IHSG Ditutup Anjlok 1,28% Setelah Pengumuman Reshuffle Kabinet Merah Putih

418

 

(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah dan ditutup anjlok 1,28% atau 100,5 poin ke level 7.766,85. Indeks anjlok seiring dengan pengumuman reshuffle terhadap personel Kabinet Merah Putih.

Berdasarkan pengamatan ada 463 saham turun, 252 naik, dan 241 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 19,59 triliun. Sebanyak 34,97 miliar saham berpindah tangan dalam 2,19 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, sektor yang anjlok paling dalam adalah properti (-3,2%) dan finansial (-2,95%). Saham perbankan kompak berada di zona merah.

BBCA berkontribusi paling besar terhadap penurunan IHSG, yakni -21,41 indeks poin. BBCA tercatat turun 3,75% ke level 7.700.

Lalu BMRI turun 4,06% dan menyumbang -16,63 indeks poin. Selanjutnya BBRI dan BBNI memberikan sumbangsih -16,48 indeks poin dan -6,76 indeks poin.

Sementara itu, saham perusahaan rokok kompak melesat pada penutupan perdagangan hari ini. Penguatan ini terjadi seiring dengan pengumuman reshuffle kabinet Prabowo Subianto. Yang mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa.

Saham HM Sampoerna (HMSP) tercatat naik 17,76% ke Rp 630 per saham, sedangkan saham Gudang Garam (GGRM) naik 12,5% ke Rp 9.900 per saham.

Selanjutnya saham-saham emiten rokok yang lebih kecil juga kompak melesat. Saham Wismilak Inti Makmur (WIIM) tercatat naik 16,35% ke Rp 925 per saham. Dan saham Indonesian Tobacco (ITIC) menguat 11,61% ke Rp 250 per saham.

Kenaikan saham-saham emiten rokok karena adanya pergantian Menteri Keuangan. Diketahui di bawah komando Sri Mulyani, Kementerian Keuangan telah beberapa kali menaikkan cukai rokok dan dilakukan secara berkala. Hal ini membuat pajak yang menjadi beban besar bagi perusahaan rokok.

Analis Vibiz Research Center mengamati indeks sebelumnya cenderung bergerak di teritori positif.
Namun, seiring dengan adanya berita reshuffle atas sejumlah menteri, termasuk menteri keuangan, indeks justru berbalik melemah.

Pelemahan tersebut terutama disebabkan oleh tekanan pada saham perbankan.
Reaksi pasar ini akibat kekhawatiran akan terjadinya ketidakpastian dan perubahan kebijakan ekonomi.

Selain itu, cadangan devisa Indonesia pada bulan Agustus 2025 turun menjadi US$150,7 miliar dari US$152 miliar di Juli 2025. Meski masih solid, penurunan cadangan devisa ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri. Dan upaya stabilisasi rupiah oleh BI di tengah fluktuasi pasar uang global.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting