Mengapa USD Malah Jatuh Setelah Pengumuman The Fed?

1012

(Vibiznews-Forex) Sebagaimana yang telah diperkirakan, Federal Reserve mengeluarkan keputusan kebijakan moneter yang “hawkish”.

Federal Reserve menaikkan tingkat bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1.50%/1.75%, dengan rencana akan menaikkan sebanyak 3 kali dalam tahun ini dengan jalan yang semakin curam pada tahun 2019 dan 2020. Perkiraan pertumbuhan GDP di upgrade menjadi 2.7% dari sebelumnya 2.5% untuk tahun 2018 dan 2.4% dari sebelumnya 2.1% untuk tahun 2020.

The Fed menyampaikan kenaikan tingkat bunga yang pertama dalam tahun 2018, dan mempertahankan  proyeksi dalam Summary of Economic Projections (SEP) untuk menaikkan dua kali lagi dalam tahun 2018 dan juga menaikkan outlook untuk imbal hasil pada tahun-tahun yang akan datang.

Bersama dengan optimisme dari anggota-anggota dan pandangan dari Gubernur Fed yang baru Jerome Powell dalam konferensi persnya yang pertama, ini adalah benar-benar “hawkish” dan secara teori harusnya membuat dolar AS “bullish”. Namun, ternyata dolar AS jatuh setelahnya. Pasar tidak merespon sebagaimana yang diteorikan dalam “text book”.

Penyebabnya adalah antisipasi spekulatif. Pasar menunjukkan kepastian bahwa the Fed pasti akan menaikkan tingkat bunga dan bahkan ada perdebatan yang panas apakah the Fed akan melakukannya tiga atau empat kali dalam tahun 2018. Semua faktor ini sudah diperhitungkan dalam kenaikan harga dolar AS sebelumnya. Kalau ada kenaikan dolar AS, hal ini sudah diperhitungkan dalam harga dolar AS sebelum keputusan dari the Fed keluar.

Selain itu, sebagaimana yang terjadi sebelumnya, hanya sedikit antusias pasar terhadap kebijakan pengetatan. Sebaliknya, sekarang kedepannya ada perang dagang yang menanti dalam satu jalan yang tidak pasti dan dengan dolar AS berada ditengah-tengahnya seperti berada di suatu badai.

Isu mengenai perang dagang dimulai sejak hari Kamis 8 Maret 2018 ketika Presiden AS Trump menandatangani rekomendasi yang paling agresif dari Departemen Perdagangan untuk mengenakan tarif atas impor baja dan aluminium. Sejak saat itu pasar mencari indikasi pelunakan atau kejelasan selama 15 hari periode anugerah untuk rekan dagang AS melobby untuk mendapatkan pembebasan atau paling tidak pengenaan yang lebih baik.

Ada rumor bahwa akan ada banyak pembebasan terhadap pajak global ini, namun semuanya masih harus mendapatkan konfirmasi. Akhir dari moratorium ini adalah hari Jumat, tetapi masih akan ada perkembangan-perkembangan yang kritikal sepanjang jalan kearah perang dagang pada sesi-sesi yang akan datang.

Presiden Uni Eropa Donald Tusk menyebutkan bahwa dia mengharapkan keputusan atas posisi Eropa segera. Hal yang penting lainnya adalah rumor bahwa tarif terpisah juga akan dikenakan terhadap Cina atas intelektual tehnologi dan properti yang menurut laporan mencapai US$ 60 milar per tahun.

Masih belum ada indikasi mengenai ukuran dan luasnya tarif yang akan dikenakan. Perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan kepada Reuters  akan menargetkan sektor tehnologi tinggi dan bisa juga mencakup restriksi terhadap investasi Cina di Amerika Serikat. Sektor lainnya seperti  pakaian bisa kena juga.

Cina mengancam akan membalas dengan memukul ekspor agrikultur AS jika tarif atas impor Cina senilai US$ 60 miliar diumumkan oleh Washington.

Lighthizer mengakui bahwa Cina kemungkinan akan membalas  dengan aturan-aturan terhadap ekspor agrikultur AS khususnya kedelai, dan jika hal ini terjadi, Washington akan melakukan aksi yang setimpal untuk mengatasi aturan-aturan tersebut.

Jurubicara wanita dari Menteri Luarnegeri Hua Chunying mengatakan kepada Reuters bahwa Cian tidak ingin berperang dalam perang dagang dengan siapapun, tetapi jika ada pihak yang memaksa, Cina tidak takut dan tidak akan bersembunyi.

Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here