Investor Emas Harus Fokus Pada Kurva Imbal Hasil Bukan Pada USD

1195

(Vibiznews-Column) Untuk tiga minggu berturut-turut, pasar emas telah berhasil merenggut keuntungan yang lain dengan metal berharga terus bertempur melawan dolar AS yang tangguh.

Namun, banyak analis memperingati para investor untuk mengabaikan volatilitas jangka pendek yang disebabkan oleh dolar AS dan fokus kepada tren jangka panjang yang “bullish” setelah Federal Reserve berbalik menjadi sangat “dovish”, dengan menurunkan perkiraan pertumbuhan dan tingkat bunga untuk tahun 2019.

Optimisme tetap kuat di pasar emas bahkan ketika emas hanya bisa bertahan kepada sebagian keuntungannya pada minggu lalu.

Emas berjangka bulan April  terakhir diperdagangkan pada $1,312.40 per ons, naik 0.73% dari minggu lalu. Hal yang memukul metal kuning adalah kekuatan dari indeks dolar AS yang mengakhiri minggu dengan hampir tidak berubah setelah menderita kerugian  hampir 1% setelah bank sentral AS pada bulan Desember mengatakan bahwa tidak ada kenaikan tingkat bunga pada tahun ini, turun dari perkiraan akan adanya kenaikan dua kali tingkat bunga.

Pada saat yang bersamaan, bank sentral juga menurunkan perkiraan pertumbuhan karena melihat pertumbuhan GDP berada pada 2.1% di tahun 2019, turun dari perkiraan pada bulan Desember 2.3%.

Banyak analis komoditi mendiskonto kekuatan dari dolar AS belakangan ini karena kekuatannya lebih merupakan suatu fungsi dari kelemahan matauang lainnya daripada benar-benar karena menguatnya dolar AS.

Pada hari Jumat euro jatuh secara signifikan setelah sentimen yang mengecewakan dari sektor manufaktur Jerman. Poundsterling Inggris terus menderita karena drama yang berkelanjutan disekitar rencana keluar dari Uni Eropa.

Neil Mellor, ahli strategi matauang senior dari Bank of New York Mellon, mengatakan bahwa dolar AS tetap tangguh dan emas mandek di pola bertahan dengan pasar menunggu dan melihat apakah rencana the Fed untuk menstimulir ekonomi AS dan inflasi dilaksanakan. “Sampai kita melihat kenaikan di inflasi, emas akan berjuang untuk naik lebih tinggi,” katanya.

Fokus Pada Tingkat Bunga AS Bukan Pada Dolar AS

Bill Baruch, presiden dari Blue Line Futures, mengatakan bahwa walaupun emas menderita karena kekuatan dolar AS yang berkelanjutan, dia melihat potensi jangka panjang bagi emas dengan imbal hasil terdorong turun.

“Emas akan naik lebih tinggi dan waktunya untuk bersinar akan datang, kita hanya harus bersabar. Imbal hasil yang turun lebih rendah adalah bensin jangka panjang untuk emas.” Katanya.

Baruch menambahkan bahwa pergerakan dari Federal Reserve yang menghapuskan ekspektasi dari dua kenaikan tingkat bunga dari rencana, dirasakan seperti pergerakan yang mendesak dari bank sentral AS.

“Mengapa mereka melakukan pergerakan yang se “dovish” seperti itu? Kita harus berpikir bahwa mereka melihat suatu persoalan yang nyata disana. The Fed merasa kuatir dan itulah persoalannya dan itulah sebabnya kita ingin membeli emas dan treasuries.” katanya.

Ketakutan Akan Resesi Meningkat

Adam Button, managing director dari ForexLive.com berkata bahwa dia juga mengabaikan pergerakan harga emas jangka pendek dan melihat kepada gambaran jangka panjang.

Dia menambahkan bahwa dia sedang melihat kepada pesan yang disampaikan oleh pasar obligasi. Hari Jumat adalah hari bersejarah dari pasar obligasi AS karena adalah pertama kalinya imbal hasil hutang 3 bulan terdorong naik lebih tinggi daripada imbal hasil treasury 10 tahun. Ini adalah pertama kalinya kurva imbal hasil telah terbalik sejak tahun 2007. Kurva imbal hasil yang terbalik secara konsisten telah menjadi indikator akan terjadinya resesi.

“Pasar obligasi sedang mengirim signal yang menakutkan untuk pertumbuhan ekonomi. Jika kurva imbal hasil benar, maka kita sedang menuju ke suatu resesi setahun dari sekarang itulah kemana emas akan bergerak.” katanya.

