(Vibiznews – Banking & Insurance) – Pada saat mengumumkan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), Gubernur BI juga menyampaikan bahwa likuiditas perbankan dan perekonomian memadai. Hal ini penting untuk mendorong berlanjutnya peningkatan kredit/pembiayaan.
Pada Februari 2023, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 29,09%. Perkembangan ini sejalan dengan stance kebijakan likuiditas yang akomodatif oleh Bank Indonesia guna mendukung ketersediaan dana bagi perbankan. Terutama untuk penyaluran kredit/pembiayaan bagi dunia usaha.
Likuiditas perbankan dan perekonomian juga memadai dalam mendukung kegiatan ekonomi. Hal ini tecermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2). Yang masing-masing tumbuh sebesar 6,6% (yoy) dan 7,9% (yoy) pada Februari 2023. Dengan longgarnya likuiditas, suku bunga perbankan tetap kondusif mendukung pemulihan ekonomi.
Di pasar uang, suku bunga IndONIA tetap rendah, yang tercatat 5,53% pada 15 Maret 2023. Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 50 bps dibandingkan dengan level pada akhir Desember 2022. Sementara imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.
Suku bunga deposito 1 bulan pada Februari 2023 juga tercatat rendah 4,12%, meskipun meningkat 15 bps dibandingkan dengan Desember 2022. Suku bunga kredit Februari 2023 juga tetap kondusif mendukung permintaan kredit, yakni 9,34%.
Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas untuk terjaganya stabilitas sistem keuangan. Serta mendorong berlanjutnya peningkatan kredit/pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.
Intermediasi perbankan terus meningkat sehingga mendukung upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan kredit perbankan Februari 2023 kembali naik pada seluruh sektor ekonomi, yakni dari 10,53% (yoy) pada Januari 2023 menjadi 10,64% (yoy). Pembiayaan pada perbankan syariah juga tumbuh lebih tinggi mencapai 20,13% (yoy) pada Februari 2023.
Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut. Khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah mencapai Rp5,87 triliun hingga akhir Februari 2023. Kredit/pembiayaan yang tinggi didorong oleh tersedianya sisi penawaran sejalan dengan kondisi likuiditas yang memadai. Dan standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan yang longgar.
Sementara dari sisi permintaan, kenaikan kredit/pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik. Di samping kebijakan likuiditas longgar yang ditempuh Bank Indonesia, peningkatan kredit/pembiayaan juga didukung insentif Makroprudensial. Berupa pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit kepada sektor prioritas dan inklusif.
Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan untuk meningkatkan intermediasi guna mendukung pemulihan ekonomi.
Ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga, baik dari sisi permodalan, risiko kredit maupun likuiditas.
Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) sebesar 25,88% pada Januari 2023. Risiko kredit juga terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL) yang rendah 2,59% (bruto). Dan 0,76% (neto) pada Januari 2023. Likuiditas perbankan pada Februari 2023 terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,18% (yoy).
Berbagai kondisi tersebut menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga diprakirakan kinerjanya tidak terdampak langsung oleh dinamika penutupan tiga bank di AS. Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi. Baik domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan.
Transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat dalam mendorong kegiatan ekonomi.
Perkembangan ini ditopang kegiatan ekonomi digital yang makin luas, sistem pembayaran digital yang makin mudah. Ini sejalan dukungan sistem pembayaran BI yang lancar dan andal, serta digital banking yang naik pesat.
Nilai transaksi uang elektronik (UE) pada Februari 2023 tumbuh tinggi 31,14% (yoy) sehingga mencapai Rp35,7 triliun. Nilai transaksi digital banking meningkat 28,35% (yoy) menjadi Rp4.332,1 triliun. Nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit juga naik 9,61% (yoy) menjadi Rp654,9 triliun.
Sementara itu, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Februari 2023 meningkat 2,71% (yoy) mencapai Rp905,4 triliun. Bank Indonesia memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran dalam menghadapi periode bulan Ramadhan dan Idulfitri 1444 H. Dengan memastikan ketersediaan dan kehandalan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sistem pembayaran industri. Termasuk memantau kehandalan sistem peserta dalam memberikan pelayanan transaksi sistem pembayaran.
Selain itu, Bank Indonesia akan memastikan ketersediaan uang Rupiah layak edar melalui program SERAMBI dengan memperkuat layanan kas kepada masyarakat. Melalui perbankan dan Bank Indonesia, serta menyediakan lokasi layanan penukaran uang pada titik-titik keramaian dan jalur mudik.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting