(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat minggu lalu bertahan di atas $70.00 di sekitar $70.43 per barel.
Selain disebabkan oleh melemahnya dollar AS, harga minyak mentah WTI didukung oleh berita dari Arab Saudi. Washington Post baru-baru ini mengeluarkan berita bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengancam untuk mengubah secara fundamental hubungan AS dengan Arab Saudi yang sudah berlangsung selama beberapa dekade dan mengenakan biaya ekonomi yang signifikan terhadap AS apabila AS membalas terhadap pemangkasan minyak mentah Arab Saudi.
Kenaikan harga minyak mentah WTI juga ditopang oleh optimisme di Cina yang merupakan negara dengan pengguna minyak mentah terbesar di dunia yang terus membuat harga minyak mentah menjadi positip.
Beberapa bank negara bagian Cina termasuk Industrial and Commercial Bank of China, Bank of China dan Construction Bank memangkas tingkat bunga benchmark mereka. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa bank sentral Cina, the People’s Bank of China (PBOC), juga akan memangkas tingkat bunga kunci mereka, yang pada gilirannya menyalakan harapan akan lebih banyak kredit dikucurkan sehingga meningkatkan permintaan minyak mentah dari Cina.
Selain itu, ketakutan akan intervensi pasar oleh pemerintah Cina juga dihilangkan dengan Wakil Gubernur PBoC mengatakan: “Kami memiliki keyakinan, kondisi, dan kapasitas untuk mempertahankan operasi yang stabil di pasar forex.” Sementara Direktur dari National Administration of Financial Regulation Cina, juga membuat pernyataan yang bagus mengenai ekonomi Cina dimana dia berkata:”Ekonomi (Cina) masih sedang pulih.” Sambil menambahkan bahwa permintaan minyak mentah akan terdorong naik.
Support & Resistance
Support” terdekat menunggu di $70.04 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $69.04 dan kemudian $67.02 . “Resistance” yang terdekat menunggu di $71.17 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $72.00 dan kemudian $73.21.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.


