Kain dan Kopi Komoditas Andalan LPEI Dalam Pengembangan Bisnis di G20

486
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Economy & Business) – Kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian besar orang di dunia, bahkan sebagian orang merasa tidak cukup break di siang hari tanpa ngopi. Perlu diketahui, kopi Indonesia merupakan salah satu jenis kopi yang sangat diminati di dunia saat ini sehingga nilai ekspornyapun meningkat.

Berdasarkan kajian Indonesia Eximbank Institute, nilai ekspor kopi Indonesia di tahun 2022 dapat mencapai Rp14 triliun. Oleh karena itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mengangkat kain dan kopi sebagai sarana diplomasi internasional dalam perhelatan G20 pekan lalu. Sementara, potensi ekspor kain tenun dan kerajinan kain juga diperkirakan dapat mencapai lebih dari Rp1 triliun.

“Kami pilih dua komoditas itu bukan tanpa alasan. Potensi kain dan kopi untuk dikenalkan kepada negara-negara lain itu masih sangat besar. Hari ini, produksi kopi Indonesia sudah menjadi bagian dari bisnis dan industri kopi dunia. Apalagi, kita termasuk negara produsen kopi terbesar selain Brazil, Kolombia, dan Vietnam,” ujar Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso Bondan.

LPEI mendorong banyak produsen kopi di level hulu untuk ikut menikmati aroma wangi bisnis kopi dunia. Salah satunya adalah melalui program Desa Devisa untuk komoditas kopi.

“Dengan pembinaan dan pendampingan yang tepat, sinergi dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan khususnya pada ekosistem ekspor juga dengan promosi yang lebih gencar, kain dan kopi Indonesia bisa berbicara lebih banyak di pasar internasional, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha di kedua sektor tersebut,” kata Rijani.

Di ajang pertemuan G20 sektor finansial pekan lalu, LPEI juga berkolaborasi menggandeng barista-barista muda Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan internasional untuk menyajikan kopi terbaik Indonesia kepada para delegasi dan tamu undangan.

Sementara itu, kain-kain yang diangkat oleh LPEI untuk ditunjukkan kepada bangsa-bangsa lain adalah kain tenun lurik dan tenun ikat yang sebagian sudah diolah menjadi aneka bentuk fashion dan home furnishing.

“Yang menarik dan industri kain ini, skalanya mulai dari yang kecil hingga industri. Nah, dalam proses produksi kain ini, keterlibatan kaum perempuan sangat dominan dalam proses produksi dan bisnisnya. Dengan mengangkat kain-kain nusantara, LPEI melihat bahwa langkah ini memiliki dua manfaat yaitu sekaligus mengangkat bisnisnya dan melibatkan perempuan dalam industri sehingga menjadikan kaum perempuan lebih berdaya,” ujar Rijani.

Harapannya, dengan menggarap dua komoditas tersebut secara lebih fokus, mendampingi para pelakunya secara konsisten dan persisten, LPEI dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi para pelaku usaha kopi dan kain di Tanah Air.

“Sehingga dapat menjadi gestur positif bahwa pelaku usaha siap untuk bangkit dan pulih kembali,” kata Rijani.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting