Perang Dagang & Bagaimana Reaksi JPY, AUD, EUR & GBP?

976

(Vibiznews-Forex) Perang dagang sedang menyala lagi dan situasi dengan cepat merosot. Amerika Serikat telah dengan resmi mengumumkan akan menaikkan tarif dari 10% menjadi 25% atas $200 miliar barang-barang Cina pada hari Jumat malam ini, suatu perkembangan yang akan mengirimkan gelombang kejutan keseluruh dunia.

Dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia sedang bergulat kembali, di dalam eskalasi yang dengan cepat berubah yang dimulai pada akhir minggu lalu dengan tweet dari Presiden Donald Trump dan sekarang bergulir menjadi tindakan yang segera akan terjadi.

Pemerintah Trump menyalahkan Cina karena melanggar pada kebanyakan komitmen yang dibuat di dalam pembicaraan perdagangan, terutama di dalam perubahan undang-undang sehubungan dengan properti intelektual dan transfer tehnologi yang dipaksakan.

Cina bereaksi dengan menunda perjalanan delegasi ke Washington, namun Wakil Perdana Menteri Liu He dan teamnya terbang ke ibu kota dari Amerika untuk negosiasi yang baru pada hari Kamis. Trump memberitahukan ronde pembicaraan yang baru di dalam sebuah tweet yang bertujuan untuk menenangkan ketakutan para investor.

Apakah pembicaraan ini akan berhasil? Itulah pertanyaan yang pasar sedang berusaha menerka. Untuk saham responnya adalah langsung. Saham akan naik jika Gedung Putih menarik pemberlakuan tarif baru dan mereka akan jatuh jika ancaman itu menjadi realita.

Pengaruhnya Terhadap Matauang Yen, Aussie, Euro dan Poundsterling

1) Yen Jepang: Yen adalah matauang “safe-haven” yang paling dicari, dan sudah bereaksi positip terhadap eskalasi yang tiba-tiba. Matauang Jepang masih punya ruangan untuk melanjutkan keuntungannya jika tarif akhirnya diberlakukan. Dan setelah kenaikannya, yen Jepang bisa turun dari ketinggiannya.

2) Dolar Australia:  Aussie adalah matauang yang beresiko, naik dengan gelombang bersamaan dengan saham dan meluncur kebawah ketika pasar melakukan aksi jual. Dolar Australia menonjol diantara rekan-rekannya di dalam sensitifitas tidak hanya terhadap saham tapi juga atas perdagangan antara kedua negara superpower, karena Cina adalah partner dagang Australia nomor 1. Jika Cina bersin di dalam reaksi terhadap tarif AS dan sentimennya memburuk, Australia kemungkinan bisa kena flu atau bahkan lebih buruk lagi. Terlebih lagi setelah Reserve Bank of Australia held menahan diri dari memangkas tingkat bunga, kemungkinan dia akan melompat pagar dan memotong tingkat bunga yang akan membawa Aussie turun.

3) Euro: Reaksi matauang bersama Eropa ini adalah asimetris. Pada satu segi, EUR/USD tertekan oleh kesuraman global dan kehilangan pijakannya melawan dolar AS yang “safe-haven”. Pasangan matauang ini kemungkinan akan melanjutkan penurunnya jika AS bergerak maju dengan ancamannya, namun tidak akan mungkin bergerak sangat jauh. Dan logika ini berlaku sebaliknya: jika kedua negara melangkah menjauhi tepi jurang, euro memiliki ruang untuk maju, namun disini juga, kemungkinan terbatas. Tergantung  juga dari Trump. Presiden AS ini sedang berperang dagang dengan Uni Eropa, terutama dalam hal mobil. Namun, pemerintahan Trump cenderung untuk berperang dalam satu medan peperangan satu kali, dan tidak akan memulai pergulatan dengan Uni Eropa tanpa terlebih dahulu menyelesaikan persoalannya dengan Cina. Karenanya, setiap hasil dari pembicaraan ini adalah berkat yan bercampur bagi EUR/USD.

5) Poundsterling Inggris: Sterling tidak bersinar ditengah ketegangan perdagangan sekarang, namun kelemahan Poundsterling  juga berhubungan dengan seperangkat pembicaraan yang lain: yaitu antara pemerintah dan oposisi Brexit. Jika PM Theresa May dan pemimpin partai Buruh Jeremy Corbyn berhasil mencapai kesepakatan, poundsterling bisa mengabaikan setiap masalah di dalam perdagangan, meskipun krusial bagi ekonomi global. Dan jika pembicaraan di London gagal, senyum di Washington hanya akan memberikan sedikit kelegaan bagi poundsterling.

Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner  Vibiz Consulting

Editor: Asido

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here