Rekomendasi Forex GBP/USD Minggu Ini (17-21 Februari 2020): Bullish.

721

(Vibiznews-Forex) Pasangan matauang GBP/USD sebelumnya sempat turun ke level terendah sejak bulan November, sebelum akhirnya naik lagi karena “reshuffle”  yang disukai di dalam pemerintahan Inggris. Perdana Menteri Boris Johnson memaksa Sajid Javid keluar dari posisinya sebagai Chancellor of the Exchequer, menggantikannya dengan Rishi Sunak. Reshuffle di Downing Street 11 ini – yang mengejutkan para pengamat – menyelaraskan Treasury dengan Perdana Menteri dan membuka pintu terhadap belanja infrastruktur.

Dominic Cummings, pembantu Perdana Menteri yang berkuasa, melihat Javid dengan para penasehatnya sebagai rintangan terhadap implementasi rencana investasi. Para investor melihat belanja yang dibudgetkan mendorong naik ekonomi – dan para trader poundsterling berspekulasi bahwa Bank of England sekarang bebas untuk membuat stimulus ekonomi lebih jauh dengan memangkas tingkat suku bunga.

GBP/USD lompat sebagai respon terhadap perkembangan politik yang terjadi. Wabah virus corona terus meningkat dan menyebar keseluruh dunia, termasuk Brighton. Meskipun dampak ekonomi kelihatannya bisa dikendalikan dengan kebanyakan pabrik Cina kembali bekerja.

Pasar saham terus naik, dan sentimen yang lebih baik di pasar membantu menaikkan Sterling.

Dipihak lain, Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, mengatakan bahwa dia terus memonitor perkembangan dengan seksama, namun sampai sekarang tidak ada alasan untuk meragukan ekspansi di ekonomi AS akan terus berlangsung.

Follow up dari “reshuffle” kabinet Inggris kemungkinan akan menggerakkan pasar. Pemerintah kemungkinan akan membocorkan sejauh mana potensi stimulus fiskal yang mau dijalankan. Sterling kemungkinan akan merespon positip terhadap pengurangan pengetatan lebih jauh, namun akan turun kalau ternyata rencana dari Sunak tidak jauh berbeda dengan rencana Javid.

Laporan mengenai pekerjaan yang akan keluar pada minggu ini, kebanyakan akan fokus pada angka bulan Desember, namun the Claimant Count Change untuk bulan Januari bisa menjadi potret perkembangan pasar tenaga kerja yang terbaru. Diperkirakan “claim” nya akan meningkat, meskipun tingkat pengangguran diperkirakan akan tetap sama di kerendahan historis 3.8% pada bulan Desember. Data inflasi, CPI diperkirakan akan bercampur, sementara angka penjualan ritel untuk bulan Januari diperkirakan akan meningkat dengan angka yang sama dengan angka penurunan sebesar 0.6% pada bulan Desember 2019. Purchasing Manager Index (PMI) untuk bulan Februari kemungkinan akan terus menunjukkan optimisme yang berhati-hati.

Di Amerika Serikat, wabah virus corona yang merebak akan berlanjut menjadi pusat terhadap pergerakan pasar . Laju kecepatan infeksi dan jumlah kasus diluar Cina akan diamati dengan seksama. Reaksi dolar AS tidak konsisten menyebabkan sulitnya memprediksi pergerakannya. Sementara dolar AS menarik arus “safe-haven”, para investor memburu juga treasury AS, yang mendorong imbal hasil turun dan membuat dolar AS menjadi kurang menarik. Risalah pertemuan the Fed dari bulan Januari kemungkinan bisa memberikan pandangan seberapa terbukanya bank sentral AS ini terhadap pemangkasan tingkat suku bunga.

Pidato anggota FOMC Mester & Kashkari pada Rabu malam dan Kaplan & Brainard pada Jumat malam, menarik untuk diperhatikan . Selain itu ada rilis data Core PPI m/m pada Rabu malam; berikutnya data Consumer Confidence pada Kamis malam dan PMI Manufaktur & Jasa pada Jumat malam. Markit PMI diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang moderat baik disektor manufaktur maupun sektor jasa.

Secara tehnikal, kenaikan GBP/USD lebih lanjut akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di 1.3070 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3120 sebelum akhirnya naik ke 1.3285. Sementara penurunannya akan berhadapan dengan “support” terdekat pada 1.2950 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2900 dan kemudian 1.2820.

Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner  Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here