Survei Kegiatan Dunia Usaha Triwulan I 2024: Kegiatan Dunia Usaha Meningkat

112
Survei Kegiatan Dunia Usaha TriwulanI 2024 Kegiatan Dunia Usaha Meningkat
Sumber: Bank Indonesia

(Vibiznews – Economy & Business) – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kinerja kegiatan dunia usaha meningkat pada triwulan I 2024. Hal ini tecermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 14,11%, lebih tinggi dari SBT pada triwulan IV-2023 sebesar 13,17%. (Grafik 1)

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja seluruh Lapangan Usaha (LU) tercatat positif dengan peningkatan terutama terjadi pada LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Perkembangan ini sejalan dengan dimulainya panen dan faktor musiman pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Kinerja LU Industri Pengolahan serta, LU Perdagangan Besar Eceran dan Reparasi Mobil Motor tercatat tumbuh positif. Hal ini seiring meningkatnya permintaan masyarakat pada periode Pemilu 2024 dan bulan Ramadan.

Pada triwulan II 2024 responden memprakirakan kegiatan usaha melanjutkan peningkatan dengan SBT sebesar 18,94%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dari SBT 14,11% pada triwulan I-2024. Seluruh LU diprakirakan tumbuh positif terutama pada LU Pertanian, Kehutanan, & Perikanan.
Hal ini seiring bergesernya musim panen dari triwulan I ke triwulan II, terutama pada komoditas tanaman pangan di sejumlah wilayah. Terutama daerah lumbung pangan nasional, serta tanaman hortikultura dan perkebunan.

Selain itu, LU Industri Pengolahan, LU Perdagangan Besar Eceran dan Reparasi Mobil Motor, LU Transportasi dan Pergudangan. Serta LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum juga diprakirakan tumbuh positif.

Hal ini seiring meningkatnya permintaan saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri dan sejumlah strategi pemasaran dan promosi yang dilakukan oleh responden.

Kapasitas Produksi Terpakai

Kapasitas produksi terpakai pada triwulan I 2024 tercatat sebesar 73,61%, tetap kuat meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya, yaitu 73,91%. Hal ini terutama ditopang oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (73,44%) serta LU Industri Pengolahan (72,89%).

Kondisi Keuangan dan Akses Kredit
Kondisi keuangan perusahaan pada triwulan I-2024 secara umum masih dalam kondisi baik dengan akses kredit yang lebih mudah. Hal ini tecermin dari Saldo Bersih (SB) Likuiditas sebesar 21,32%. Meski angka ini tidak setinggi SB 24,42% pada triwulan IV-2023 sejalan dengan pola triwulannya.

Sementara akses kredit pada triwulan I-2024 lebih mudah. Hal ini tercermin dari SB Akses Kredit sebesar 6,86% pada triwulan I-2024, meningkat dibandingkan SB 4,93% pada triwulan IV-2023.

Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja terindikasi tetap kuat dan berada dalam fase ekspansi. Sementara itu, kondisi keuangan dunia usaha secara umum juga tetap dalam kondisi baik. Khususnya pada aspek Likuiditas dan Rentabilitas, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya, dengan akses kredit yang lebih mudah.

Pada triwulan I-2024 penggunaan tenaga kerja masih dalam fase ekspansi dengan SBT sebesar 1,14%, relatif stabil dibanding SBT 1,12% pada triwulan IV-2023. LU dengan SBT Tenaga Kerja yang meningkat antara lain LU Industri Pengolahan (SBT 0,59%), LU Transportasi dan Pergudangan (SBT 0,32%). Serta LU Jasa Kesehatan (SBT0,35%) sejalan dengan kegiatan usahanya yang meningkat.

Pada triwulan II-2024 penggunaan tenaga kerja diprakirakan meningkat dengan SBT sebesar 5,34% dibandingkan dengan SBT 1,14% pada triwulan sebelumnya.

Sumber: Bank Indonesia

Harga Jual

Tekanan harga di level produsen terindikasi meningkat pada triwulan I-2024 dan diperkirakan melambat pada triwulan II-2024.
Tekanan harga jual terindikasi meningkat signifikan pada triwulan I-2024 dari SBT 13,27% pada triwulan IV-2023 menjadi SBT 22,27% .Kenaikan harga jual pada triwulan I-2024 didorong oleh peningkatan harga jual oleh pada mayoritas LU. Terutama pada LU Perhutanan, Pertanian dan Perikanan (SBT 4,77%) khususnya tanaman pangan.

Tekanan kenaikan harga jual diprakirakan melambat pada triwulan II-2024 dengan SBT 14,36%, lebih rendah dibandingkan dari SBT 22,27% pada triwulan I-2024.

