Apakah Strategi Dollar-Cost Averaging(DCA) Efektif?

Dalam jangka panjang, strategi dollar-cost averaging (DCA) terbukti lebih baik dibandingkan strategi fixed-share dalam sebagian besar kondisi pasar. Namun, dalam kondisi pasar yang sedang menurun dalam waktu lama, strategi fixed-share bisa menjadi pilihan yang lebih menguntungkan karena dapat menghindari akumulasi aset yang nilainya terus menurun.

857
DCA

(Vibiznews-Kolom) Banyak investor menerapkan strategi dollar-cost averaging (DCA) untuk berinvestasi di pasar saham. Namun, apakah strategi ini selalu menghasilkan keuntungan optimal? Strategi ini sering dianggap sebagai pendekatan yang aman bagi investor pemula karena mengurangi dampak volatilitas jangka pendek. Tetapi seberapa efektif strategi ini jika dibandingkan dengan metode investasi lainnya?

Dalam strategi DCA, seorang investor membeli saham dengan jumlah dana tetap pada interval waktu yang teratur—misalnya, pada tanggal 1 setiap bulan. Strategi ini memungkinkan investor untuk membeli lebih banyak saham saat harga rendah dan lebih sedikit saat harga tinggi. Seiring waktu, pendekatan ini seharusnya menurunkan rata-rata biaya per saham jika pembelian dilakukan mengikuti siklus pasar. Dengan cara ini, investor tidak perlu mencoba menebak kapan pasar berada pada titik terendah atau tertinggi, yang sering kali menjadi tantangan besar bagi investor individu.

Namun, setelah menguji efektivitas strategi ini, Derek Horstmeyer, professor of finance at Costello College of Business, George Mason University, bersama asisten penelitian, Eray Tulun dan Lilia Benrabia, menemukan bahwa meskipun DCA unggul secara tahunan dibandingkan strategi fixed-share—di mana investor membeli jumlah saham tetap atau persentase saham tetap pada interval waktu tertentu—keunggulan ini tidak selalu berlaku dalam semua kondisi pasar. Secara spesifik, DCA secara keseluruhan mengungguli strategi fixed-share dengan selisih 0,4 persen per tahun dalam jangka panjang, tetapi strategi DCA justru berkinerja lebih buruk saat pasar mengalami penurunan dibandingkan dengan strategi fixed-share. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memahami bagaimana strategi ini bekerja dalam berbagai skenario pasar sebelum menggunakannya sebagai pendekatan utama dalam investasi.

Satu Juta Simulasi

Untuk menguji perbandingan ini, Derek membuat simulasi perdagangan yang meniru pergerakan indeks S&P 500 selama setengah abad terakhir dan menjalankan satu juta simulasi untuk setiap strategi dengan menggunakan data historis pasar sebagai parameter. Dengan menggunakan model berbasis data historis yang mendalam, simulasi ini memungkinkan para peneliti untuk melihat bagaimana setiap strategi berkinerja dalam berbagai kondisi ekonomi, dari periode ekspansi hingga resesi.

Dalam strategi DCA, portofolio investor setiap tahunnya dialokasikan $100 untuk membeli saham di indeks S&P 500. Jika harga S&P 500 adalah $100, maka investor membeli satu saham. Jika harganya turun menjadi $50, investor dapat membeli dua saham. (Derek juga menguji skenario dengan interval bulanan dan hasilnya tetap sejalan secara kualitatif.) Dengan cara ini, investor dapat meningkatkan kepemilikannya saat harga sedang rendah, yang secara teori seharusnya memberikan keuntungan lebih tinggi dalam jangka panjang.

Dalam strategi fixed-share, portofolio dirancang agar investor setiap tahunnya membeli jumlah saham tetap (atau persentase tetap dari portofolionya) dari indeks S&P 500. Namun, karena harga saham berfluktuasi, ada tahun-tahun di mana investor bisa membeli lebih sedikit saham dibanding tahun sebelumnya jika harga naik, atau menyisakan uang tunai lebih banyak jika harga turun. Derek mengasumsikan bahwa uang tunai yang menganggur ini disimpan dalam rekening berbunga dengan tingkat pengembalian 5% per tahun. Dengan cara ini, strategi fixed-share memungkinkan investor untuk mempertahankan jumlah saham tetap dalam portofolio mereka tanpa terlalu terpengaruh oleh fluktuasi harga harian atau bulanan.

Pasar Naik vs. Pasar Turun

Derek menemukan bahwa strategi DCA berkinerja baik di pasar yang sedang naik, tetapi tertinggal di pasar yang sedang turun. Hal ini karena dalam pasar yang naik, investor terus membeli saham dengan harga yang semakin meningkat, sehingga memberikan keuntungan lebih besar dalam jangka panjang. Namun, dalam pasar yang sedang turun, investor yang menggunakan strategi DCA bisa mengalami akumulasi aset dengan harga yang semakin rendah tanpa adanya keuntungan jangka pendek yang dapat dikonversi menjadi uang tunai.

