(Vibiznews – Commodity) – Harga karet di TOCOM naik di TOCOM akibat subsidi bagi petani karet di Thailand.
Harga karet Maret di TOCOM naik 1.5 yen menjadi 171.3 yen perkg.
Harga karet sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah karena salah satu bahan karet sintesis dibuat dari minyak mentah. Apabila harga minyak mentah naik maka permintaan akan karet alam naik dan sebaliknya.
Harga RSS3 di Thailand turun 48 sen menjadi $145.80 per 100 kg.
Harga karet di Malaysia SMR-20 naik 5 cent menjadi $132.35 per 100 kg.
Pemberian subsidi di negara penghasil karet terbesar Thailand, Pemerintah Thailand menyetujui untuk memberikan anggaran US 792 juta sebagai jaminan subsidi fase pertama untuk petani karet.
Pemberian diberikan bagi 1.4 juta petani karet sehingga mereka mendapat pendapatan yang stabil selama enam bulan sampai bulan Maret tahun depan. Petani karet sangat terpukul atas perang dagang AS – Cina karena tekanan permintaan global dan tekanan turunnya harga karet.
Thailand adalah negara terbesar produsen karet dunia Penyadap karet pada waktu pagi mengambil karet dan membuat latex, dan menyebutnya sebagai “emas putih”. Tapi sejak perang dagang AS dan Cina mulai tahun lalu permintaan karet Cina jatuh.
Ekspor ke Cina turun 15% dalam sembilan bulan pertama tahun ini dibanding tahun lalu pada periode yang sama. Ekspor Karet Thailand ke Cina dalam bentuk papan karet yang digunakan bahan baku untuk pabrik ban.
Akibat penjualan mobil Cina turun ke 15 bulan terendah di bulan September karena perang dagang, maka permintaan karet berkurang sehingga bagi petani karet “emas putih” itu tidak dapat menjamin kehidupannya.
Pemerintah memberikan subsidi dengan grade sebagai berikut 60 bath per kg grade premium, latex 57 bath per kg dan satu cangkir karet sadapan 23 bath perkg. Maksimum jaminan tidak lebih dari 240 bath perkg untuk setiap 1,600 m2 per tahun dan terbatas sampai 40,000 m2 per petani.
Dalam tahun-tahun terakhir Cina bekerja sama langsung dengan produsen lokal di berbagai negara di Asia Tenggara.
Produksi karet Thailand tahunan sebesar 5 juta ton, Indonesia 3.5 juta ton dan Vietnam 1.1 juta ton, Cina 840,000 ton, India 750,000 ton dan Malaysia 650,000 ton.
Strategi Cina untuk persediaan dan sumbernya bisa stabil dengan merubah strategi sebelumnya dengan mengambil karet langsung dari petani di Asia Tenggara dan bekerjasama dengan produsennya di berbagai negara di Asia Tenggara.
Salah satunya Cina juga menyewa lahan yang luas di Laos untuk menanam karet, sehingga pemerintah Thailand berusaha untuk mencari pasar negara lain untuk karet dan meluaskan ekspor ke India, Eropa, Jepang dan Korea Selatan. Tetapi konsumsi dari negara-negara ini tidak terlalu banyak seperti Jepang dan Korea Selatan permintaannya hanya 600,000 sampai 700,000 ton per tahun. Permintaan India 800,000 ton dan negara tersebut memproduksi hanya 700,000 ton per tahun. Thailand melakukan penjualan bebas ke Eropa mengurangi ketergantungan pada Cina.
Loni T / Analyst Vibiz Research Centre – Vibiz Consulting Group
Editor : Asido