Penurunan tekanan harga jual dipengaruhi oleh LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (SBT 3,29%) karena penurunan biaya bahan baku pada tanaman pangan dan perkebunan.

Sumber: Bank Indonesia

Inflasi

Berdasarkan hasil survei pada triwulan I-2024, responden memperkirakan rata-rata inflasi nasional tahun 2024 sebesar 3,26% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi tahun 2023 yang sebesar 2,61% (Grafik7). Prakiraan tersebut berada dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2024 sebesar 2,5% + 1%.

Investasi

Pada triwulan I- 2024 realisasi investasi terindikasi melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sesuai dengan pola musimannya. Hal ini tercermin dari SBT investasi pada triwulan I-2024 sebesar 7,49%, lebih rendah dibandingkan dengan SBT 11,53% pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan terjadi pada mayoritas LU, terutama pada LU Pertambangan dan Penggalian (SBT 1,95%), LU Industri Pengolahan (SBT 0,64%) dan LU Jasa Pendidikan (SBT 0,19%).

Lebih lanjut, responden memperkirakan investasi pada triwulan II-2024 meningkat dengan SBT 8,19%. Peningkatan terutama terjadi pada LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib (SBT 0,52%) sejalan dengan alokasi anggaran/belanja modal untuk pembangunan/perbaikan infrastruktur daerah.

Dan LU Industri Pengolahan (0,93%) terutama untuk perbaikan mesin dan perluasan pabrik.

Perkembangan Margin

Pada semester I-2024, kondisi margin usaha diperkirakan tetap terjaga yakni sebesar 17,48%, meski sedikit lebih rendah dibandingkan dengan semester II-2023 (17,69%). Namun demikian, margin usaha pada semester I-2024 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan semester I-2023 (15,53%).

Prompt Manufacturing Index(PMI) – Bank Indonesia

PMI-BI meningkat dan berada pada fase ekspansi pada triwulan I-2024 dan diprakirakan terus berlanjut pada triwulan II-2024.
Hal tersebut tecermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI)-BI triwulan I-2024 sebesar 52,80%, meningkat dari 51,20% pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan terjadi pada mayoritas komponen pembentuknya dengan indeks tertinggi pada komponen Volume Persediaan Barang Jadi. Disusul volume Total Pesanan dan Volume Produksi yang tercatat meningkat.

Pada triwulan II-2024, kinerja industri pengolahan (PMI-BI) diprakirakan terus melanjutkan peningkatan dengan indeks 54,31%, lebih tinggi dari 52,80% pada triwulan sebelumnya. Atau berada di atas threshold- nya (>50).

Berdasarkan komponen pembentuknya, seluruh komponen diprakirakan pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada komponen Volume Persediaan Barang Jadi, diikuti Volume Produksi dan Volume Total Pesanan.

Sumber: Bank Indonesia

Analis Vibiz Research Center melihat bahwa kegiatan bisnis masih terus bertumbuh sampai pada triwulan I-2024 bahkan terus terjadi peningkatan sampai triwulan II-2024.
Hal ini dilihat dari beberapa parameter tersebut di atas yaitu:

  1. Kondisi Keuangan dan akses kredit yang lebih mudah, hal ini tecermin dari SB akses kredit yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemudahan bagi para pengusaha untuk mendapatkan kredit dari perbankan, menunjukkan likuiditas perbankan yang memadai.
  2. Penggunaan tenaga kerja pada fase ekspansi pada triwulan I-2024 bahkan meningkat cukup tinggi pada triwulan II-2024 yang meningkat cukup tinggi dengan SBT 5,34% dari SBT 1,14% pada triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan terciptanya lapangan kerja yang cukup besar dari perkembangan dunia usaha yang ada.
  3. Inflasi di triwulan I-2024 meski lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya namun masih dalam sasaran inflasi nasional tahun 2024 sebesar 2,5% + 1%.
  4. Prompt Manufacturing Index (PMI) – Bank Indonesia pada fase ekspansi pada triwulan I-2024 bahkan terus meningkat pada triwulan II-2024 dengan indeks 54,31%, lebih tinggi dari indeks triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan industri pengolahan sedang berkembang di Indonesia dan tentunya ini akan meningkatkan roda perekonomian secara nasional.
  5. Demikian juga kondisi keamanan yang ada membuat dunia usaha tetap bergeliat, namun tetap perlu diwaspadai dengan risiko geopolitik dunia yang terus berkembang dengan adanya perang Iran vs Israel sehingga antisipasi tetap harus dilakukan untuk mengatasi akan hal ini.

Belinda Kosasih/ VBN/Managing Partner Vibiz Consulting