(Vibiznews-Column) Emas mengalami pergerakan “bullish” pada awal tahun 2019 yaitu di bulan Januari dan Februari dan selanjutnya pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2019. Sedangkan pergerakan “bearish” emas terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2019 dan selanjutnya sejak bulan Oktober sampai sekarang ini. Apakah sentimen pasar yang menyebabkan terjadinya pergerakan “bullish” dan “bearish” tersebut? Bagaimana pengaruhnya bagi investasi Anda pada tahun 2020?
Pergerakan Bullish Gelombang Pertama
Pergerakan bullish gelombang pertama yang terjadi pada bulan Januari dan Februari tahun 2019 disebabkan karena perubahan sikap dari bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve. Semula sikap the Fed adalah “hawkish” yang ditandai dengan menaikkan tingkat bunga sampai tiga kali pada tahun 2018. Namun setelah itu terjadi perubahan sikap dimana the Fed cenderung menjadi “dovish” dimana kenaikan tingkat bunga yang semula terus dikomunikasikan akan terus berlanjut secara periodik sampai tahun 2020, tiba-tiba tidak kedengaran lagi suaranya. Bahkan sebaliknya the Fed memberikan petunjuk-petunjuk berencana untuk mengakhiri siklus kenaikan tingkat bunga. Pasar terus mencermati akan pernyataan-pernyataan dari the Fed yang terus menyuarakan hal yang “dovish”, sebagai akibatnya harga emas yang semula turun berbalik menjadi bergerak naik. Berakhirnya siklus kenaikan tingkat bunga the Fed yang berarti juga berakhirnya siklus pengetatan oleh bank sentral AS ini merupakan moment yang ditunggu-tunggu bagi pergerakan naik harga emas. Dengan berakhirnya rencana untuk menaikkan tingkat suku bunga AS, dolar AS mengalami tekanan demikian juga dengan imbal hasil dari obligasi dan asset keuangan lainnya. Sebagai akibatnya para investor memburu alternatif asset investasi lainnya seperti emas yang sekalipun tidak memberikan imbal hasil namun memberikan kepastian keuntungan yang lebih besar melalui kenaikan harga.
Pergerakan Bullish Gelombang Kedua
Pergerakan bullish gelombang kedua yang dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2019 yang membawa naik harga emas sampai kepada rekor tertinggi selama 6 tahun di $1,556.20, disebabkan karena dua faktor.
Pertama disebabkan karena ekspektasi pasar yang memperkirakan bahwa the Fed bukan saja menghentikan kenaikan tingkat bunganya melainkan akan menurunkan tingkat bunganya. Ekspektasi pasar ini terbukti dengan the Fed melakukan tiga kali pemangkasan tingkat bunga dari awal Agustus sampai dengan bulan Oktober masing-masing sebanyak 0.25 basis poin.
Kedua disebabkan karena memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina. Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina terjadi tepat pada saat pasar sedang ramai membicarakan akan pemangkasan tingkat suku bunga dari the Fed. Akibatnya bagaikan api yang disiram minyak maka harga emas yang semula sudah bergerak naik karena turunnya tingkat bunga, melompat dan mengalami rally terus menerus dari sejak awal bulan Juni sampai memasuki bulan September dan mencapai rekor tertinggi selama 6 tahun di $1,556.20.
(Untuk lebih detil mengetahui event-event yang membuat pergerakan bullish gelombang pertama dan gelombang kedua ini, dapat dilihat analisa yang berjudul: “Puncak Emas Tertinggi 2019, Akankah Terlewati Pada Tahun 2020?”)
Pergerakan Bearish Gelombang Pertama
Pergerakan “bearish” gelombang pertama yang terjadi dari sejak bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2019 disebabkan karena membaiknya data-data makro ekonomi Amerika Serikat.
Harga emas membukukan kerugian dua digit yang kuat dan telah tergelincir jauh dibawah level kunci $1,300.00 pada awal perdagangan sesi Amerika Serikat pada hari Kamis tanggal 28 Maret. Kenaikan metal berharga memudar pada akhir minggu ini ditengah bangkitnya indeks dolar AS. Emas berjangka bulan April terakhir diperdagangkan turun $18.90 per ons pada $1,291.40. Data ekonomi AS yang keluar pada hari Rabu tanggal 27 Maret adalah angka ketiga dan final dari Gross Domestic Product (GDP) kuartal keempat. GDP AS keluar pada angka 2.2%, yang adalah sesuai dengan perkiraan consensus. Pada saat yang bersamaan laporan klaim pengangguran AS muncul dan menunjukkan penurunan pada minggu yang terakhir di bulan Maret ini. Indeks dolar AS mengalami rally ke ketinggian hariannya setelah keluarnya data ekonomi GDP AS ini.
