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya menguat, namun sebagian lagi masih libur. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,79%, atau 56,860 poin, ke level 7.109,196. Untuk minggu berikutnya (3-7 Februari 2025), IHSG kemungkinan akan konsolidatif mencari arah berikutnya, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.325 dan 7.400. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.956, dan bila tembus ke level 6.931.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah ke level 1 minggu terendahnya, di antara penguatan USD index oleh rencana kebijakan tariff AS atas Canada dan Mexico, serta capital outflow pasar SBN. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,53% atau 85 poin ke level Rp 16.255 per USD. Sementara, dollar global agak bullish ke hampir 2 minggu terkuatnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan masih menanjak, atau kemungkinan rupiah konsolidasi dalam bias melemah, dalam range antara resistance di level Rp16.384 dan Rp Rp16.474, sementara support di level 16.149 dan Rp16.059.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau stabil secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik tipis dari yield obligasi dan berakhir ke level 6,970% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbaliknya aksi jual terbatas investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau terkoreksi.

===

Berdasarkan data transaksi 30 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp0,82 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp0,40 triliun di pasar saham, jual neto Rp0,43 triliun di pasar SBN, dan beli neto Rp5 miliar di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

 

Memasuki bulan kedua tahun 2025, pasar terpantau agak fluktuatif di berbagai instrumen investasi, apalagi setelah hari-hari liburan. Tahun ini telah diawali dengan ketidakpastian ekonomi global, di antaranya oleh memanasnya persaingan perang dagang termasuk tariff antar negara-negara besar. Sebagian investor mungkin sudah mengalami kerugian di beberapa transaksi investasi. Yang lainnya mungkin menyebutkan bahwa pasar sedang kurang jelas, serta sebagian lagi memandang ini sebagai kesempatan untuk suatu trading di dalam range (rangebound). Tentunya ini semua harus didukung dengan skill dan knowledge.

Bersama Vibiznews.com Anda bisa mengembangkan hal-hal tersebut secara optimum. Selamat menuai lebih lagi sukses Anda di tahun ini, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting