(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu berakhir variatif dan terbatas.
- Dana asing kembali berbalik ke capital inflow sekitar Rp5,2 triliun dalam sepekan.
- Sentimen global saat ini sekitar perkembangan geopolitik perang Israel – Iran serta kelanjutan negosiasi tariff
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis BI Rate yang diperkirakan bertahan di level 5,5% pada hari Rabu nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 16-20 June 2025.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau rebound dari koreksi sebelumnya, walau 3 hari terakhirnya tergerus bertahap, dipimpin terakhirnya oleh sektor properti, di tengah berita pecahnya perang Israel – Iran. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya menguat, namun di akhir pekan terkoreksi. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,74%, atau 52,640 poin, ke level 7.166,065.
Untuk minggu berikutnya (16-20 Juni 2025), IHSG kemungkinan akan bias terkoreksi, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.240 dan 7.325. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.994, dan bila tembus ke level 6.811.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah terbatas di pekan keduanya, di tengah berlanjutnya capital inflow sekitar Rp5,1 triliun di pasar SBN. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,12% atau 20 poin ke level Rp 16.290 per USD. Sementara, dollar global melemah sempat di sekitar 3 tahun terendahnya.
Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan merangkak naik, atau kemungkinan rupiah dalam bias koreksi, dalam range antara resistance di level Rp16.419 dan Rp Rp16.469, sementara support di level Rp16.155 dan Rp16.059.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun dari yield obligasi dan berakhir ke level 6,692% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau kembali terkoreksi.
===
Penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Mei 2025, demikian rilis dari Bank Indonesia. Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 2,6% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Secara bulanan, penjualan eceran pada Mei 2025 diprakirakan mencatat kontraksi sebesar 0,6% (mtm).
Berdasarkan data transaksi 10 – 12 Juni 2025, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp5,20 triliun. Terdiri dari beli neto sebesar Rp0,83 triliun di pasar saham dan Rp5,08 triliun di pasar SBN. Serta jual neto sebesar Rp0,71 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Situasi dan isyu global tetap ramai menjadi topik perbincangan di pasar investasi saat ini. Kebijakan suku bunga, perkembangan tariff, dan gejolak geopolitik serta perang di Timur Tengah, misalnya, menjadi sebagian bahan diskusi yang cukup ramai di antara para investor. Para pelaku investasi saling-silang berbeda pendapat di social media dan forum diskusi. Ini sering membingungkan para investor individual dalam menentukan strategi investasi mereka.
Gabung saja mengikuti Vibiznews dan Anda akan memperoleh secara rutin harian pandangan pasar dan rekomendasi aksi pasar berikutnya. Dengan tingkat akurasi yang menarik, investor harusnya akan banyak diuntungkan dengan cara yang cerdas dan praktis. Terima kasih telah bersama dengan kami yang merupakan partner demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting



