Perbankan di Indonesia Hadapi Pemburukan Kualitas Kredit

765
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Didukung oleh Pertumbuhan Kredit Perbankan
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Selain permasalahan likuiditas, perbankan Indonesia saat ini dihadapkan pada bayang-bayang pemburukan kualitas kredit. Terlebih, kondisi ekonomi makro maupun domestik dapat mempengaruhi kualitas kredit yang kini sudah mulai terlihat memburuk.

Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPL Gross perbankan Indonesia per April 2025 mengalami kenaikan menjadi 2,24%. Sebagai perbandingan, pada Maret 2025, NPL Gross perbankan Indonesia masih berada di level 2,17% dan pada Desember 2024, NPL Gross-nya jauh lebih rendah di level 2,08%.

Menariknya, kualitas kredit perbankan di Indonesia tidak lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga. Dalam hal ini, rasio NPL perbankan tanah air tercatat lebih tinggi dari negara-negara seperti Singapura dan Malaysia.

Adapun, pada Maret 2025, NPL gross perbankan di Singapura berada di level 1,22%. Sementara itu, rasio pinjaman bermasalah bruto untuk Malaysia berada di kisaran 1,4% turun dari bulan Februari 2025 yang berada di level 1,5%.

Di sisi lain, NPL perbankan Indonesia tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Filipina maupun Thailand. Di mana, kedua negara tersebut memiliki NPL gross masing-masing 3,3% dan 2,9%.

Direktur Utama Maybank Indonesia Steffano Ridwan pun membenarkan bahwa kredit macet di Indonesia memang tercatat lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lain. Hal tersebut setidaknya tercermin dari Grup Maybank yang ada di Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Dalam hal ini, Maybank menggunakan rasio Gross Impaired Loans (GIL) untuk melihat kredit bermasalahnya. Secara berurutan, GIL Maybank Malaysia, Singapura dan Indonesia masing-masing sebesar 1,15%, 0,49%, dan 4,02%.

Steffano pun menjelaskan bahwa NPL bank tentunya bisa berbeda tergantung jenis dan segmen nasabah yang menjadi target. Menurutnya, bank yang fokus di segmen ritel dan mikro tentunya akan memiliki NPL yang lebih besar dibandingkan oleh bank yang fokus ke korporasi besar.

“Di Indonesia karena kita memiliki jumlah populasi yang besar (ritel) dan juga besarnya bisnis mikro (UMKM), tentunya NPL bank di Indonesia secara umum akan lebih tinggi,” ujarnya.

Menurut Analis Vibiz Research Center, untuk mengatasi pemburukan kualitas kredit, perlu ditingkatkan kualitas perekonomian domestik di Indonesia. Karena saat ini perekonomian domestik di Indonesia hanya mengandalkan peran pemerintah dan kurang memberi ruang bagi pihak swasta untuk berkompetisi.

Disamping itu, perlu dilakukan pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang mempengaruhi efisiensi logistik dan distribusi barang. Investasi dalam infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan jaringan kereta api dapat mengurangi biaya logistik dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan Infrastruktur Digital seperti peningkatan kualitas dan penyebaran internet di seluruh wilayah Indonesia akan mendukung sektor-sektor digital yang terus berkembang. seperti fintech dan e-commerce.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting