Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (6 Agustus); Capital Inflow Melesat Rp11,2 Triliun

491
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (6/8).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

 

A. Perkembangan Nilai Tukar 2 – 6 Agustus 2021

Pada akhir hari Kamis, 5 Agustus 2021

  1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.340 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,25%.
  3. DXY menguat ke level 92,24.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik terbatas ke level 1,224%.

Pada pagi hari Jumat, 6 Agustus 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.340 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun naik di level 6,27%.

Aliran Modal Asing (Minggu I Agustus 2021)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 78,70 bps per 5 Agustus 2021 dari 80,42 bps per 30 Juli 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 2-5 Agustus 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp11,23 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp9,89 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp1,34 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden beli neto Rp14,63 triliun.

 

B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Agustus 2021, perkembangan harga pada Agustus 2021 masih relatif terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,04% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Agustus 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,60% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi Agustus 2021 sampai dengan minggu pertama yaitu komoditas telur ayam ras sebesar 0,03% (mtm), tomat dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02% (mtm) dan bawang merah sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit dan daging ayam ras masing-masing sebesar -0,03% (mtm), cabai merah sebesar -0,02% (mtm), kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang dan jeruk masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Sumber: BI, 6-8-2021

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here