Dalam skenario pasar yang naik selama lebih dari dua tahun, strategi DCA menghasilkan pengembalian tahunan sebesar 23,57%, sementara strategi fixed-share hanya menghasilkan 16,04% per tahun. Ini berarti keunggulan 7,53 persen per tahun untuk DCA. Keunggulan ini dapat menjadi lebih signifikan dalam periode bullish yang lebih panjang, di mana harga saham terus meningkat secara konsisten dalam jangka waktu yang lama.

Sebaliknya, dalam skenario pasar yang turun selama lebih dari dua tahun, strategi DCA hanya memberikan pengembalian 4,39% per tahun, sedangkan strategi fixed-share memberikan 6,03% per tahun. Ini berarti DCA berkinerja lebih buruk 1,64 persen per tahun dibandingkan strategi fixed-share dalam kondisi pasar turun. Dalam kondisi seperti ini, fixed-share dapat memberikan keuntungan lebih besar karena investor tidak terus membeli saham yang sedang mengalami penurunan nilai yang berkepanjangan.

Derek juga menguji bagaimana volatilitas pasar memengaruhi performa DCA dibandingkan fixed-share. Dalam skenario dengan volatilitas 10% dan 35%, hasilnya menunjukkan bahwa strategi DCA tetap lebih unggul. Dengan volatilitas rendah 10%, DCA hanya menunjukkan keunggulan tipis, tetapi dalam skenario volatilitas tinggi 35%, DCA menunjukkan performa yang jauh lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar volatilitas pasar, semakin menguntungkan strategi DCA karena memungkinkan investor untuk memperoleh lebih banyak saham ketika harga mengalami koreksi yang signifikan.

PERBANDINGAN STRATEGI DCA & FIXED SHARE

Aspek

Dollar-Cost Averaging (DCA)

Fixed-Share

Definisi

Investasi dengan jumlah dana tetap secara berkala, membeli lebih banyak saham saat harga turun dan lebih sedikit saat harga naik. Investasi dengan jumlah saham tetap secara berkala, sehingga jumlah dana yang dikeluarkan bervariasi sesuai harga saham.

Performa di Pasar Naik

Lebih unggul, menghasilkan pengembalian tahunan 23,57%. Lebih rendah, menghasilkan pengembalian tahunan 16,04%.

Performa di Pasar Turun

Kurang optimal, menghasilkan pengembalian tahunan 4,39%. Lebih unggul dalam kondisi ini, dengan pengembalian tahunan 6,03%.
Keuntungan Utama Menurunkan rata-rata biaya pembelian saham dalam jangka panjang. Bisa membeli lebih banyak saham saat harga rendah dalam kondisi pasar turun.
Kelemahan Kurang efektif dalam pasar yang terus menurun. Bisa meninggalkan dana menganggur jika harga saham naik terlalu tinggi.
Dampak Volatilitas Pasar Berkinerja lebih baik dalam kondisi pasar dengan volatilitas tinggi (35%). Tidak terlalu dipengaruhi oleh volatilitas, tetapi lebih efektif di pasar yang stabil.

Hasil Rata-rata dalam 20 Tahun

Pengembalian tahunan 6,93%.

Pengembalian tahunan 6,53%.

Tabel ini merangkum bagaimana masing-masing strategi bekerja dalam berbagai kondisi pasar

Sumber : Vibiz Research

Secara keseluruhan, dari semua simulasi, strategi DCA unggul dibandingkan strategi fixed-share dengan selisih rata-rata 0,40 persen per tahun. Jika dirata-ratakan di semua kondisi pasar dalam rentang 20 tahun, strategi DCA memberikan pengembalian tahunan 6,93%, sementara strategi fixed-share menghasilkan 6,53% per tahun. Walaupun perbedaannya tampak kecil, dalam jangka panjang, akumulasi keuntungan ini bisa menjadi signifikan dan berdampak besar terhadap pertumbuhan portofolio investor.

Dalam jangka panjang, strategi dollar-cost averaging terbukti lebih baik dibandingkan strategi fixed-share dalam sebagian besar kondisi pasar. Namun, dalam kondisi pasar yang sedang menurun dalam waktu lama, strategi fixed-share bisa menjadi pilihan yang lebih menguntungkan karena dapat menghindari akumulasi aset yang nilainya terus menurun. Oleh karena itu, investor yang ingin menerapkan strategi DCA harus mempertimbangkan profil risiko mereka serta kondisi ekonomi yang sedang berlangsung sebelum memutuskan strategi investasi yang paling sesuai.