Ronald-Peter Stoeferle, fund manager di Incrementum AG dan pengarang dari laporan tahunan “In Gold We Trust” berkata bahwa dia memperkirakan kekuatiran akan terjadinya resesi akan terus bertumbuh, yang akan menjadi positip bagi emas.

“Pergerakan yang drastic dari the Fed mengindikasikan bahwa mereka melihat sesuatu yang buruk yang tersembunyi di pasar keuangan dan para investor tidak bisa mengabaikannya.”katanya.

Namun, Stoeferie menambahkan bahwa harga emas perlu menembus “resistance” kritikal jangka panjang di $1,360 sebelum investor membanjiri pasar emas.

Wall Street dan Main Street

Wall Street dan Main Street keduanya memandang emas akan membangun keuntungannya kedepan jangka pendek ini, setelah pertemuan Federal Open Market Committee yang menaikkan metal berharga, berdasarkan survey emas mingguan dari Kitco News.

Ketika dua hari pertemuan FOMC pada hari Rabu minggu lalu disimpulkan, “dot plot” dari the Fed yang menunjukkan ekspektasi mengenai tingkat bunga oleh para pembuat kebijakan secara individu, menunjukkan bahwa para pejabat secara kolektif tidak mengantisipasi kenaikan tingkat bunga pada tahun 2019. Hal ini kontras dengan yang telah diproyeksikan oleh para pembuat kebijakan sebelumnya di bulan Desember dimana akan ada dua kenaikan tingkat bunga di tahun 2019.

Emas membumbung, walaupun kemudian pada minggu lalu metal kuning kembali turun dari ketinggiannya. Fed yang bersikap “dovish” cenderung membantu metal berharga di dalam dua cara – dengan membebani dolar AS, yang memiliki hubungan yang negatif dengan emas, dan dengan menurunkan apa yang disebut dengan “opportunity cost”, atau kehilangan pendapatan karena memegang metal dan bukannya memegang assets yang memiliki pendapatan bunga.

Richard Baker, editor dari Eureka Miner Report mengatakan,”Federal Reserve menghilangkan rintangan bagi emas pada minggu lalu dengan memberikan pernyataan yang mengandung arti mereka telah berhenti dengan kenaikan tingkat bunga pada tahun ini. Treasury yang berjangka 10 tahun jatuh dibawah 2.5% pada saat sebagai respon kepada keputusan ini ditambah dengan ekspektasi akan melambatnya pertumbuhan pada tahun 2019. Ekspektasi akan inflasi telah kembali ke ketinggian bulan Maret yang menghasilkan tingkat bunga riil 10 tahun berlari cepat mendekati 0.5%.

“Hal ini mengurangi, secara substansial, “opportunity cost” memegang posisi emas dan menyiapkan berlarinya harga emas naik lebih tinggi karena permintaan safe-haven”.

Dari 17 profesional pasar yang mengambil bagian di dalam survey Wall Street, 12 partisipan atau 71% menggambarkan diri mereka “bullish” untuk emas kedepannya. Ada 4 atau 24% yang melihat harga emas akan bergerak “sideways”, sementara 1 responden atau 6% melihat emas akan turun.

Sementara dari 572 responden yang mengambil bagian di dalam polling online Main Street, 387 atau 68% melihat emas akan naik. 127 atau 22% yang lainnya memprediksi emas akan jatuh. Sisa 58 atau 10% melihat pasar emas akan bergerak “sideways”.

David Madden, analis pasar di CMC Markets, juga mengatakan bahwa dia “bullish” mengenai emas namun tidak memperkirakan terjadinya “breakout” kenaikan segera. Fed yang “dovish” memang mendukung kenaikanharga emas, namun dolar AS masih akan relatif tetap kuat dengan bank sentral negara lain bahkan lebih “dovish” lagi.

“Jika Federal Reserve telah menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk tahun ini, bagaimana lebih kuatirnya ECB.  Kita perlu memegang uang kas, dan dolar AS masih akan tetap merupakan opsi yang menari. Emas masih akan dalam tren naik, namun rally emas akan tertahan karena dolar AS,” kata Madden.

Afshin Nabavi, kepala perdagangan di trading house MKS (Switzerland) SA melihat emas diperdagangkan di dalam rentang $1,300 sampai $1,325. “Saya pikir tembusnya harga emas di atas $1,325 akan membawa pasar kearah $1,350.” Dia menambahkan.

Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner  Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here