Jika tujuan dari pertemuan moneter dan konferensi pers ECB pada minggu lalu adalah untuk tetap memberikan tekanan terhadap euro, hasilnya sejauh ini jelas berhasil. Single Currency ini telah jatuh tajam sejak pengumuman kebijakan ECB pada tanggal 22 Oktober.
EURUSD diperdagangkan sekitar 1.132 tepat sebelum event ECB pada hari Kamis minggu yang lalu. Pada pertengahan hari Perdagangan kemarin, nilai euro terhadap dolar AS telah terperosok sekitar 2,4% dibawah 1.105.
Bagian dari rencana ECB tentunya adalah memerangi apa yang kelihatannya akan datang kembali yaitu deflasi. Pada minggu lalu ECB memberikan isyarat akan mengeluarkan stimulus moneter fase yang baru di bulan Desember.
Sementara, kepala ekonom ECB Peter Praet kemarin memberitahukan AFP bahwa tidak ada yang namanya tabu untuk menaikkan tingkat inflasi di zona euro yang sudah rendah secara kronis. Dia mencatat bahwa bank sentral sedang membuat refleksi yang mandalam 360 derajat bagaimana membuat respon terhadap inflasi yang lemah.
Dengan mengakui pencapaian target inflasi sebesar 2% masih tidak akan mungkin terjadi dalam waktu singkat, Praet mengatakan bahwa “kami akan melakukan assessment di bulan Desember, dengan memakai proyeksi makro ekonomi yang baru.”
Pertanyaannya adalah apakah ECB akan memberikan bukti-bukti yang meyakinkan kepada pasar untuk menaikkan inflasi lebih tinggi? Kalau ada sedikit saja keberhasilan mengenai hal ini, akan bisa menyalakan terjadinya rally di EURUSD, bahkan hanya karena penjualan terhadap Euro belakangan ini sudah terlalu jauh.
Euro telah tergelincir ke posisi terendah dalam waktu dua bulan terhadap dolar AS dan perubahan persentase bergulir 20 hari telah mencapai ranking terendah sejak bulan Juli. Apakah ini semua merupakan bahan baku untuk kenaikan jangka pendek buat EURUSD? Mungkin saja, walaupun variabel kunci tetap adalah ekspektasi terhadap rencana ECB dalam menaikkan inflasi.
Ferli/VMN/VBN /Senior Analyst Vibiz Research Center
