Rekomendasi Minyak Mingguan 6 – 10 Juni 2022: Akankah Melanjutkan Kenaikan ke $120?

248
harga minyak

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu perdagangan yang baru di $113, harga minyak mentah WTI bergerak naik signifikan pada hari Selasa pagi ke $117, karena keluarnya sanksi embargo minyak terhadap Rusia,  namun turun kembali pada malam harinya ke $115 karena menguatnya dollar AS dan bertahan sampai hari Rabu. Pada hari Kamis pagi sempat turun signifikan ke $111 karena kekuatiran akan berkurangnya permintaan. Namun pada malam harinya berbalik naik ke $113.78 dan pada hari Jumat naik tajam ke $118.82 dengan para analis menilai OPEC+ tidak akan bisa meningkatkan outputnya lebih dari yang ada sekarang.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa pagi  bergerak naik di sekitar $117.66 pada jam perdagangan sesi Asia di tengah ketakutan akan terjadinya embargo atas minyak mentah Rusia.

Pada jam perdagangan sesi Asia pagi hari, para pemimpin Uni Eropa merilis rincian sanksi terhadap impor minyak mentah Rusia yang segera mendorong naik harga minyak mentah WTI ke atas $117.

Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengumumkan bahwa Uni Eropa sepakat untuk melarang 90% dari impor minyak mentah Rusia sampai akhir dari tahun 2022. Dia menambahkan bahwa mereka juga sepakat untuk menurunkan swifting dari bank Rusia terbesar Sberbank, melarang lebih dari tiga broadcaster yang dimiliki oleh pemerintah Rusia dan memberikan sanksi individu yang bertanggung jawab atas kejahatan perang di Ukraina.

Meskipun demikian, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebutkan bahwa larangan impor minyak Rusia dikecualikan untuk minyak mentah yang datang dari pipa-pipa yang membatasi kenaikan harga minyak mentah WTI.

Namun dalam jam perdagangan selanjutnya pada hari Selasa malam, harga minyak mentah WTI turun kembali ke sekitar $115.85 karena sentimen pasar yang enggan terhadap resiko mendominasi pada awal minggu perdagangan yang baru dan mendorong naik dollar AS.

Menguatnya dollar AS telah menahan kencangnya kenaikan dari harga minyak mentah WTI akibat dari sanksi terhadap Rusia ini. Dollar AS berbalik menguat sebagai akibat koreksi normal setelah turun menyentuh ke kerendahan di 101.30 pada hari Senin.

Dari sisi permintaan, dibukanya kembali aktifitas di kota-kota besar di Cina dan datangnya musim panas di AS akan membuat permintaan terhadap minyak mentah tetap tinggi sehingga  terus menopang kenaikan harga minyak mentah WTI.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Rabu sempat naik ke sekitar $116 sebelum akhirnya turun kembali ke bawah $115 dan diperdagangkan di sekitar $114.80 per barel. Penurunan harga minyak mentah WTI disebabkan ada berita dari WSJ yang mengatakan bahwa beberapa anggota OPEC+ sedang mempelajari ide untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan OPEC+ sebagai akibat dari sanksi yang dikenakan Barat kepada Rusia. Namun penurunan tersebut hanya berlangsung sebentar. Harga minyak mentah WTI kembali naik ke atas $115 dan diperdagangkan di sekitar $115.10.

Harga minyak mentah WTI sempat naik ke $116 sebagai dampak dari embargo Uni Eropa terhadap impor minyak mentah dari Rusia. Kenaikan harga minyak mentah WTI tertahan oleh karena ada kekuatiran para investor akan rencana para bank sentral untuk menaikkan tingkat bunganya masing – masing.

Hal lain selain berita dari OPEC+ yang menekan turun harga minyak mentah WTI adalah kesadaran para investor akan fakta bahwa mayoritas bank sentral utama dunia akan segera menaikkan tingkat bunganya pada bulan Juni. Dimulai dari Federal Reserve AS dan selanjutnya Bank of Canada, Bank of England dan European Central Bank sampai kepada Reserve Bank of Australia di Asia Pasifik. Tiap – tiap bank sentral diperkirakan akan mengumumkan kenaikan tingkat bunga sekitar 50 bps.

