Digitalisasi Menyusutkan Jumlah ATM di Perbankan

1393
Bank-bank Asing Hengkang dari Indonesia, Pengaruh dari Digital Banking?

 

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Arus digitalisasi di dunia ekonomi dan keuangan mengubah perilaku agen ekonomi. Kini masyarakat semakin menuntut layanan keuangan yang serba cepat, murah, dan aman.

Ini zamannya digitalisasi

Pola interaksi antar pelaku ekonomi, baik sebagai konsumen maupun faktor produksi, juga keluar dari pakemnya. Dunia menuju new normal yang tidak lagi sama dengan yang kita kenal selama ini.

Digitalisasi menjadi genre baru yang perlu kita pahami dan raih manfaatnya, tanpa kehilangan kewaspadaan sejengkalpun. Kini siapapun, laki laki-perempuan, tua-muda, kaya-miskin, dengan atau tanpa rekening bank, memiliki akses yang sama ke dunia keuangan.

Cukup dengan aplikasi dalam smartphone yang terhubung secara online. Maka tak dapat disangkal lagi semakin banyak orang melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan mobile banking atau QRIS.

Apa manfaat dan kelebihan QRIS

Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Quick Response Code Indonesian Standard disingkat QRIS adalah penyatuan berbagai macam QR. Yang berasal dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP), dengan menggunakan QR code.

QRIS adalah standar kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia. Fungsi QRIS adalah untuk memudahkan proses transaksi dengan QR code agar lebih cepat, dan terjaga keamanannya.

Semua PJSP yang akan menggunakan QR code, pembayarannya wajib menerapkan QRIS.

Saat ini, jika kita ingin setor atau tarik tunai tapi lupa bawa kartu ATM, nggak usah kuatir. Sekarang sudah hadir QRIS TUNTAS. Tinggal scan QRIS, semua kebutuhan transaksi tunai bisa beres.

QRIS TUNTAS adalah singkatan dari QRIS Tarik Tunai, Transfer, dan Setor Tunai. Fitur terbaru dari QRIS ini diluncurkan pada Agustus 2023.
QRIS Tuntas
Sumber: Bank Indonesia

Melalui fitur ini pengguna dapat melakukan transaksi penarikan maupun penyetoran dana dengan cara memindai kode QRIS di mesin ATM. Atau merchant QRIS dengan tarif yang lebih hemat dibandingkan dengan layanan reguler. Artinya QRIS TUNTAS dapat dilakukan tanpa mesin ATM.

Selain mudah penggunaannya, juga cepat dan efisien. Orang tidak perlu keluar rumah untuk mencari mesin ATM. Transaksi pembayaran dapat dilakukan di mana saja, di rumah, di pasar, hanya dengan menggunakan handphone di tangan saja.

Sehingga transaksi menggunakan mesin ATM mulai berkurang penggunanya.

Jumlah Transaksi QRIS Kian Meningkat

Berdasarkan data dari Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) maka volume transaksi QRIS mencapai 374 juta pada kuartal 1-2024. Mengalami kenaikan signifikan 161% dibandingkan volume transaksi kuartal 1–2023. (Grafik1)

Grafik 1 Volume Transaksi QRIS Q1 2024
Sumber: ASPI (Asosiassi Sistem Pembayaran Indonesia)

Sedangkan Nominal Transaksi QRIS mencapai 42 triliun Rupiah pada kuartal 1-2024. Mengalami kenaikan 176% dibandingkan nominal transaksi kuartal 1-2023 (Grafik 2)

Nominal Transaksi QRIS Q1 2024
Sumber: ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia)
Jumlah terminal/mesin ATM terus menurun

Pesatnya transaksi digitalisasi ini tentunya berpengaruh terhadap jumlah kantor cabang. Tak hanya kantor cabang, kini tren penyusutan jumlah mesin fisik ATM pun kian berlanjut di sejumlah pemain perbankan hingga kuartal I/2024.

Berdasarkan laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia tersisa 115.539 per triwulan IV-2023 atau berkurang 4.676 unit.

Jaringan kantor terbanyak masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit. Jumlah itu menyusut 1.417 unit dari setahun sebelumnya 92.829 unit dari tiga bulan sebelumnya.

Tabel 26 Jaringan Kantor BUK Laporan Surveillance Perbankan Indonesia Q4 2023
Sumber: OJK

Sumber: Laporan Surveillance Perbankan Indonesia Triwulan IV-2023 (OJK)

Berdasarkan Laporan tersebut, tren secara industri telah tergambarkan dari data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak kuartal III/2023 dimana, jumlah ATM, CDM, dan CRM di Indonesia menyentuh 92.829 unit.

Kemudian, mengacu pada laporan yang sama atas data terakhir yang dirilis, yakni pada kuartal IV/2023, tercatat jumlah terminal ATM, CDM, dan CRM menjadi 91.412 unit, artinya susut 1.417 unit dari kuartal sebelumnya.

Bahkan, bila dibandingkan secara tahunan, jumlah ini kian menyusut hingga 2.604 unit dibandingkan jumlah ATM, CDM dan CRM bank pada periode sama tahun lalu. Alias kuartal IV/2022 yang sempat menyentuh 94.016 unit.

Sebagai gambaran di bawah ini, jumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Indonesia terus menurun.

Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 96.552 ATM yang beroperasi di dalam negeri hingga kuartal II/2023.

