(Vibiznews – Economy) – Yen Jepang yang merupakan mata uang safe haven, kini menjadi mata uang terlemah terhadap dolar AS sejak tahun 1990. Sejak awal tahun 2024 mata uang yen sudah anjlok 14,8% terhadap dolar AS, lebih rendah dari sepanjang tahun 2023 yang anjlok hanya 8%.
Pada hari Senin (29/4/2024), yen sempat melemah menjadi 160 terhadap dolar AS untuk pertama kalinya sejak tahun 1990, sebelum pulih kembali karena BOJ melaporkan menghabiskan sebanyak $59 miliar untuk membeli yen.
Pelemahan mata uang yen terhadap dolar AS semakin intensif sejak awal tahun 2021, dimana saat itu yen berada di kisaran 104 yen terhadap dolar AS. Dari tahun 2021 hingga sekarang yen sudah anjlok 50%.
Anjloknya mata uang salah satu negara G20 ini terjadi akibat rendahnya suku bunga dalam negeri, kenaikan suku bunga di luar negeri, tingginya inflasi dalam negeri dan juga global serta meningkatnya defisit perdagangan.
Dampak Pelemahan Yen Bagi Perekonomian Jepang
Buruknya nilai tukar yen terhadap dolar AS ini menjadi tantangan besar bagi Jepang yang baru saja lolos dari resesi ekonomi setelah Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir 2023 ekspansif.
Dalam jangka panjang, pelemahan yen mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jepang yang terus menyusut hingga peringkat ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut telah disalib oleh negara Jerman.
1.Keuntungan bursa saham Jepang
Pelemahan yen menaikkan harga saham di bursa saham Jepang. Saham-saham Jepang telah mencatat kenaikan tajam dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena minat yang kuat dari para investor asing yang menyumbangkan sebagian besar volume perdagangan di bursa Tokyo.
Investor memburu saham-saham yang berhubungan dengan ekspor, seperti saham produsen mobil. Jika melihat pelemahan yen Jepang yang menguat sejak tahun 2021, terpantau indeks saham Jepang melonjak 36% . Pelemahan yen ini juga menjadi faktor di balik indeks saham Nikkei mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di awal tahun ini.
Valuasi bursa saham Jepang atau Tokyo Stock Exchange (TSE) juga melonjak sejak tahun 2021 hingga tahun 2023. Rata-rata valuasi di bursa Jepang mencapai 4,11 triliun yen Jepang. Total nilai perdagangan Bursa Efek Tokyo berjumlah lebih dari satu kuadriliun yen, mencapai nilai tertinggi dalam satu dekade.
2.Meningkatnya jumlah pengunjung pariwisata
Mata uang Yen Jepang yang terus anjlok di pasar valuta asing menarik rekor jumlah wisatawan ke negara tersebut. Dari data Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, sejak tahun 2021 jumlah pengunjung pariwisata masuk ke Jepang melonjak 560% lebih.
Data terbaru pada bulan Maret 2024 menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara masuk Jepang mencapai 3 juta. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dalam sebulan, melampaui rekor yang dibuat pada Juli 2019.
Meningkatnya jumlah turis yang masuk memberikan pemasukan yang lumayan bagi perekonomian Jepang. Sejak tahun 2021 pemasukan yang diterima pernah mencapai 24,5 juta yen pada bulan Oktober 2023. Dari tahun 2021 hingga tahun 2023 pemasukan yang diterima perekonomian Jepang melonjak hingga 9000% lebih.
Turis luar negeri menghabiskan 1,75 triliun yen, atau 11,3 miliar dolar, dari Januari hingga Maret di negara tersebut. Pada tanggal 26 April 2024 Asosiasi Department Store Jepang mengumumkan bahwa penjualan di department store nasional bulan lalu naik 9,9 % dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, menandai kenaikan selama 25 bulan berturut-turut.
Misalnya penjualan barang bebas pajak atau duty free mencapai hampir 50 miliar yen, meningkat 2,4 kali lipat dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, menandai penjualan bulanan tertinggi sejak survei dimulai pada tahun 2014.
3. Ekspor barang meningkat
Depresiasi mata uang yen yang berkelanjutan sebesar 50% meningkatkan nilai ekspor bersih riil Jepang sekitar 1½ persen PDB selama beberapa tahun. Dikarenakan pelemahan yen membuat harga barang Jepang lebih murah bagi negara lain.
Jepang merupakan negara dengan perekonomian ekspor yang signifikan dan mengekspor lebih dari $700 miliar barang setiap tahunnya, negara eksportir terbesar keempat di dunia.
Negara ini memiliki neraca perdagangan positif sebesar $59,2 miliar, dengan total ekspor tahunan sebesar $713 miliar melebihi impor sebesar $653 miliar.
Jika melihat data ekspor sejak permulaan tahun 2021 saat dimulainya pelemahan yen secara terus menerus, trend peningkatan terlihat dan mencapai rekor ekspor tertinggi sepanjang sejarah pada Desember 2023.
Ekspor Jepang tumbuh selama empat bulan berturut-turut pada bulan Maret didorong oleh ekspor mobil ke AS, meskipun kepercayaan bisnis pada perusahaan-perusahaan besar memburuk di tengah kemerosotan yen dan memberi isyarat bahwa pemulihan perekonomian akan berjalan dengan baik.
Dari ketiga sektor yang mendapat manfaat pelemahan yen Jepang diatas, perusahaan-perusahaan raksasa yang berbisnis di bidang sekuritas, ecommerce, eksportir barang dan juga pariwisata masih bertahan di tengah kondisi ekonomi yang mendapat tekanan dari permasalahan krisis demografi.