Naiknya tingkat bunga akan menurunkan volume aktifitas ekonomi dan permintaan minyak mentah dari korporasi.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal hari Kamis sempat turun ke sekitar $111.63. Penurunan harga minyak mentah WTI ini disebabkan oleh karena kekuatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang akan mengurangi permintaan minyak mentah dunia dan prospek keluarnya Rusia dari keanggotaan di OPEC+.

Namun pada jam perdagangan sesi AS, harga minyak mentah berbalik naik ke $113.78 dengan melemahnya dollar AS di tengah sentimen pasar yang membaik dan mengecewakannya laporan employment ADP AS. Laporan employment nasional dari ADP untuk bulan Mei menunjukkan kenaikan yang kurang daripada yang diperkirakan sebesar 128.000.

Suramnya outlook permintaan minyak mentah dan prospek bertambahnya supply minyak dengan keluarnya Rusia dari OPEC+ menyebabkan harga minyak mentah turun tajam dari ketinggian selama 3 bulan dan mengabaikan laporan terbaru dari American Petroleum Institute (API). API melaporkan dalam laporan Weekly Crude Oil Stock untuk minggu yang berakhir pada tanggal 27 Mei bahwa persediaan minyak mentah AS menciut sebesar 1.181 juta barel dibandingkan dengan pertambahan sebesar 0.567 juta barel sebelumnya.

Spekulasi mengenai keluarnya Rusia dari keanggotaan di OPEC+ yang dilaporkan oleh Wall Street Journal (WSJ) juga menekan turun harga minyak mentah. Percakapan yang berlangsung dalam pertemuan OPEC+ mengatakan bahwa OPEC akan tetap mempertahankan kebijakan peningkatan output sebesar 432.000 barel per hari. Hal ini berarti akan ada peningkatan produksi yang signifikan yang bisa menutupi hilangnya output minyak mentah dari Rusia.

Menurut laporan dari Financial Times (FT), Arab Saudi telah memberikan indikasi kepada sekutu-sekutu Barat siap untuk meningkatkan produksi minyak mentah apabila output minyak mentah dari Rusia berkurang banyak sebagai akibat dari sanksi energi terhadap Moskow.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat  naik tajam ke $118.82 per barel. Kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan karena para trader terus menggali rincian mengenai pergerakan OPEC+ yang terbaru. Kenaikan kuota OPEC+ akibat prospek menghilangnya output minyak mentah Rusia ternyata disebar merata ke semua produsen minyak mentah anggota OPEC+, termasuk kepada Rusia, dan bukannya dialokasikan kepada negara-negara produsen minyak mentah yang benar-benar masih memiliki kelebihan kapasitas produksi seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Irak. Dengan demikian para analis mengambil kesimpulan bahwa OPEC+ tidak akan bisa menambah output yang dijanjikan selama beberapa bulan ke depan.

Minggu ini pergerakan naik harga minyak mentah WTI diperkirakan akan melanjutkan kenaikannya dengan target mengetes area $120. Apabila $120 berhasil ditembus maka membuka pintu untuk naik lebih tinggi ke ketinggian beberapa tahun dipertengahan bulan Maret di sekitar $130 per barel.

Dari data ekonomi, pada hari Kamis minggu ini akan keluar data ekonomi:

Jobless claims AS yang sebelumnya berada pada 200.000, sekarang diperkirakan turun ke 190.000.

Pada hari Jumat akan keluar data ekonomi:

The Core Consumer Price Index (CPI) AS Mei m/m yang sebelumnya di 0.6%, sekarang diperkirakan turun ke 0.5%. Sementara untuk angka tahunan sebelumnya di 6,2%, sekarang diperkirakan turun ke 6%.

Apabila CPI AS turun, maka tekanan untuk menaikkan tingkat bunga berkurang sehingga bisa membebani dolar AS dan berpeluang menaikkan harga minyak mentah.

Michigan Consumer Sentiment Index rates Juni yang pada bulan Mei berada di 58.4, sekarang diperkirakan turun ke 56.9.

“Support” terdekat menunggu di $116.84 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $111.93 dan kemudian $109.55. “Resistance” yang terdekat menunggu di $120.45 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $123.15 dan kemudian $124.61.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.