Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Apa Dampaknya Bagi NIM Perbankan

483
Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Apa Dampaknya Bagi NIM Perbankan
Sumber: Kemenkeu

 

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya membangun ekspektasi positif dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.

Salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah adalah dengan menyalurkan dana sebesar Rp200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada bank-bank Himbara sejak bulan September 2025 lalu.

Hal ini dilakukan guna menumbuhkan kepercayaan dan optimisme di kalangan pelaku usaha maupun masyarakat.

“Ketika orang menganggap atau berharap memprediksi ekonominya bagus, bisnis akan ekspansi, konsumen juga akan belanja. Jadi saya umumkan waktu itu, bukan mau gaya-gayaan.

Saya taruh Rp200 triliun, sebetulnya untuk membangun ekspektasi yang positif tadi,” ungkap Menkeu pada Acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2025. Yang berlangsung di Jakarta pada Selasa (28/10).

Menkeu menegaskan, penyaluran dana tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan tepat sasaran. Pemerintah memastikan mekanisme penyaluran melalui sistem perbankan dijalankan dengan ketentuan ketat agar tidak menimbulkan distorsi di pasar valuta asing. Maupun konsentrasi kredit pada kelompok usaha besar tertentu.

“Sebetulnya kita minta ke perbankan yang terima dana itu, jangan anda kasih ke konglomerat itu dan nggak boleh beli dolar. Karena kalau nggak rupiahnya akan diperlemahkan,” jelas Menkeu.

Meski demikian, pemerintah tidak akan melakukan intervensi langsung terhadap keputusan kredit di lapangan. Menkeu menilai, perbankan memiliki ekspertis yang cukup untuk menyalurkan dana tersebut secara efektif ke sektor-sektor produktif.

Selain itu, Menkeu juga meminta Bank Sentral agar tidak menyerap kembali dana tersebut, sehingga aliran likuiditas benar-benar menggerakkan sektor riil. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong persaingan positif antarbank dalam menyalurkan kredit ke proyek produktif, menurunkan suku bunga pinjaman.

Dan sekaligus menekan bunga deposito. Dengan demikian, masyarakat akan lebih terdorong untuk berinvestasi dan berbelanja dibanding hanya menyimpan uang di bank.

Kebijakan ini pun mulai menunjukkan dampak nyata di pasar keuangan. Menkeu mengungkapkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebelumnya dikhawatirkan melemah, justru mengalami penguatan signifikan setelah kebijakan diumumkan.

Bagaimana dampaknya dengan NIM Perbankan?

Perlu diingat, dengan guyuran dana ini, ada potensi terjadi penurunan biaya dana (cost of fund/CoF) pada perbankan. Sejalan dengan ini, NIM perbankan juga diproyeksi bisa meningkat.
Sejumlah perbankan pun turut mengamini hal ini.

Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum PT Allo Bank Indonesia Tbk Ganda Raharja Rusli memandang positif adanya penempatan dana pemerintah di Himbara. Karena telah menghasilkan penurunan biaya dana perbankan.

Selain itu, tensi perebutan dana di perbankan juga sudah terlihat mereda. Dengan demikian, Ganda berharap Bank bisa terus menjaga NIM seperti di level NIM Allo Bank per kuartal III 2025.

Merujuk laporan keuangan Allo Bank, kondisi NIM per kuartal-III 2025 dicatat meningkat di level 10,43% dibanding kuartal-III 2024 yang sebesar 9,00%.

Kenaikan rasio NIM ini menandakan bahwa bank semakin efisien dalam menghasilkan pendapatan bunga dari aset produktifnya, dibandingkan dengan biaya dana yang harus dibayar kepada deposan atau sumber pendanaan lainnya.

Selain itu, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga melihat penempatan dana pemerintah di bank Himbara membuat likuiditas bank jadi lebih longgar.
Sehingga, beliau berharap hingga akhir tahun biaya dana bisa menurun secara bertahap dan NIM diproyeksi akan meningkat.

Namun, tanggapan berbeda datang dari PT Bank Panin Tbk. Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo justru menilai bahwa penempatan dana pemerintah di Himbara tidak memberikan multiplier effect terhadap Panin Bank.

Merujuk laporan keuangan, rasio NIM PaninBank per kuartal-lll 2025 ini menurun di level 4,24%. Sebelumnya pada kuartal-llI 2024, NIM dicatat sebesar 4,44%. Herwidayatmo menyebut bahwa penurunan NIM pada tahun 2025 banyak dipengaruhi oleh komposisi aset Bank.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting