(Vibiznews – Economy & Business) Pada hari Senin, Presiden AS Donald Trump memperluas cakupan tarif baja dan aluminium ke semua negara, yang secara efektif membatalkan kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa, Inggris, Jepang, dan negara-negara lainnya. Kebijakan ini menandai eskalasi proteksionisme yang telah dimulai sejak pemerintahan Trump pertama pada tahun 2018, di mana tarif sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium telah diterapkan.
Rincian Kebijakan Baru
Eksekutif order yang diumumkan ini mencakup:
- Peningkatan Tarif – Tarif pada baja dan aluminium akan meningkat lebih lanjut, dengan penerapan 25% pada baja dan 10% pada aluminium tanpa pengecualian untuk semua negara, efektif mulai 4 Maret.
- Penutupan Celah Hukum (Loopholes) – Sebelumnya, beberapa negara atau produk tertentu mendapatkan pengecualian atau celah hukum untuk menghindari tarif. Kebijakan baru ini bertujuan untuk menghilangkan celah tersebut.
- Penghapusan Pengecualian – Negara-negara yang sebelumnya mendapatkan pengecualian, seperti Uni Eropa dan Jepang, kini akan dikenakan tarif penuh tanpa pengecualian, meskipun Trump menyebutkan kemungkinan pengecualian bagi Australia karena neraca perdagangannya yang surplus dengan AS.
Dampak Terhadap Pasar
1.Reaksi Pasar Keuangan
Berita ini memicu reaksi pasar yang langsung tercermin dalam pergerakan DXY (Indeks Dolar AS), yang naik 0,05% menjadi 108,37. Ini menunjukkan bahwa investor melihat kebijakan proteksionisme ini sebagai langkah yang dapat meningkatkan daya saing industri AS dalam jangka pendek, sehingga memperkuat dolar. Namun, dalam jangka panjang, ada risiko terhadap volatilitas pasar
2.Dampak Terhadap Ekonomi
Dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih menjadi perdebatan. Beberapa ekonom menyoroti bahwa tarif serupa yang diterapkan pada tahun 2018 hanya menciptakan sekitar 1.000 lapangan kerja di sektor baja dan aluminium, sementara sektor lain seperti otomotif, konstruksi, dan manufaktur mengalami kerugian yang jauh lebih besar dengan kehilangan sekitar 75.000 pekerjaan.
Menurut laporan dari Capitol Economics, dampak tarif baru ini kemungkinan akan lebih terbatas dibandingkan dengan tahun 2018, karena produksi baja dan aluminium di AS telah meningkat, sementara permintaan mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
- Dampak terhadap Perdagangan Global
Ekspansi tarif ini berpotensi memperburuk hubungan dagang AS dengan negara-negara besar lainnya. Negara-negara seperti Uni Eropa dan Jepang kemungkinan akan mempertimbangkan langkah-langkah pembalasan, yang bisa berupa penerapan tarif baru terhadap barang-barang ekspor AS atau pembatasan akses pasar bagi perusahaan AS.
Di sisi lain, beberapa negara mungkin akan mengalihkan rantai pasokan mereka untuk mengurangi ketergantungan pada baja dan aluminium AS. Ini dapat menguntungkan pemasok alternatif seperti China, India, atau negara-negara Asia Tenggara.
- Dampak Terhadap Sektor Industri
Sektor-sektor yang paling terdampak dari kebijakan ini meliputi:
- Industri Otomotif dan Manufaktur: Biaya produksi kendaraan dan produk manufaktur berbasis logam akan meningkat, yang dapat berdampak pada harga akhir bagi konsumen.
- Konstruksi: Baja dan aluminium banyak digunakan dalam proyek infrastruktur dan pembangunan, sehingga harga material yang lebih tinggi bisa memperlambat pertumbuhan sektor ini.
- Industri Pengecoran dan Logam Global: Negara-negara yang mengandalkan ekspor baja dan aluminium ke AS kemungkinan akan mengalami penurunan permintaan, yang dapat mengarah pada penutupan pabrik dan pengurangan tenaga kerja.
Kebijakan Tarif Timbal Balik: Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Selain tarif baja dan aluminium, pemerintahan Trump juga merencanakan:
- Tarif Resiprokal: Kebijakan ini dirancang untuk menyeimbangkan ketidakseimbangan perdagangan global, dengan prinsip bahwa jika suatu negara mengenakan tarif terhadap produk AS, maka AS juga akan mengenakan tarif yang sama terhadap produk negara tersebut.
- Tarif pada Produk Lain: Trump menyatakan bahwa dalam beberapa minggu ke depan akan ada diskusi mengenai tarif baru untuk produk lain seperti otomotif, semikonduktor, dan farmasi.
- Perang Dagang dengan China: Konflik perdagangan antara AS dan China terus berlangsung, dengan AS baru-baru ini mengenakan tarif 10% pada produk China, yang dibalas China dengan mengenakan tarif pada gas alam cair, minyak mentah, mesin pertanian, dan produk lainnya dari AS.
Namun, penerapan kebijakan ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal administrasi dan birokrasi. Menurut Profesor Henry Gao, seorang ahli perdagangan internasional, menerapkan tarif yang berbeda untuk setiap negara akan menjadi tugas yang sangat kompleks bagi otoritas bea cukai AS dan dapat menyebabkan kekacauan administratif.
Konsep Tarif dan Perbedaannya dengan Pajak
Tarif adalah bea masuk yang dikenakan pada barang impor untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan global. Ini berbeda dengan pajak, meskipun keduanya digunakan sebagai sumber pendapatan negara. Perbedaan utamanya adalah:
- Tarif dikenakan pada importir saat barang masuk ke suatu negara, sedangkan pajak dibayar oleh individu atau perusahaan saat melakukan pembelian atau transaksi bisnis.
- Tarif bersifat proteksionis, dengan tujuan untuk membatasi impor dan mendorong produksi domestik, sementara pajak lebih berfungsi untuk pendanaan layanan publik.
Risiko dan Prospek Kebijakan Tarif Trump
Kebijakan tarif baja dan aluminium yang diperluas oleh Presiden Trump merupakan langkah besar dalam pendekatan proteksionisme AS. Meskipun dalam jangka pendek ini dapat memberikan keuntungan bagi industri domestik AS dan memperkuat nilai dolar, kebijakan ini juga membawa risiko jangka panjang berupa balasan tarif dari negara lain, peningkatan biaya produksi, dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Negara-negara mitra dagang AS kini berada dalam posisi untuk merespons, dan dunia akan melihat apakah ini menjadi pemicu perang dagang baru atau hanya taktik negosiasi dalam hubungan dagang global yang semakin kompleks.
Penerapan tarif 25% pada baja dan aluminium ini mempertegas arah kebijakan proteksionisme AS di bawah kepemimpinan Trump. Meskipun langkah ini dapat memberikan keuntungan jangka pendek bagi industri baja dan aluminium domestik, dampak negatif terhadap sektor lain, risiko perang dagang, serta ketidakpastian ekonomi global menjadi perhatian utama.
Apabila negara-negara yang terdampak merespons dengan tarif balasan, maka rantai pasok global bisa terganggu, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan bahkan meningkatkan inflasi di AS sendiri. Oleh karena itu, keputusan ini bukan hanya soal melindungi industri dalam negeri, tetapi juga menimbulkan pertaruhan besar bagi perekonomian AS dan mitra dagangnya di seluruh dunia.