(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit atau CPO terkoreksi dari penguatan 2 hari berturut pada akhir perdagangan hari Jumat (17/10/2025) oleh penguatan ringgit dan melemahnya harga minyak pesaing di Dalian dan Chicago.
Harga minyak sawit yang banyak diperdagangkan yaitu kontrak berjangka bulan Oktober 2025 turun 0,02% menjadi sekitar MYR4.476, setelah sempat berada di posisi MYR4.530.
Untuk minggu ini, harga acuan minyak sawit dunia ini alami pelemahan setelah 2 pekan berturut bergerak kuat, turun 1,50% di tengah ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang kembali memanas.
Washington dilaporkan sedang mempertimbangkan pembatasan baru pada hubungan dagang, termasuk minyak goreng, yang memicu kekhawatiran akan melemahnya permintaan minyak sawit dari Tiongkok.
Namun tekanan harga hari ini dibatasi oleh tanda-tanda ketahanan ekspor, dengan surveyor kargo melaporkan ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-15 Oktober naik antara 12,3% dan 16,2% dari September.
India, pembeli utama, juga menaikkan harga impor dasar untuk semua minyak nabati dalam tinjauan dua mingguan terbarunya.
Sementara itu, Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, mungkin akan mewajibkan penerbangan internasional dari Jakarta dan Bali untuk menggunakan campuran bahan bakar penerbangan 1% mulai tahun 2026, yang berpotensi meningkatkan penggunaan minyak sawit domestik.