Harga emas turun ke kerendahan lebih dari 3 bulan pada awal perdagangan sesi Amerika Serikat hari Kamis tanggal 4 April. Laporan ekonomi AS yang kuat menambah minat trader dan investor terhadap resiko yang membuat pasar emas dan perak terus berada di dalam tekanan. Emas berjangka bulan Juni terakhir turun $7.10 per ons pada $1,288.20. Laporan mingguan klaim pengangguran AS menunjukkan turunnya klaim sebanyak 10.000 yang sekarang membuat klaim pengangguran AS berada pada level terendah di dalam 50 tahun. Harga emas menyentuh kerendahan harian mereka setelah keluarnya laporan tersebut. Indeks dolar AS bergerak ke ketinggian harian karena berita yang sama.
Pada hari Jumat tanggal 17 Mei emas mengalami kembali hari buruknya dengan dibuka pada harga $1,285.80 namun diakhiri pada harga $1,274.60 karena terpukul oleh kenaikan dolar AS yang disebabkan karena membaiknya data-data ekonomi makro AS.
Saat itu tidak ada isu geopolitik utama di pasar dunia untuk menggoyangkan pasar. Sikap para trader dan investor umumnya tetap penuh dengan optimisme. Di Amerika Serikat, negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini sedang bertumbuh sedikit ke arah yang lebih baik, sekalipun Federal Reserve nampaknya tidak ingin untuk menaikkan tingkat bunga. Banyak orang menganggap hal ini merupakan skenario terbaik bagi pasar saham dan merupakan skenario buruk bagi pasar emas.
Pergerakan Bearish Gelombang Kedua
Pergerakan “bearish” gelombang kedua yang terjadi setelah bulan September 2019 disebabkan karena dua faktor.
Pertama, karena ekspektasi pasar bahwa the Fed tidak akan memangkas tingkat bunga lagi pada waktu-waktu yang akan datang.
Risalah FOMC dari Federal Reserve bulan Oktober yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa bank sentral AS ini telah sampai pada penghentian sementara di dalam siklus pelonggarannya setelah pemangkasan tingkat suku bunga pada bulan Oktober dan akan mengakhiri pemangkasan tingkat suku bunga kecuali jika ada penurunan yang material di dalam ekonomi. Di dalam pernyataan oleh Federal Reserve pada hari Rabu 11 Desember, yang termasuk “dot plot” yang meletakkan perencanaan kebijakan moneter the Fed untuk tahun 2020 -2023, dengan jelas dikatakan bahwa tingkat bunga the Fed tidak akan berubah selama tahun 2020. Pergerakan Federal Reserve dari sikap “dovish” ke “netral” ini adalah negatif bagi emas. Kemungkinan pemangkasan tingkat bunga yang semakin kecil, mendorong dolar AS dan imbal hasil Treasury naik dan membuat emas turun.
Kedua, karena meredanya ketegangan perang dagang antara AS dengan Cina. Wall Street Journal pada hari Kamis tanggal 21 November melaporkan bahwa wakil Perdana Menteri Liu He, selama pembicaraan telepon pada akhri minggu lalu, telah mengundang representatif perdagangan AS Robert Lighthizer dan Sekretaris Treasury Steven Mnuchin ke Beijing untuk negosiasi perdagangan.
WSJ lebih lanjut melaporkan bahwa para negosiator AS telah menerima undangan tersebut dan South China Morning Post mengatakan bahwa kedua negara sudah berada pada pintu untuk melangkah masuk mencapai kesepakatan.
Pada hari Rabu tanggal 11 Desember WSJ, melaporkan bahwa pejabat Amerika Serikat dan Cina mengumumkan persetujuan terbatas untuk menghentikan perang dagang antara kedua negara, dengan Presiden Trump menghapuskan ancaman tarif baru atas Cina yang seharusnya mulai berlaku sejak hari minggu dan Beijing sepakat untuk membeli barang-barang pertanian Amerika Serikat dan produk-produk lainnya.
Pada hari Jumat tanggal 13 Desember 2019 China dan Amerika Serikat (AS) mengumumkan sudah mencapai kesepakatan perdagangan fase satu termasuk beberapa pengurangan tarif, peningkatan pembelian pertanian dan perubahan struktural untuk masalah kekayaan intelektual dan teknologi.
Bagaimana pengaruh dari sentimen “bullish” dan “bearish” bagi investasi anda di tahun 2020? Nantikan analisa selanjutnya.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido