(Vibiznews-Forex) GBP/USD berada dalam tekanan tidak hanya karena menguatnya dolar AS, namun juga disebabkan berita-berita yang mengindikasikan tidak adanya kemajuan di dalam negosiasi antara Inggris dengan Uni Eropa setelah Perdana Menteri Johnson bertemu dengan partner Luxembourgnya, berjuang disekitar 1.2420.
Setelah gagal bertahan diatas angka 1.2500, pasangan matauang ini dibukan dengan “gap” turun yang minor pada permulaan dari minggu perdagangan yang baru sebagai reaksi eskalasi terbaru di dalam ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Serangan terhadap fasilitas produksi minyak Arab Saudi pada akhir minggu memukul lebih dari 5% persedian minyak global, memicu gelombang baru perdagangan global yang enggan terhadap resiko dan memberikan keuntungan terhadap dolar AS yang relatif berstatus “safe-haven” terhadap pasangan matauang Inggrisnya. Menambah kepada hal ini, keengganan untuk menempatkan pertaruhan yang agresif menjelang event kunci minggu ini – pertemuan yang paling diantisipasikan FOMC pada tanggal 17-18 September – kemungkinan bisa berkolaborasi untuk membatasi setiap rally dari matauang mayor yang merupakan pasangan dari dolar AS ditengah sedikitnya rilis data ekonomi penggerak pasar pada hari Senin.
Secara tehnikal, pasangan matauang ini akan berhadapan dengan “support” terdekat di 1.2390 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2280 dan kemudian 1.2112. Sedangkan apabila berhasil berbalik maka akan bertemu dengan “resistance” terdekat di 1.2505 yang apabila berhasil ditembus akan lanjut ke 1.2559 dan kemudian 1.2582.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido
