(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau menguat dengan sempat rally 10 hari berturut-turut dan baru mengalami profit taking di akhir minggu di tengah pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu dan pemangkasan BI 7-DRRR yang disambut positif oleh pasar, sementara bursa kawasan Asia umumnya variatif sambil melihat perkembangan Brexit dan nego dagang AS – China. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0.98% ke level 6,252.345. Untuk minggu berikutnya (21-25 Oktober 2019), IHSG kemungkinan masih dalam uptrend-nya walau siap dengan aksi profit taking setelah rally panjang 10 hari, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6414 dan kemudian 6468, sedangkan support level di posisi 6099 dan kemudian 5988.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau menguat, lepas dari konsolidasi pasar 3 minggu sebelumnya, di tengah pengumuman menteri dan wakil menteri Kabinet Indonesia Maju, sehingga secara mingguan menguat 0.31% ke level Rp 14,035. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan bergerak arah turun, atau dengan bias penguatan rupiah, dalam range antara resistance di level 14,165 dan 14,185, sementara support di level Rp13,975 dan Rp13,905.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data ADP Non-Farm Employment Change dan Advance GDP q/q pada Rabu malam; disambung dengan rilis FOMC Statement dan pengumuman Federal Funds Rate pada Kamis dini hari yang diperkirakan dipangkas ke level <1.75%; berikutnya dengan data Personal Spending m/m pada Kamis malam; diakhiri dengan rilis Non-Farm Employment Change, Unemployment Rate, dan ISM Manufacturing PMI pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data German Prelim CPI m/m pada Selasa sore; diikuti dengan rilis Manufacturing PMI Inggris pada Jumat sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data CPI q/q Australia pada Rabu pagi; selanjutnya rilis Manufacturing PMI China pada Kamis pagi, serta Caixin Manufacturing PMI China pada Jumat pagi.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat dengan melemahnya euro dan pound sterling karena ketidakpastian atas perpanjangan waktu Brexit, dimana indeks dolar AS secara mingguan menguat terbatas ke 97.83. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1080. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1180 dan kemudian 1.1229, sementara support pada 1.0991 dan 1.0879.
Pound sterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2830 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3014 dan kemudian 1.3178, sedangkan support pada 1.2515 dan 1.2198. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat tipis di di level 108.66. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.94 dan 109.32, serta support pada 107.84 serta level 106.48. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah tipis ke level 0.6823. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6884 dan 0.6895, sementara support level di 0.6707 dan 0.6687.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum mixed dengan pasar memperhatikan arah perkembangan penundaan Brexit dan nego dagang antara AS – China. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menanjak ke level 22,800. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 22960 dan 23589, sementara support pada level 22425 dan lalu 21658. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir turun ke level 26,667. Minggu ini akan berada antara level resistance di 27212 dan 27366, sementara support di 26386 dan 25521.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau berakhir menguat oleh laporan earnings sektor teknologi yang kuat dan optimisme terhadap perkembangan nego dagang AS – China. Indeks Dow Jones secara mingguan menguat ke level 26,958.06, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 27120 dan 27272, sementara support di level 26694 dan 26140. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level 3,022.55, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3027 dan 3050, sementara support pada level 2963 dan 2892.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau menguat oleh ketidakpastian dari Brexit, namun terakhirnya terpangkas dengan sentimen optimis pembicaraan dagang AS-China dan penguatan dollar, sehingga harga emas spot menguat ke level $1,504.51 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1517 dan berikut $1535, serta support pada $1474 dan $1459.
Kalau para pembaca memerhatikan, maka terlihat isyu rencana penurunan suku bunga dari Amerika kerap begitu mewarnai dan menggerakkan pasar. Demikian pula ketidakjelasan perpanjangan waktu Brexit di Inggris dan Eropa bisa demikian menggerakkan pasar mata uang dan pasar modalnya. Inilah yang merupakan faktor major fundamental yang menjadi penggerak utama pasar. Isyu perekonomian di Amerika akan terus berlangsung dengan berbagai dinamikanya, serta juga kerap kali sampai kepada aspek politiknya. Kita tetap akan melihat sejumlah isyu yang menggerakkan pasar lainnya. Vibiznews.com akan menjadi partner Anda sebagai investor dalam memantau tiap-tiap pergerakan pasar secara updated dan detail. Terima kasih telah bersama kami karena kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido