Apa Saja Langkah BI Untuk Antisipasi Kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed?

793

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Keputusan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang menaikan bunga acuan the Fed bulan ini sekaligus rencana kenaikan bunga the Fed yang lebih agresif, diperkirakan akan berdampak besar pada pergerakan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) dinilai perlu meningkatkan kebijakan pengetatan moneternya untuk mengantisipasi hal ini. Dampak lainnya antara lain adalah investor memborong asset berdenominasi dollar sehingga yield US Treasury naik ke level 2,93% dan hal ini dikhawatirkan membuat yield spread obligasi negara semakin lebar. Selain itu bisa menyebabkan ekspor Indonesia melambat dan deficit neraca perdagangan berpotensi kembali mencatat deficit di semester kedua tahun ini.

Menanggapi kenaikan suku bunga The Fed, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa meski ada kenaikan suku bunga bank sentral AS, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan tetap stabil. Sebab, bank sentral telah mengantisipasi efek kenaikan tersebu, yaitu BI segera menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada Juli atau Agustus bisa menjadi solusi temporer untuk menstabilkan rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI telah mengambil langkah pre-emptive salah satunya adalah menaikkan suku bunga acuan pada Mei lalu sebanyak 50 basis poin menjadi 4,75%. Hal ini dilakukan sebelum Rabu (13/6), di mana The Federal Reserves menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) sebanyak 25 basis poin menjadi 1,75%-2%.

Untuk menghadapi kenaikan suku bunga, Bank Indonesia (BI) siap melakukan langkah pre-emptive guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, khususnya nilai tukar rupiah. Sebelumnya, upaya pre-emptive ditunjukkan dengan menaikkan suku bunga acuan (BI 7DRR) sebanyak dua kali dalam sebulan pada Mei lalu menjadi 4,75%.

Mengantisipasi kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan (FFR) hingga empat kali pada tahun ini, BI telah menyiapkan jurus jitu kebijakan moneter.

BI menaikkan suku bunga acuan BI (BI 7DRR), namun diikuti dengan pelonggaran likuiditas seperti pelonggaran kebijakan makroprudensial, khususnya loan to value (LTV) untuk mendorong sektor perumahan. Menurut Gubernur BI sektor perumahan merupakan salah satu sektor yang mendahului atau memimpin pertumbuhan ekonomi sehingga kebijakan tersebut tidak akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi..

Jadi BI punya satu kebijakan yang pahit yaitu pengetatan moneter untuk jaga stabilitas, namun punya empat kebijakan yang manis, yaitu pelonggaran makro prudensial, pendalaman pasar keuangan untuk pembiayaan infrastruktur, termasuk sistem pembayaran digital ekonomi finance, juga (mendorong) ekonomi keuangan syariah,” demikian penjelasan dari Gubernur BI, Perry Warjiyo Meski belum menjelaskan secara rinci, Perry menyebut, untuk kebijakan LTV sedang disiapkan, pembahasannya akan dilakukan pada RDG akhir bulan ini.

Ke depan, BI juga akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan, baik domestik maupun internasional. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan kenaikan suku bunga secara terukur.

Belinda Kosasih/Coordinating Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting Group

Editor : Asido Situmorang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here