Meningkatkan IPO Big Tech dan Investor Milenial – Wawancara dengan Pandu Sjahrir, Komisaris BEI

848

(Vibiznews – IDX) Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melangkah maju, sekalipun melewati masa pandemi covid, ada perkembangan positif yang patut diapresiasi dari Bursa Efek Indonesia.

Komisaris Bursa Efek Indonesia, Pandu Patria Sjahrir pada kesempatan wawancara dengan Vibiznews.com dalam Program Vibiznews Dialogue & Opinion beberapa waktu lalu menyatakan sejak bulan Juni-Juli tahun 2020 saat ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi Komisaris Bursa Efek Indonesia, Pandu menyatakan ada 2 target utama yang hendak dicapai yaitu :
1. Mencari perusahaan-perusahaan besar untuk mau melakukan public offering di BEI
2. Meningkatkan jumlah investor di BEI

Perkembangan positif justru dicapai saat melewati masa pandemi covid-19 ini. Jika sebelum pandemi investor bursa sekitar 1,1 juta investor, maka saat ini sudah tercapai sekitar 6 juta investor.

Yang menarik dari pertambahan investor tersebut, banyak yang datang dan masuk berinvestasi dan belajar tentang saham yang sudah memiliki Single Investor Identification (SID) adalah anak-anak muda di bawah usia 28 tahun.

Jika dilihat dari data per bulan Juni 2021, maka investor muda berusia 18-25 tahun meningkat sebesar 375.963 atau sama dengan 47,4% dari total investor baru di tahun 2021.

Secara keseluruhan investor muda (usia di bawah 40 tahun ada sebanyak 1.914.422 atau 78,4% dari total investor.

Sedangkan dari sisi upaya meningkatkan jumlah perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan listing/IPO di BEI maka tantangan ke depan ini akan ada IPO perusahaan-perusahaan besar seperti Gojek-Tokopedia (GoTo) yang dimungkinkan mengalahkan rekor Bukalapak dari sisi sizenya.

“Antusiasme retail masih sangat besar…. yang menarik adalah investor Trading Composition saat ini 60% adalah retail”, demikian Pandu menekankan.

Dengan antusiasme retail tersebut, ditambah dengan meningkatnya investor milenial, maka diharapkan semakin bertambah IPO dari perusahaan-perusahaan besar seperti Big Tech dan diharapkan tentunya meningkatkan jumlah investor, khususnya dari kalangan milenial.

Pandu juga menambahkan bahwa IPO di bursa Indonesia merupakan terbesar jika dibandingkan dengan bursa-bursa di negara ASEAN.
Dari sisi perusahaan start up maka Unicorn Indonesia memiliki prospek yang besar di ASEAN.

Jika GoTo nantinya melakukan IPO, maka bisa menjadi nomor 2 kapitalisasi terbesar dalam listing perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Seperti telah banyak diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan akan ada tiga perusahaan rintisan (startup) di Indonesia berstatus unicorn dan decacorn yang berencana melakukan IPO. Ketiga perusahaan tersebut adalah Gojek-Tokopedia (GoTo), J&T Express, dan Traveloka. OJK menyebutkan total valuasi aset tiga startup tersebut di atas US$ 21,5 miliar atau sekitar Rp 311,75 triliun. Masing-masing perusahaan big tech ini memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Menurut data BEI, GoTo menjadi perusahaan rintisan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Tanah Air, yakni sekitar US$ 18 miliar atau setara Rp 261 triliun. Berikutnya, kapitalisasi pasar J&T Express senilai US$ 7,8 miliar atau Rp 113,1 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar Traveloka US$ 2,75 miliar atau setara Rp 39,87 triliun.

Pandu juga menyatakan bahwa adanya IPO Big Tech Indonesia adalah sangat positif bagi ekonomi Indonesia, dimana teknologi sudah menjadi komponen penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Ekonomi Indonesia makin besar di ICT (Information and Communication Technology)….dalam 5 tahun terakhir investment terbesar FDI (Foreign Direct Investment), sebagian besar dari teknologi”, demikian Pandu menyatakan.

Karena itu diharapkan ke depannya IPO Big Tech akan terus dilanjutkan, sehingga memberikan dukungan bagi ekonomi Indonesia.

Herwantoro/Vibiznews

Editor/Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here