(Vibiznews-Forex) Ketegangan di Timur Tengah telah menjadi perhatian pasar sekali lagi. Semula kelihatannya bagi banyak investor, dunia akan menuju ke perang dagang dan meningkatnya resiko perang di Suriah. Tetapi sekarang kedua-duanya menjadi kurang jelas. Retorika Presiden AS Donald Trump mengenai perdagangan menjadi lebih konstruktif dan terbaginya pemerintahan AS dalam pandangan terhadap Suriah menyebabkan ketegangan perang menjadi sedikit lemah.
Dipihak lain, keprihatinan terhadap meningkatnya “perang dagang” mereda setelah Presiden Cina Xi Jinping memberikan “Keynote Address” nya di Boao Forum for Asia.
Sayangnya, hilangnya awan badai geopolitik yang mendukung dolar AS dan asset-asset beresiko dan aksi jual asset-asset safe haven seperti emas sering kali merupakan ketenangan yang menipu di pasar. Dengan perkataan lain, tidak adanya hal-hal yang buruk dalam jangka pendek bukanlah keadaan yang baik secara absolut.
Biar bagaimanapun, pasar nampaknya mendapatkan kelegaan jangka pendek ketika Presiden Cina Xi Jinping menawarkan nada perdamaian pada “Keynote Address”nya di Boao Forum for Asia awal minggu ini. Jinping menawarkan untuk membuka sector-sektor di ekonomi Cina dan menurunkan tarif impor di dalam berbagai jenis industry. Trump memuji pidato dari Xi Jinping dan pasar merayakannya dengan rally di saham seperti biasanya.
Namun, pada hari Rabu, suatu ancaman dari Trump terhadap Rusia untuk bersiap-siap karena peluru kendali akan ditembakkan ke Suriah membawa keprihatinan awal yang dinyalakan lebih lanjut oleh laporan yang telah diverifikasi bahwa Saudi Arabia menyergap rudal dari Yaman. Rudal tersebut diarahkan ke ibu kota Arab Saudi, Riyadh dan infrastruktur kunci yang mentransfer minyak.
Risalah pertemuan FOMC pada hari Kamis dinihari menunjukkan bahwa inflasi sedang datang, dan sekaranglah waktunya, untuk pertama kalinya sejak the Fed memberikan arahan kedepan untuk menstabilkan ekonomi. Sementara inflasi telah membunuh banyak siklus pertumbuhan ekonomi di dalam sejarah pasar, inflasi tetap diperlukan dan rendahnya inflasi pada tahun-tahun yang lalu, telah membuat bank-bank sentral menyuntik dana ke sistem keuangan dengan triliunan dolar supaya inflasi kembali ke panggung. Menurut risalah pertemuan Federal Reserve pada bulan Maret, inflasi kemungkinan bisa melompat dengan cepat, yang berarti siklus ekonomi terus maju dan the Fed kemungkinan perlu menaikkan tingkat bunga dengan lebih cepat untuk mencegah naiknya inflasi dengan tidak terkendali.
Hal yang lainnya lagi dari risalah FOMC bulan Maret adalah disamping semakin bertambah ketatnya kebijakan moneter, pertumbuhan dipandang terdorong secara signifikan dengan kebijakan fiskal yang sedang berjalan sementara keyakinan bertumbuh bahwa inflasi akan segera kembali ke 2%.
Saham AS mengalami rally kemarin dan bursa Asia dan Eropa mengalami kemajuan pada hari ini, tetapi kepastian berlangsung terusnya tidak terlalu kuat. Indeks MSCT Asia Pasific naik 0.2% dengan keuntungan mingguan sebesar 1.3%. Mendekati sesi Eropa, Dow Jones Stoxx 600 naik 0.15% dengan kenaikan mingguan sebesar 1.2%, membuat kemajuan untuk minggu ketiga. DAX Jerman dan CAC Perancis berada pada ketinggian selama enam minggu.
Dolar AS naik turun, dengan sedikit bias yang lebih berat. Dolar Australia dan Poundsterling Inggris adalah mata uang utama dunia yang mengalami kenaikan paling tinggi. Secercah harapan bahwa ketegangan perdagangan mungkin berkurang membantu menaikkan dolar Australia 0.5% sehingga berada pada $0.7800 untuk pertama kalinya sejak pertengahan bulan Maret dengan kenaikan mingguan sebesar 1.5%, yang terbesar selama tahun ini.
Terhadap Dolar AS, Poundsterling bergerak kearah $1.43, level yang tertinggi sejak akhir Januari. Poundsterling sedang naik untuk enam sesi berturut-turut dengan kenaikan sekitar 1.3% selama seminggu ini. Ini juga adalah minggu kelima dari enam minggu dimana Poundsterling terapresiasi.
Tarikan yang kelihatannya sementara terhadap dolar AS, telah membuat dolar naik hampir menjadi JPY 107.70, ketinggian selama tujuh minggu.
Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group
Editor: Asido