Jumlah ATM di Indonesia Q II 2021 - QII 2023
Sumber: OJK

Sumber: OJK- Data Indonesia.id

Berikut pergerakan jumlah ATM dari 5 bank dengan aset terbesar di Indonesia sebagaimana dikutip dari laporan tahunan OJK 2023

1. Bank Mandiri

Bank Mandiri mencatat penurunan jumlah ATM yang konsisten dalam lima tahun terakhir. Jumlah ATM Bank Mandiri berkurang dari 13.027 unit pada tahun 2022 menjadi 12.906 unit pada tahun 2023.
Tren penurunan ini terus terjadi sejak 2019 yang tercatat sebesar 18.291 unit, lalu menjadi 13.217 unit pada tahun 2020, dan 13.087 unit pada 2021. Sepanjang 2023, Bank Mandiri masih mengoperasikan 139 kantor cabang utama, 2.104 cabang pembantu, dan 7 kantor luar negeri.

2. Bank Rakyat Indonesia

BRI juga mengalami penurunan signifikan dalam jumlah ATM. Pada tahun 2022 BRI memiliki 13.863 unit ATM, namun jumlah ini menurun menjadi 12.263 unit pada tahun 2023. Penurunan ini pun terjadi setiap tahun, yaitu, dari 19.184 unit pada 2019, menjadi 16.880 unit pada tahun 2020, dan 14.463 unit pada tahun 2021.

Selain itu, jaringan kantor BRI juga berkurang dari 8.218 pada tahun 2022 menjadi 7.764 pada tahun 2023.

3. Bank Negara Indonesia

BNI juga mengalami penurunan dalam jumlah ATM dan transaksi ATM. Pada tahun 2023, BNI mengoperasikan 13.390 unit ATM, 1.781 outlet dan 185.697 agen branchless banking di Indonesia.

Transaksi ATM di BNI tercatat menurun secara year on year (yoy). Transaksi di ATM BNI mencapai 1,19 miliar kali pada tahun 2023, turun 13,4% dari 1,37 miliar kali pada tahun 2022.

4. Bank Tabungan Negara
Jumlah layanan ATM dan CRM BTN tercatat sekitar 2.117 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun dari jaringan kantor konvensionalnya, BTN mencatatkan pengurangan dari 739 pada tahun 2021 menjadi 528 pada tahun 2022.

Meski demikian, jumlah ini kembali meningkat menjadi 631 di tahun 2023.

5. Bank Central Asia
BCA menjadi pengecualian dalam tren penurunan ATM di antara bank besar lainnya. Jumlah ATM BCA justru meningkat dari 30.552 unit pada tahun 2022 menjadi 33.822 unit pada tahun 2023.

Angka ini meningkat setiap tahun, yakni 20.069 unit pada 2019, 22.533 unit pada tahun 2020, 24.577 unit pada tahun 2021, dan 30.552 unit pada tahun 2022. Selain itu, BCA mengoperasikan 1.258 cabang dan ratusan ribu EDC (Electronic Data Capture).

Menurut Analis Vibiz Research Center, penurunan jumlah mesin ATM di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai faktor yang mendasarinya.

Dapat dilihat baik dari sudut pandang bank maupun nasabah. Tentunya terdapat alasan logis dan strategis di balik tren ini.

1. Biaya Operasional:

Memiliki dan mengoperasikan mesin ATM memerlukan biaya yang signifikan, termasuk biaya perawatan, perangkat lunak, biaya koneksi internet, dan biaya keamanan. Bank mungkin mengurangi jumlah mesin ATM untuk mengurangi biaya operasional mereka, terutama jika mesin ATM tersebut jarang digunakan. Atau tidak menghasilkan pendapatan yang mencukupi.

2. Perubahan Perilaku Nasabah:

Semakin banyak nasabah yang beralih ke layanan perbankan digital dan perbankan online, seperti transfer uang melalui aplikasi perbankan.
Pembayaran tagihan online, atau transaksi menggunakan mobile banking. Hal ini mengurangi kebutuhan akan mesin ATM fisik, karena nasabah lebih memilih untuk melakukan transaksi secara elektronik.

3. Teknologi dan Inovasi:

Semakin banyak bank beralih untuk menghadirkan inovasi baru dalam teknologi keuangan seperti pembayaran digital, dompet digital. Atau teknologi pembayaran lainnya yang tidak memerlukan penggunaan mesin ATM tradisional.

4. Optimalisasi Layanan:

Bank dapat memilih untuk memusatkan sumber daya mereka pada mesin ATM yang lebih sering digunakan atau di lokasi yang lebih strategis. Sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah yang membutuhkan.

5. Keselamatan dan Keamanan:

Mesin ATM dapat menjadi sasaran untuk tindakan kejahatan seperti skimming atau pembobolan.

Dengan menutup mesin ATM yang kurang terawat atau kurang aman, bank dapat mengurangi risiko keamanan. Terutama yang terkait dengan penggunaan mesin ATM tersebut.

6. Regulasi dan Kebijakan Internal:

Beberapa bank mungkin mengikuti kebijakan internal atau regulasi yang mengatur jumlah mesin ATM yang dapat mereka miliki atau operasikan.

Jadi dapat disimpulkan, sesuai dengan perkembangan zaman yang serba digital, maka tren perubahan yang signifikan di dunia perbankan tak dapat dihindari.

Perubahan ini sering kali mencerminkan adaptasi terhadap perubahan perilaku nasabah dan kemajuan dalam teknologi keuangan.

Oleh karena itu perbankan harus siap menghadapi perubahan ini dengan melakukan adaptasi melalui inovasi dan teknologi terkini.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting