Rekomendasi Minyak Mingguan 1 – 5 April 2024: Berhasil Mendekati $83.00  

351

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex, pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir minggu lalu, berhasil mendekati $83.00 di sekitar $82.89 per barel.

Harga minyak mentah WTI telah terus mengarah naik pada minggu – minggu belakangan ini, sekalipun produksi minyak mentah AS sedang berada dekat kapasitas yang penuh. Setiap pergerakan turun dari harga minyak mentah pada minggu – minggu belakangan ini sering disebabkan karena kenyataan bahwa Amerika Serikat sedang membanjiri pasar dengan minyak mentah dalam rangka menurunkan harga minyak mentah.

Pada hari Rabu minggu lalu, turunnya harga minyak mentah disebabkan karena American Petroleum Institute (API) melaporkan kenaikan yang mengejutkan dari persediaan minyak mentah AS sebesar 9.337.000 barel dari angka sebelumnya penurunan sebesar 1.519.000 barel.

Selain itu, menurut Energy Information Administration (EIA) inventori minyak mentah AS naik sebanyak 3.165.000 barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 22 Maret dari sebelumnya penurunan sebanyak 1.952.000 barel. Kejutan di dalam inventori minyak mentah AS ini menambah tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI.

Meskipun demikian, Bloomberg melaporkan bahwa Departemen Energi AS sedang sangat aktif di dalam membeli minyak mentah pada harga sekarang ini dalam rangka membangun kembali Cadangan strategis minyak mentah AS yang saat ini sedang berada pada level kerendahan selama 40 tahun. Hal ini berarti AS sedang melakukan praktek “dumping” agar mendapatkan minyak dengan harga yang lebih rendah sementara terus membeli minyak mentah yang sama pada harga yang lebih tinggi.

Naiknya harga minyak mentah disebabkan karena muncul kemungkinan the Organization of the Petroleum Exporting Countries dan sekutunya (OPEC+), akan mempertahankan pemangkasan produksi mereka.

Para investor akan menaruh perhatian dan memonitor dengan seksama pertemuan the Joint Monitoring Ministerial Committee dari OPEC pada minggu depan. Meskipun resiko geopolitik saat ini terus meningkat, yang membangkitkan keprihatinan mengenai potensi terjadinya disrupsi supply, kelihatannya tidak mungkin OPEC+ akan mengubah kebijaksanaan produksi mereka sampai diadakannya pertemuan menteri – menteri anggota OPEC+ yang lengkap.

Selain itu, harga minyak mentah terdorong naik oleh serangan Ukraina yang berkelanjutan, terhadap infrastruktur energi Rusia yang berdampak kepada sentimen ketatnya supplies minyak mentah global.

Tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI juga disebabkan karena menguatnya kembali dolar AS. Dolar AS sedang dalam tren naik dengan mencetak keuntungan selama empat hari berturut-turut menjelang dan setelah keluarnya data inflasi AS, Personal Consumption Expenditures (PCE).

Pada hari Jumat minggu lalu, Departeman Perdagangan AS melaporkan bahwa PCE inti AS bulan Februari naik 0.3%. Angka ini sesuai dengan yang diperkirakan para ekonom. Namun sebagai tanda bahwa tekanan inflasi belum pergi, laporan tersebut juga mencatat revisi naik dari inflasi bulan Januari dengan inflasi inti naik sebesar 0.5%.

Minggu ini, pada hari Rabu OPEC akan bertemu untuk mendiskusikan dan memutuskan jumlah pemotongan produksi saat ini. Diperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang bagiannya sampai akhir dari tahun ini.

Pasar tetap menantikan data inventori minyak mentah terbaru pada minggu ini dari American Petroleum Institute (API) pada hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di $80.70 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $79.36 dan kemudian $78.47. “Resistance” yang terdekat menunggu di $83.19 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $84.50 dan kemudian $85.19.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.